EKSPEDISI CENGKEH

Cuaca Buruk dan Hama, Musuh Utama Petani Cengkeh

“Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun yang tak baik bagi petani cengkeh yang diakibatkan oleh faktor cuaca. Intensitas hujan yang berlebih pada tahun ini mengakibatkan buah cengkeh tidak tumbuh. Bakal kuncup yang sempat muncul malah menjadi ranting.”

[dropcap]G[/dropcap]agal panen akibat dari anomali cuaca adalah momok menakutkan bagi petani, tak terkecuali bagi petani cengkeh. Di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat, ketika gagal panen terjadi akibat dari cuaca, tak ada yang bisa lakukan selain menunggu cuaca berpihak lagi pada mereka, dan berharap panen tahun berikutnya akan kembali baik.

Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun yang tak baik bagi petani cengkeh yang diakibatkan oleh faktor cuaca. Intensitas hujan yang berlebih pada tahun ini mengakibatkan buah cengkeh tidak tumbuh. Bakal kuncup yang sempat muncul malah menjadi ranting.

Sebagian besar petani sudah memperkirakan gagal panen akan terjadi di tahun ini, bahkan sejak bulan awal tahun. Adapun dampak dari tahun yang tak berpihak ini ternyata cukup luas, khususnya dampak ekonomi. Para petani terancam tidak memiliki tabungan untuk keperluan yang bersifat mendesak, sebab cadangan cengkeh dari tahun sebelumnya akan dikeluarkan untuk dijual apabila permintaan dari pasar tidak tercukupi.

Pada panen tiap tahunnya, petani tak akan menjual seluruh hasil cengkehnya. Mereka akan menyisikan sebagian cengkehnya untuk disimpan, kemudian akan dijual secara perlahan sesuai kebutuhan. Penyimpanan cengkeh tidak terlalu rumit. Demikian dikisahkan oleh Paul Mustanu, petani asal Haruku. “Cengkeh cukup disimpan di dalam karung pelindung, di mana bagian bawahnya dialasi kayu, kemudian ditaruh di tempat yang terlindung dari guyuran hujan,” cerita Paul Mustanu.

Biasanya petani tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus, hanya di dalam rumah atau gudang. Berdasarkan informasi dari petani, cara menyimpan cengkeh yang baik diletakan dalam kantong plastik, baru kemudian dimasukkan karung. Cara ini memberikan hawa hangat pada cengkeh sehingga kualitas cengkeh terjaga dengan baik.

Praktis para petani cengkeh saat menyimpan cengkehnya, tidak terlalu memikirkan akan terjadi penyusutan timbangan. Jikapun penyusutan terjadi, hal itu tidak terlalu signifikan. Malah justru cengkeh yang disimpan akan semakin baik kualitasnya, sebab akan menyempurnakan proses pengeringan.

Selain cuaca, persoalan lain yang dihadapi petani cengkeh adalah hama, dan penyakit yang menyerang tanaman mereka. Hama semisal penggerek batang dan lawa-lawa putih (daun kering) yang mengakibatkan pohon cengkeh lambat laun akan mati. Keberadaan hama tersebut, sebetulnya sudah lama diketahui, namun para petani tidak mampu menghadapinya.

Di Negeri Nguduasiwa, Kecamatan Kairatu, para petani mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menyuntikan infus ke pohon cengkeh yang berisikan obat pestisida yang digunakan untuk sayuran. Namun usaha tersebut tak berhasil, pohon akan tetap mati. Pada akhirnya, setiap ada kejadian yang sama, dibiarkan hingga pohon mati lalu ditebang, dan diremajakan dengan bibit yang baru.

Cara membiaran pohon yang terkena hama sampai mati, hampir dilakukan oleh semua petani cengkeh. Mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk perawatan, dan budidaya tanaman cengkeh agar tidak diserang penyakit hama. Bahkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang diharapkan mampu menyelesaikan persoalan petani ternyata juga tak hadir untuk memberikan solusi.

Kegagalan panen saat ini, tidak mematahkan semangat para petani untuk tetap meneruskan pertanian cengkeh mereka pada tahun-tahun berikutnya. Sebab dapat dikatakan bahwa tanaman cengkeh bagi petani Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat, memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Bukan saja karena hasil penjualan tiap panennya, namun cengkeh juga dijadikan sebagai tabungan untuk kebutuhan jangka panjang.

Tinggalkan Balasan