Site icon Boleh Merokok

Buruh Tani Cengkeh, Satu Mata Rantai Kehidupan Hulu-Hilir Kretek

“Industri rokok menyerap banyak tenaga kerja, memengaruhi kehidupan ekonomi jutaan orang. Maka bisa dibayangkan apabila rokok tidak ada, banyak orang akan menganggur.”

[dropcap]S[/dropcap]eorang pakar tembakau bernama Alm. Syamsul Hadi pernah menyatakan bahwa kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja dari industri rokok dan yang terkait dengannya mencapai 24,4 juta dengan rincian 1,25 juta orang bekerja di ladang-ladang tembakau, 1,5 juta orang bekerja di ladang cengkeh, dan sekurang-kurangnya 10 juta orang terlibat langsung dalam industri rokok.

Selain petani, pemetik, dan saudagar, salah satu pekerjaan yang juga bergantung kepada industri cengkeh adalah buruh tani. Meski terlihat sepele, tenaganya menjadi oli penggerak industri tanaman endemik Indonesia ini. Di Desa Munduk, Bali Utara, seorang buruh tani menggantungkan hidupnya dari pohon cengkeh. Salah satunya adalah Wayan Rike, seorang buruh tani berusia 48 tahun.

Pasang surut cengkeh seperti menentukan alur kehidupannya. Sudah sejak tahun 2001 ia menjadi warga di Desa Munduk. Selama itu pula, kehidupannya diisi dengan bekerja sebagai perawat kebun di beberapa pemilik lahan. Saat ini, Wayan Rike fokus menggarap dan merawat kebun cengkeh milik Ketut Putra.

Salah satu wujud keterikatan dirinya dengan cengkeh adalah Wayan Rike tinggal di kebun, benar-benar di dalam kebun. Ketut Putra, membangun sebuah pondok di tengah kebun untuk ditinggali Wayan Rike. Di pondok itu, Wayan Rike tinggal bersama keluarganya. Sudah tiga tahun Wayan Rike bekerja untuk Ketut Putra.

Tanggung jawab Wayan Rike adalah sebidang kebun seukuran hampir satu hektar. Ada sekitar 127 pohon yang harus ia rawat. Usia pohon cengkeh di dalam kebun tersebut adalah 30 tahun dengan produksi hingga dua ton ketika masa panen raya. Tugasnya cukup banyak, selain menjaga kebun, ia harus waspada dengan serangan hama penggerek batang.

Jika sebuah pohon sudah terserang hama ini, Wayan Rike harus memanjat satu per satu, untuk melakukan tindakan. Lubang-lubang yang dibuat oleh hama ini harus ditutup dengan bambu dan sebelumnya dimasukkan cairan obat. Proses pemberantasan hama penggerek batang biasanya dilakukan enam bulan sekali.

Selain berurusan dengan hama penggerek batang, Wayan Rike juga tak boleh lupa memupuk, yaitu dua kali dalam satu tahun. Tak hanya memupuk, satu kali dalam satu tahun penyemprotan obat organik harus dilakukan, tujuannya untuk merangsang pertumbuhan daun. Selebihnya, setiap hari, ia berjalan mengelilingi kebun untuk menyapa pohon cengkeh yang ada.

Dari profesi sebagai buruh perawat kebun, Wayan Rike mendapat upah Rp80.000 per hari. Namun, ia baru bisa melakukan pekerjaan khusus setelah mendapat perintah dari pemilik lahan. Tanpa ada perintah, maka tak ada bayaran. Ia terikat kontrak saat musim panen hanya akan bekerja pada pemilik lahan yang sudah ditempatinya. Kecuali panen di lahannya sudah selesai, baru ia bisa kerja untuk orang lain.

Banyak keuntungan yang didapat saat masa-masa panen. Sebagai tenaga harian, saat musim petik cengkeh, ia mendapat upah ganda, yaitu upah harian dan upah petik harian. Per hari, ia bisa mendapat Rp180.000. Dan, remahan cengkeh yang jatuh saat pemetikan juga bisa ia ambil. Saat terjadi gagal panen seperti sekarang ini, Wayan Rike memperoleh pendapatan dari dua lapak yang dibuka di depan rumahnya.

Satu lapak berisi jualan rempah, bumbu, kopi, dan kerajinan untuk dijual ke wisatawan asing. Dan satu lapak lagi berisi kebutuhan pokok. Modal pembuatan lapak dan warung didapat dari Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang diinisiasi oleh desa. Untuk memulai jualan ia mendapat modal lima juta rupiah.

Jika di kebunnya tidak ada yang bisa dikerjakan, Wayan Rike biasa bekerja di luar sebagai buruh bangunan. Dan untuk mencukupi kebutuhan mendadak atau untuk upacara biasanya ia mengandalkan ayam peliharaan dan hasil kebun seperti pisang dan talas.

Ada cukup banyak buruh tani perawat kebun cengkeh seperti Wayan Rike. Ia, dan mereka semua, menggantungkan hidupnya pada komoditas cengkeh, di mana 93 persen hasil panen diserap untuk industri rokok. Tanpa rokok, jutaan orang bisa kehilangan pekerjaannya.

Exit mobile version