Site icon Boleh Merokok

Tali Jagad, Rokok NU yang Tak Pernah Kuisap

PBNU secara konsisten tidak mengharamkan rokok. Hal itu disebabkan PBNU mempertimbangkan berbagai aspek yang melingkupi penetapan hukum terhadap segala sesuatu. Dalam hal rokok, tentu saja selain mengkaji berbagai referensi dan nash-nash penetapan dalil, PBNU juga mempertimbangkan konteks yang ada. Jika rokok diharamkan, bagaimana nasib jutaan petani temabkau, buruh pabrik rokok, pedagang kecil dan pendapatan negara? tali jagad

Sebagai warga nahdliyin yang agak fanatik dan doyan ngeretek, saya kadang penasaran apakah PBNU pernah memiliki produk rokok sendiri atau tidak? Mengingat PBNU sedang berupaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi kaum nahdliyin. Dan rokok menurut saya menjadi lini bisnis yang dapat mengangkat pendapatan secara drastis masyarakat NU.

Bayangkan, dari tanam tembakau, pengolahan, penjualan hingga konsumennya semuanya dilakukan oleh kaum nahdliyin. Maka secara tidak langsung akan terbentuk jaring-jaring bisnis yang cukup keren.

Setelah berselancar agak lama di dunia maya, akhirnya saya menemukan informasi yang baru saya ketahui beberapa jam lalu. Bahwa PBNU ternya pernah memiliki produk kretek bermerek Tali Jagad. Maklum, di buku-buku tentang NU yang pernah saya baca, saya tidak pernah menemukan tulisan yang membahas mengenai produk perekonomian warga NU.

Tali Jagad diluncurkan pertama kali pada 15 Desember 2002 yang diproduksi oleh PT Bintang Bola Dunia (BBD) yang didirikan oleh PBNU, semasa kepimpinan KH. Hasyim Muzadi. Produk perdananya adalah sigaret kretek tangan (SKT) dengan harga jual Rp.3.800 per-bungkus. Sebagaimana dhawuh KH. Hasyim Muzadi yang dikutip dari pemberitaan Tempo (15/12/2003), pendirian pabrik rokok ini dimaksudkan untuk memberdayakan umat.

Sayangnya, pada tahun 2007 Tali Jagad terpaksa dijual  kepada perusahaan rokok Jagat Raya Persada, salah satu anak perusahaan PT Bentoel, lantaran PT Bintang Bola dunia membutuhkan tambahan modal untuk mendukung bisnisnya, tetapi PBNU tidak memiliki modal yang memadai.

Tali Jagad cukup ngehits pada masanya, khususnya di kalangan warga NU sendiri. Di Jogjakarta misalnya. Hal ini wajar, selain harga ekonomis, Tali Jagad ternyata memiliki cita rasa yang tidak kalah enak dengan rokok lainnya.

Di tengah rasa penasaran saya terhadap rokok bikinan warga NU ini, saya lantas bertanya kepada salah satu guru yang pernah menjabat pengurus PBNU semasa kepimpinan Kiai Hasyim Muzadi, tentu saja kertekus senior dari kalangan nahdliyin. Satu hal yang saya tanyakan kepada beliau adalah, bagaimana cita rasa rokok yang fenomenal ini.

Beliau menuturkan, bahwa rokok Tali Jagad memiliki cita rasa yang sangat nikmat. Halus ditenggorokan. Dan setiap hisapannya dapat mengingatkan ajaran-ajaran mulia NU. Nahasnya, pergantian pita dan kenaikan pajak yang cukup tinggi, pada tahun 2008 rokok Tali Jagad berganti nama menjadi Bintang Buana, senada dengan perubahan rasanya pula.

Mendengar penuturan guru saya tersebut, ada sedikit kekecewaan yang bergelayut di hati saya. Pupus sudah keinginan saya untuk menghisap kretek buah tangan kaum nahdliyin. Tetapi lebih dari itu, kebanggaan saya terhadap PBNU yang begitu peduli terhadap sektor pertembakauan yang telah banyak menyumbang negara selalu menggebu-gebu hingga kini. Dan tak pernah lelah saya banggakan di depan teman dan kawan-kawan dalam forum-forum diskusi warung kopi.

Exit mobile version