EKSPEDISI CENGKEH

Pupuk Seimbang, Petani Cengkeh Senang

“Menurut Putu Wijaya, penyakit tersebut berasal dari tanaman karet. Cara untuk memusnahkan JAP secara organik yang sudah dipraktikkannya adalah dengan mencampur daun cengkeh yang dicincang dan lengkuas yang diparut.”

[dropcap]C[/dropcap]uaca sangat berpengaruh kepada produktivitas komoditas cengkeh. Jika curah hujan terlalu tinggi, ancaman gagal panen langsung terbayang. Sayangnya, situasi itu yang bakal dihadapi mayoritas petani cengkeh di Bali Utara.

Antara September, Oktober, hingga November 2016, merata di seluruh Bali, curah hujan sangat tinggi. Oleh sebab itu, sudah bisa diperkirakan pada 2017, cengkeh akan gagal panen. Mengetahui kejadian itu, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Dinas Pertanian karena dianggap sebagai anomali iklim.

Selain masalah cuaca, petani cengkeh juga harus berhadapan dengan hama. Salah satu hama yang jamak ditemukan adalah Jamur Akar Putih (JAP) dan penggerek batang. Seperti diungkapkan Wayan Suwandiye, seorang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), sejak lima tahun belakangan, komoditas cengkeh diserang penyakit Jamur Akar Putih.

Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pencegahan oleh petani karena kurang intensif merawat kebunnya. Ketika serangan penyakit sudah akut, petani baru mendatangi Suwandiye untuk konsultasi. Maka solusi yang sering diberikan ialah dengan cara memberi obat kimia.

Suwandiye tinggal dan bertugas di Desa Umejero, letaknya berada di ketinggian 650 hingga 1.050 mpdl. Ia biasa memberikan pembinaan teknis kepada petani cengkeh dan membantu Gapoktan atau Subak untuk mengajukan proposal ke Dinas Pertanian. Rata-rata, proposal yang diajukan menyangkut pelatihan serta permintaan pupuk dan obat subsidi.

Ada kebiasaan buruk penggunaan pupuk anorganik jenis NPK Premium oleh petani, menurut Suwandiye. Mereka ingin meningkatkan produktivitas, tetapi hanya berhasil selama setahun. Di tahun-tahun berikutnya, pupuk malah merusak tanaman dan produktivitasnya merosot. Suwandiye, bersama Dinas Pertanian, tidak henti-hentinya menyarankan pada petani untuk menggunakan pupuk dan obat secara berimbang.

Hal senada juga diungkapkan Dinas Pertanian. Sejauh ini, prioritas program Dinas Pertanian terhadap komoditas cengkeh hanya menyangkut bimbingan dan pelatihan untuk petani serta membagikan obat dan pupuk subsidi.

Mengumpulkan beberapa petani di desa binaan (Umejero salah satunya), atas rekomendasi petugas PPL. Selanjutnya petani dilatih cara perawatan dan cara mengatasi penyakit, hama serta gulma. Dalam hal ini Dinas Pertanian bekerjasama dengan Gapoktan atau pengurus Subak Kering (menyangkut komoditas perkebunan).

Ketika pelatihan itu juga diperkenalkan cara penggunaan pupuk dan obat subsidi yang sudah disediakan Dinas Pertanian. Di tahun 2016, Dinas Pertanian menganggarkan 90 juta rupiah untuk pengadaan pupuk kimia NPK dengan kandungan kalium lebih sedikit untuk penggunaan pupuk berimbang.

Sistem pembuatan rencana strategis (program dan anggaran) daerah Buleleng menyangkut komoditas cengkeh didasarkan pada proposal pengajuan dari Gapoktan, Kepala Desa, Subak Kering, PPL, atau Badan Penyuluh Pertanian (BPP). Harapannya, program yang dibuat dinas bisa lebih partisipatif berdasarkan kebutuhan petani.

Dari sisi suara petani, pemupukan yang berlebihan memang menjadi masalah. Putu Wijaya, seorang petani senior di Desa Munduk, Bali Utara menyuarakan masalah tersebut. Kendala yang sering dihadapi oleh petani adalah pemupukan yang berlebih. Dampaknya, tanah menjadi keras, kuncup daun tidak segar, kerdil, kambiumnya kurang air atau tidak licin. Dampak tersebut merupakan indikasi tanaman itu sudah tidak sehat lagi dan tentu saja akan mempengaruhi produktivitasnya.

Ia menggunakan obat kimia Diasinol dan Confidor untuk mengatasi penyakit pada pohon cengkehnya. Sejauh ini, belum ada petani yang bisa membuat obat untuk mengatasi penyakit. Oleh karena itu, ia memakai pupuk kimia dengan syarat dosis rendah. Mengenai penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada cengkeh yang sangat mematikan: Ketika pohon cengkeh terserang, maka enam bulan kemudian tanaman bisa mati.

Menurut Putu Wijaya, penyakit tersebut berasal dari tanaman karet. Cara untuk memusnahkan JAP secara organik yang sudah dipraktikkannya adalah dengan mencampur daun cengkeh yang dicincang dan lengkuas yang diparut.

Campuran tersebut kemudian disebar secara melingkar di sekitar tanaman cengkeh. Daun cengkeh digunakan untuk melawan JAP karena menghasilkan jamur Antagonis tricoderma sp sebagai musuh alami JAP.

Tetapi sebelum itu, akar harus dibersihkan dengan air. Caranya, tanah bagian atas sekitar 30 sentimeter digali hati-hati sampai kelihatan akarnya. Setelah itu, akar disiram air dan digosok-gosok sampai jamurnya terlihat bersih.

Kemudian, campuran belerang dan kapur tohor sebanyak 5 banding 1 digunakan. Campuran itu digerus sampai menjadi bubuk dan dicampur air dengan perbandingan 1 banding 10. Air itu disiramkan ke akar yang sudah dibersihkan, lalu tanah ditutup kembali. Cara ini harus rutin dilakukan, minimal setahun sekali atau saat ada indikasi serangan lagi.

Masalah cuaca memang cukup sulit untuk diatasi. Petani, atau semua yang terlibat di dalamnya harus punya rencana cadangan untuk menyambung hidup. Namun untuk masalah hama, sebuah tindakan yang berimbang bisa menjadi solusi. Jika menggunakan pupuk, hendaknya digunakan pupuk dengan dosis yang berimbang.

Pengatahuan akan keseimbangan pupuk sangat penting bagi petani. Kelangsungan pohon cengkeh akan bergantung kepadanya ketika hama menyerang.

Tinggalkan Balasan