PERTANIAN

Jadilah Perokok yang Santun

Anda perokok? Anda sering didiskriminasi masyarakat bukan perokok? Bila iya, silahkan evaluasi kegiatan merokok Anda. Sudahkah dilakukan di tempat dan cara yang tepat?

Beberapa hari lalu, saat saya ingin menyalip truk bermuatan pasir di Jalan Raya Pemda Tigaraksa, Sang Supir membuang puntung rokok yang masih menyala keluar jendela dan apesnya mengenai bagian tubuh saya. Coba bayangkan, jika saja abu puntung rokok itu mengenai mata dan mengganggu pengelihatan saya, mungkin akan terjadi kecelakaan yang menimpa saya.

Saya perokok akut dan saya menilai tindakan sopir membuang puntung sembarangan itu adalah kesalahan amat sangat. Membuang puntung sembarangan semacam itu tentu akan berakibat fatal dan mengganggu orang lain.

Lain lagi, di angkutan umum yang ada anak-anak serta ibu-ibu, kadang banyak saja yang masih cuek dan tetap merokok. Sebuah pemandangan yang tentunya sangat menggangu. Dan teguran yang pas adalah Ibu-ibu itu menutup hidung dengan kerudung sambil memberikan kode batuk-batuk. Susah sekali memang sepertinya menegur langsung perokok itu, maklum, kita memang sering banyak basa-basi.

Membuang puntung rokok sembarangan dan merokok di sembarang tempat adalah kesalahan fatal yang sering dilakukan para perokok, sehingga wajar jika masyarakat luas menilai perokok adalah manusia laknat yang harus disingkirkan dari bumi ini.

Sebagai perokok saya juga kadang menerima beberapa cibiran dari teman perempuan atau laki-laki yang tidak merokok karena tentu mereka menilai semua perokok sama saja, sembarangan membuang asap dan puntungnya, atau bahkan merokok ketika sedang berkendara.

Sebagian orang menilai sisi buruk dari rokok tanpa meniiti ulang dan mencari sumbangsih rokok bagi negeri ini, selain uang triliunan lewat hasil cukai, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya yang baru-baru ini meraih gelar juara series terbanyak sepanjang pegelaran berasal dari PB Djarum.

Makin ke sini, saya sering diedukasi soal kretek oleh komunitas yang bergelut di bidang kretek dan tentunya sangat berguna bagi saya untuk menjauhkan stigma buruk terhadap para perokok, khususnya saya.

Untuk menjauhkan stigma buruk itu, saya sedikit-sedikit meninggalkan kebiasaan buruk saya sebagai perokok. Semisal, tidak membuang puntung sembarangan sehabis merokok, atau ketika merokok di samping orang yang tidak merokok saya meminta izin terlebih dahulu, jika di izinkan ya bakar, jika tidak ya menahan asam.

Dan kebiasaan ini juga saya tularkan kepada teman-teman yang merokok agar melanjutkan kebiasaan baik dan tentu menghlangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang nantinya melekat menjadi image pribadi sendiri juga.

Lagi pula, asap rokok tidak mengganggu di banding asap knalpot  motor 2 tak. Atau knalpot-knalpot angkutan umum yang ngebulnya bukan main. Dan harus kalian tahu, akhir-akhir ini cuaca mendung dan hujan melulu, menikmati hujan itu lebih nikmat jika di pasangkan dengan kretek dan kopi. Jika kita sebagai perokok tak ingin terus dianggap buruk, mulailah  meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan membanggakan diri sebagai perokok yang santun, perokok yang juga menghargai hak-hak yang tidak merokok. Ingatlah, rokok itu tidak pernah mengjarkan keburukan.

Perokok santun tidak hanya ingin dihormati, tetapi harus menghormati. Inget ini, Lur,  untuk urusan yang baik-baik imbuhan “me” itu lebih baik ketimbang “di”.

Tinggalkan Balasan