brenda fitzgerald
CUKAI

Dr. Brenda Fitzgerald: Dari Pembela Menjadi Pembenci Rokok

Marilah sedikit berpikir kritis wahai kamu-kamu yang antirokok. Dr. Brenda Fitzgerald bisa berubah dari pembela menjadi pembenci rokok.

Negara harus mengakui, uang yang beredar di industri rokok cukup besar dan menjanjikan. Keuntungan dari industri ini mengalir ke berbagai sektor. Mulai dari petani tembakau, petani cengkeh, buruh perkebunan, pengrajin keranjang semasa panen tembakau, dan pemilik kendaraan untuk mengirim hasil panen. Bukan hanya itu, melainkan juga para pekerja di pabrik, seluruh sektor dalam industri pupuk, para pedagang, dan para pengusaha pabrik rokok.

Di luar itu, masih ada deretan sektor-sektor yang menerima manfaat dari industri rokok baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Distribusi keuntungan tersebut harus diakui mampu menghidupkan roda perekonomian mulai dari tingkat paling rendah dalam tata negara hingga lingkup dunia. Tentu saja peluang keuntungan ini menjadi kue yang menggiurkan bagi banyak pihak yang tertarik mengambil keuntungan.

Tidak terkecuali bagi mereka yang secara terang-terangan mengampanyekan bahaya rokok bagi kesehatan. Mereka yang mengampanyekan itu, mengajak agar para perokok berhenti merokok atau mereka yang belum merokok untuk tidak sesekali mencoba merokok. Sebab, bahayanya juga mengambil peluang untuk dapat meraup keuntungan dari industri rokok.

Kisah Dr. Brenda Fitzgerald

Adalah Dr. Brenda Fitzgerald, seorang dokter dan Kepala  Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga resmi di bawah pemerintah Amerika Serikat yang menangani pengendalian dan pencegahan penyakit. Baru-baru ini, ia mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena kedapatan memiliki saham di lima perusahaan rokok besar. Kelima perusahaan rokok itu adalah: Reynolds American, British American Tobacco, Imperial Brands, Philip Morris International, dan Altria Group Inc.

Presiden Trump yang langsung memilih Dr.Brenda untuk memimpin CDC karena dedikasinya di bidang kesehatan. Yang unik, penunjukan Dr. Brenda sebagai kepala CDC karena dedikasi panjangnya dalam memerangi tembakau di Amerika Serikat dan dunia. Di luar kiprahnya memerangi tembakau, menurut kepala CDC sebelumnya, Tom Frieden, Dr. Brenda memiliki dedikasi tinggi untuk dunia kesehatan di Amerika Serikat.

Di bidang kesehatan Amerika Serikat, sejak kepemimpinan Trump, ini bukan kasus pertama. Sebelumnya, pada September 2017, Tom Price, sekretaris pelayanan kesehatan dan kemanusiaan mengundurkan diri.

Kasus Dr. Brenda ini menarik untuk dicermati, terutama dari sudut pandang ekonomi terkait industri tembakau dan kampanye perang terhadap penggunaan tembakau. Apakah benar perang terhadap tembakau yang kian marak kini semata melulu perkara kesehatan? Apakah kampanye bahaya rokok dan sejenisnya tersebut sama sekali tidak terkait dengan bisnis rokok dan nikotin di dunia? Saya rasa tidak sesederhana itu.

Efek FCTC

Sejak diberlakukannya perjanjian internasional berupa Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang salah satunya membatasi bermacam kandungan dalam sebuah produk rokok, kepentingan bisnis jelas terlihat dalam kampanye perang terhadap produk-produk tembakau. Di Indonesia, secara kasat mata terlihat, dengan adanya FCTC ini, rokok-rokok kretek produksi dalam negeri tidak bisa lagi beredar. Sebab, berdasarkan FCTC, kandungan bermacam zat dalam produk kretek melampaui ketentuan.

Imbas dari semua ini, hanya produk di luar kretek yang bisa masuk pasar perdagangan rokok internasional. Jadi sebuah hal yang lumrah jika Dr. Brenda Fitzgerald memerangi tembakau sembari sebelumnya menanam saham di lima perusahaan rokok di Amerika Serikat. Karena saya kira, ia sudah membaca, jika kampanye anti rokok berhasil, dan FCTC diberlakukan di seluruh dunia, produk rokok yang bisa dijual di pasaran adalah produk rokok dari perusahaan-perusahaan yang mana menanam saham di sana.

Belum lagi kampanye untuk mengurangi konsumsi rokok yang dibakar dan diisap dengan terapi nikotin dalam permen atau koyo yang ditempelkan ke tubuh. Dengan kampanye tersebut, konsumsi rokok yang tidak sesuai dengan ketentuan FCTC akan berganti dengan rokok yang sesuai dengan FCTC. Lalu, ada lagi terapi nikotin yang produksi secara keseluruhan oleh perusahaan-perusahaan rokok yang lima di antaranya memproduksi produk tersebut.

Jadi, marilah sedikit berpikir kritis wahai kamu-kamu yang antirokok. Sungguh semua ini tidak melulu perkara kesehatan. Lebih dari itu, ini adalah persoalan bisnis dan bagaimana bisa meraup banyak keuntungan dari produk tembakau. Jika mau memaksa ini sebatas perkara kesehatan saja, bukankah sudah banyak penelitian di bidang kesehatan yang menjabarkan banyak manfaat dari produk rokok, juga penelitian yang membantah hipotesis-hipotesis terkait bahaya rokok. Namun lagi-lagi semua itu diabaikan. Benar begitukan yang terjadi selama ini?

Tinggalkan Balasan