tanaman tembakau
REVIEW

6 Tips Agar Tembakau Terbeli Pabrikan

Tembakau merupakan tanaman musiman yang bersifat selalu mengalah dengan tanaman lain. Hidupnya hanya memerlukan segenggam tanah, untuk melebarkan akar-akarnya. Ia tidak akan tumbuh baik, dan berkualitas jika ada tanaman lain disampingnya, dan ia harus terkena sinar matahari. Tidak memerlukan banyak air, jika kebanyakan air justru akan membusuk dan mati.

Apabila masa tanam pada intensitas curah hujan sangat tinggi, dapat dipastikan kualitas tembakau tidak begitu baik dan para petani gelisah siap-siap merugi. Berbeda saat kemarau panjang (tanpa hujan), tanaman tembakau masih bisa diharapkan para petani, walaupun pertumbuhan tanaman tembakaunya kurang baik.

Kualitas tembakau baik, jika cuacanya pas dan sesuai kebutuhan tembakau. Intensitas turun hujan tidak terlalu banyak, masih ada panas sinar matahari, atau tidak dalam bulan kemarau panjang, masih ada turun hujan berkala. Jadi petani harus mempunyai kepekaan, pengetahuan dan pengalaman tentang prakiraan cuaca/musim.

Jenis bibitnya banyak varian, dan perlakuannya satu sama lain berbeda. Dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman cara budidaya tersendiri. Tidak serta merta tanam di sembarang tempat dengan pengalaman asal-asalan. Beda tanah sangat memengaruhi kualitas hasil tembakau. Tidak menghasilkan kualitas yang sama, apabila ditanam di tempat berbeda. Kecuali dengan teknologi pertanian yang tinggi, kemungkinan bisa terjadi menghasilkan kualitas sama di tempat berbeda. Namun, keberhasilannya sangat kecil dan kalau pun berhasil, proses dan durasi uji coba sangat lama.

Tembakau di tiap daerah punya khas tersendiri, ditentukan oleh jenis bibit, lokasi atau lahan tanaman, waktu tanam, dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, di setiap daerah menghasilkan jenis tembakau berbeda-beda sesuai lokasi tanam. Ada tembakau kering-angin (air-cured), kering-asap (fire-cured), kering-panas (flue-cured), dan kering-jemur (sun-cured). Pemanfaatan tembakau juga bermacam-macam. Contoh, tembakau dari Deli untuk wrapper cerutu, tembakau srintil temanggung untuk sigaret kretek rajangan, tembakau virginia-vorstenlanden dari daerah Klaten, Sukoharjo, dan Lombok untuk sigaret kretek mild dan lain sebagainya.

Pada intinya tiap daerah memiliki ciri khas tembakau sendiri, dan pemanfaatannya juga berbeda. Sehingga pabrikan menentukan pembelian tembakau disesuaikan dengan khas masing-masing daerah. Selanjutnya dibagi menjadi tiga golongan, kategori tembakau lauk, kategori tembakau nasi, dan kategori tembakau sayur.

Pada konten rokok juga punya tembakau khas tersendiri. Semisal rokok mild, konten utama tembakau yang digunakan adalah virginia. Hal tersebut sudah paten, tidak bisa digantikan dengan tembakau lain. Maksudnya, umpama untuk membuat mild konten utama tembakau memakai jenis tembakau selain virginia, maka rasa mild akan berubah, dan mempengaruhi daya beli konsumen (penjualan).

Pabrikan dalam pembelian tembakau disesuaikan dengan permintaan pasar yang ramai. Saat ini, permintaan pasar ramai mild, tentunya pembelian tembakau terbesesar jenis virginia, baru tembakau jenis lainnya. Jika pasokan virginia di Indonesia kurang, tentunya harus mendatangkan tembakau dari negara lain. Jadi, kuota/tonase pembelian tembakau oleh pabrikan rokok sangat ditentukan permintaan pasar, dan disesuaikan tembakau khas dari daerah masing-masing.

