logo boleh merokok putih 2

Perlawanan Jerman dan Industri Kretek Indonesia

Perlawanan Jerman dan Industri Kretek Indonesia

Perlawanan paling terhormat dilakukan Jerman beberapa hari kemarin. Dengan terhormat, keras kepala dan tanpa ada asa menyerah.

Meski hampir pupus oleh permainan tertutup Swedia ala Tayo FC dan keluarnya Boateng di menit akhir, tapi lagi lagi kualitas pemain tengah Jerman yang menjadi penentu.

Seperti Kekalahan Argentina Vs Kroasia kemarin, Argentina boleh memiliki sederet pemain depan dengan kualitas di atas rata-rata. Di sana ada Messi, Aguero, Higuain atau bahkan Paulo Dybala. Tapi itu terasa percuma saat tak didukung oleh pemain tengah tangguh seperti yang dimiliki Kroasia di bawah komandan Luca Modric. Akhirnya kita semua tau skor telak berpihak untuk Argentina tertahan di kasta bawah klasmen.

Peran pemain tengah itu dimunculkan kembali lewat Jendral Gelandang Jerman. Toni Kroos mengeksekusi dengan tendangan naga sebelum publik berteriak histeris. Di menit akhir, menit paling akhir sebelum peluit panjang dibunyikan wasit berkepala plontos.

Lantas apa urusannya Perlawanan Jerman dengan Industri Kretek?

Melihat spirit bermain Jerman melawan Swedia mengingatkan kita bagaimana semangat industri kretek melakukan perlawanan terhadap kaum antitembakau. Keduanya memang sama halnya sebuah pertandingan. Jerman Vs Swedia pada gelaran Piala Dunia dan Industri Kretek Vs Kaum Antitembakau pada pertarungan ekonomi dunia.

Tidakkah kita tahu mengapa bungkus rokok saat ini memiliki tampilan yang begitu menggelikan? Sebungkus rokok yang dijual secara legal namun dibekali catatan menyeramkan atas penggunaan produknya. Tidakkah kita sadari mengapa harga rokok kian hari terus menanjak dan tak pernah mengalami penurunan sama sekali? Dulu seribu rupiah bisa mendapat satu batang Djarum Super sementar kini mesti ditambah setengah harga. Atau tidakkah kita amati mengapa iklan rokok di televisi itu hanya muncul di malam hari?

Pertanyaan-pertanyaan di atas memang seringkali menghampiri kepala kita, namun sayangnya tak ada keinginan untuk menggalinya sama sekali. Hal itu juga begitu akrab dengan para konsumen rokok, namun masih sedikit sekali dari mereka yang tahu akan perseteruan ekonomi itu. Semua hal tersebut ibarat kata sudah biasa namun sulit diterima secara lapang dada. Seperti kita yang tak bisa menerima kekalahan Jerman dari Swedia. Untuk itu mari sederhanakan bahwa pertanyaan di atas adalah pertahanan Swedia yang sulit ditembus oleh Perlawanan Industri Kretek ala Jerman.

Mari kita mulai dari lawan industri ketek lebih dulu. Kaum antitembakau adalah mereka yang bersepakat bahwa rokok merupakan produk yang tidak sehat untuk dikonsumsi. Mereka berdalih dengan berbagai zat berbahaya yang terkandung dalam sebatang rokok, contoh saja nikotin yang paling disorot sebagai zat adiktif. Kepedulian mereka terkait kesehatan – terhadap perokok – memang patut diacungi jempol, namun sayang sekali di balik manisnya kampanye itu, mereka menyimpan kepentingan lain. Seperti pertahanan Swedia yang tertata baik, rapat dan diam-diam menyiapkan serangan balik.

Kaum antitembakau sebagian besar berasal dari pelaku industri farmasi. Serangan balik mereka yang tersublim oleh iming-iming kesehatan pada dasarnya adalah sama-sama berebut gol. Gol itu berupa nikotin. Satu hal yang sama diperebutkan juga oleh Industri Kretek.

Perebutan nikotin ini kemudian diperkeruh dengan hadirnya Michel Bloomberg. Dia adalah pemasok dana yang membantu industri farmasi melawan perebutan nikotin dengan indutri kretek di indonesia. Kalau anda bertanya mengapa tiba-tiba Bloomberg hadir di tengah pertandingan ini, tentu saja kita mesti melihat bahwa ia bukan seorang sukarelawan yang datang dari langit.

Di balik itu terselebung kepentingan lain dibawa oleh Michel Bloomberg. Betul. Kalau dilacak siapa itu Bloomberg, ia adalah pelaku industri rokok di Amerika yang berusaha merebut pasar rokok di indonesia dari industri kretek lokal. Purna sudah koalisi kepentingan mereka guna menggerus indutri rokok lokal dengan pertahanan logistik yang kuat dan menyerang balik dengan isu kesehatan yang manis seolah menebar rasa kepedulian.

Kurang lebih inilah yang menyebabkan mengapa pertanyaan di babak awal itu terjadi pada produk rokok di Indonesia. Lantas apakah industri rokok lokal diam saja? Tentu saja tidak. Seperti Jerman yang telah ketinggalan gol dari Swedia, Industri rokok lokal terus melakukan perlawanan dengan hormat, terukur, matang dan tanpa ada asa menyerah dan penuh keras kepala.

Kalau Jerman terkenal dengan perpaduan bakat dari kaula muda dan tua, begitu pun halnya dengan Industri Rokok lokal. Sosok muda semodel Julian Brandt atau Julian Draxler menjelma pada anak-anak muda punggawa Komunitas Kretek untuk melawan pertahanan industri farmasi. Mereka terus menyisir lewat pinggiran memberikan edukasi kepada konsumen kretek di Indonesia.

Setelah berhasil, diberikanlah umpan lambung di jantung pertahanan kaum antitembakau dalam bentuk advokasi konsumen kretek. Advokasi ini bisa berbagai hal, salah satu di antaranya adalah tuntutan penyediaan ruang merokok yang layak di tempat publik. Mengapa industri kretek menuntut demikian? Tentu saja. Cukai yang dibayar kretek pada setiap batang adalah salah satu sumber pendapatan pajak terbesar di Indonesia.

Belum lagi kalau kita melihat sosok pemain senior macam Mario Gomez ata Marco Reus. Punggawa senior ini juga terwakili dengan hadirnya Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK). Sebuah lembaga yang menghimpun pelaku industri kretek dari hulu hingga ke muara pasar, mulai dari petani tembakau dan cengkeh, pekerja pabrik dan sampai pada pedagang eceran di pinggir jalan.

Tak ubahnya seperti perlawanan Jerman untuk mempertahankan gelar juara dunia, perlawanan Industri Rokok lokal juga melakukan perlawanan yang sama peliknya untuk mempertahankan kretek sebagai warisan budaya Indonesia di pasar ekonomi dunia. Entah itu dari ancaman Kaum Anti Tembakau atau Industri Rokok Rokok luar negeri. Meski sudah ditekan dari segala arah oleh pengusaha asing atau pemerintah sendiri, Industri Kretek tetap melakukan perlawanan seperti Jerman melawan Swedia tempo hari; melawan dengan hormat, tanpa asa menyerah dan keras kepala!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Ali Nur Alizen

Ali Nur Alizen

Santri Milenial dan Perokok Berat