Selain para serdadu AS, Zippo juga menjadi gaya tersendiri bagi anak muda. Zippo terus mengembangkan inovasi desain yang dekat dengan budaya pop generasi muda.
[dropcap]A[/dropcap] new year has begun, isn’t it time to update your style? Biasanya kalimat itu tertulis di baliho atau spanduk di pusat-pusat belanja. Ya, tagline iklan. Bisa pakaian, sepatu, tas, atau apapun yang terkait dengan fashion. Tapi jangan heran, kalau tulisan tadi ternyata merujuk ke produk yang mungkin tak terpikir kaitannya dengan fashion. Korek api gas dengan merek Zippo.
Sepintas, bisa jadi tak ada hubungan antara korek api dengan gaya atau style. Korek api ya alat untuk mengeluarkan api, bisa berfungsi apa saja. Apakah akan membuat kita tampak fashionable? Macam baju, celana, sepatu, atau topi yang jelas berpengaruh pada penampilan kita? Bagi George G. Blaisdel, jawabannya iya. Sejak pria asal Amerika itu membuat desain korek api dengan silver metal box pertama pada 1933, yang sekaligus menjadi produk pertama dari Zippo, ia berhasil menyulap benda itu menjadi penuh gaya. Suara ‘cling’ saat kita membuka box-nya, dan ‘clung’ ketika menutupnya, menjadi keunikan yang membedakannya dari jenis korek api lainnya.
Bukan hanya itu, Zippo juga menjadi korek api pertama yang bisa diisi ulang dan dibongkar pasang. Secara sederhana, Zippo mirip kompor gas dalam genggaman. Hal itu membuat api yang dihasilkannya aman dari terjangan angin. Istilah kerennya windproof lightener. Sedangkan, kemasan berbahan metal membuat Zippo tak mudah hancur, bahkan ketika terbakar sekalipun. Ini yang membuat tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II banyak memakainya. Bahkan menjadi semacam kebutuhan wajib untuk dibawa. Dengan Zippo, tentara AS tidak sulit membuat api di tengah medan perang yang ganas. Apalagi ukurannya pas dengan genggaman satu tangan sehingga mudah digunakan. Saking banyaknya serdadu AS yang memakai Zippo, sampai ada julukan bagi mereka yaitu ‘Zippo Squad’.
Selain para serdadu AS, Zippo juga menjadi gaya tersendiri bagi anak muda. Zippo terus mengembangkan inovasi desain yang dekat dengan budaya pop generasi muda. Logo grup musik The Beatles, Rolling Stone,hingga aneka macam quote atau kalimat kutipan yang menggambarkan style tertentu. Zippo berhasil menciptakan segerombolan pemburu, yang rela merogoh kocek dalam-dalam, demi mendapat edisi tertentu korek api itu. Ribuan bahkan jutaan komunitas pecinta Zippo terbentuk. Sebut saja situs id-zippo.com, yang menjadi ruang tukar informasi bagi para pecinta Zippo di negeri ini.
Seorang Frank Sinatra secara terang-terangan mengaku sebagai pecinta Zippo. Ia begitu identik dengan Zippo silver kasual miliknya. Sebagai perokok, dia merasa terbantu dengan adanya Zippo. Ia tak perlu takut kehilangan inspirasi ketika sedang berlatih atau mengarang lagu di malam hari, hanya karena tak dapat menemukan api untuk menyalakan rokok. Jadi, kalau sampai saat ini kita masih bisa menikmati lagu-lagu Frank Sinatra, ada peran Zippo disitu. Bayangkan, kalau saja sewaktu membuat lagu ia tiba-tiba bosan, lantaran gagal merokok karena tak ada api. Bisa jadi tak akan ada lagu macam Fly Me To The Moon. Terakhir, meminjam kalimat dari Duke, salah seorang pemilik Zippo, ”This is just a metal box, but there’s a lot of things you can do with this!”