Memang selama ini, belum ada trik atau strategi jitu, bagaimana agar tembakau terserap semua oleh pabrikan. Untuk itu, dari hasil pengamatan di lapangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para petani tembakau, agar tembakau terjual habis dengan harga yang bagus, yaitu:

  1. Tentukan jenis bibit sesuai kebutuhan pabrikan rokok. Kali pertama, yang harus dilakukan para petani di daerah masing-masing, menggali informasi tentang jenis tembakau apa yang dibutuhkan pabrikan di daaerah masing-masing. Karena tiap pabrikan rokok, berbeda kebutuhan tembakau di tiap daerah. Mengingat daun tembakau hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan membuat rokok. Setelah mengetahui kebutuhan pabrikan untuk tembakau di daerah, tentukan pilihan varietas apa yang akan ditanam, sesuai keinginan pabrikan.
  2. Mengetahui prakiraan cuaca/musim/iklim. Cuaca sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil tanaman tembakau. Jika cuaca tidak bagus untuk tembakau, jangan sekali-kali memaksakan diri untuk menanam tembakau, apalagi dengan jumlah yang besar. Maka dipastikan kualitas tembakau jelek dan pabrikan belum tentu mau membeli. Selain itu, cuaca atau musim sangat berhubungan dengan bulan apa, bahkan tanggal berapa harus memulai pembibitan, memulai penanaman tembakau, dan harus memetik (memanen). Contoh, menurut Bapak Yanto petani asal Kledung Temanggung, penanaman tembakau tahun 2018, dimulai tanggal 01 sampai taanggal 30 harus selesai, pembibitan dilakukan sebelumnya dikurangi 40-50 hari. Dengan durasi pembibitan sesuai dan penanaman juga sesuai tanggal, panennya kemarin juga sesuai, artinya pas panen curah hujan belum banyak, panas matahari memadai, sehingga hasil tembakau bagus.Tanpa memperhatikan prakiran cuaca, atau dengan asal-asalan berpengaruh terhadap turunnya kualitan dan kuantitas tembakau. Untuk itu, petani tembakau harus mengetahui prakiran cuaca dengan detail, tidak hanya prakiran cuaca perbulan, akan tetapi kalau bisa perhari. Prakiran cuaca yang mendekati akurat biasanya dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) daerah masing-masing. Atau bisa bertanya ke pabrikan rokok, karena dalam pembelian tembakau, pabrikan juga memakai patokan prakiran cuaca.
  1. Memakai pola dan cara penanaman tembakau yang baik, standar pabrikan. Hal ini harus diperhatikan oleh petani, tata cara pembibitan dan pola tanaman sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tembakau. Seperti memperhatikan media yang digunakan untuk pembibitan, jarak tanaman tembakau, pupuk yang digunakan dan kapan harus memupuk,terlebih tanaman tembakau tidak boleh di campur dengan tanaman lain. Hal ini pastinya para petani lebih berpengalaman, akan tetapi alangkah baiknya para petani mencari informasi ke Dinas Pertanian atau ke Pabrikan Rokok, barangkali ada inovasi terbaru untuk pertanian tembakau, atau ada pengalaman lain tentang budidaya tembakau.
  2. Pengolahan tembakau pasca panen sesuai permintaan pabrikan. Biasanya saat panen tembakau, pabrikan akan menentukan permintaan, terkait warna tembakau yang dibutuhkan, kadar tembakau yang diinginkan, sesuai daerah masing-masing di sentra pertanian tembakau. Rata-rata pabrikan tidak suka tembakau dengan kadar gula tinggi. Ada sebagian kecil petani menyemprot tembakaunya dengan cairan gula, yang fungsinya untuk melemaskan dan mengempalkan tembakau, hal ini tidak baik, dan sangat di benci pabrikan rokok, selain menghilangkan bau khas tembakau, juga akan merusak alat yang digunakan dalam memblending tembakau.
  3. Cegah dan hindari mendatangkan tembakau dari luar daerah atau kota lain. Selain akan merusak pasaran tembakau asli daerah, juga akan mengurangi jumlah atau kuota pembelian pabrikan rokok di daerah tersebut. Sederhanannya begini, sebenernya tiap daerah pabrikan rokok sudah menentukan diawal berapa ton tembakau yang akan dibeli, dan itu sudah dilaporkan ke pemerintah melalui Dinas Pertanian, namun gara-gara ada tembakau masuk dari daerah lain yang dibawa oleh oknum petani maka akan mengurangi jatah pembelian pabrik didaerah tersebut, karena terisi dengan tembakau dari luar daerah. Dan pastinya dalam hal ini pabrik merasa kecolongan, karena yang dibutuhkan didaerah A ya jenis tembakau asli daerah A, bukan jenis tembakau B dari daerah B. Ini sering terjadi di daerah-daerah yang terkenal dengan jenis tembakaunya, seperti di Kabupaten Temanggung, Madura dan daerah lain. Karena di daerah Temanggung atau Madura harga tembakau lebih baik, ada oknum petani mendatangkan tembakau dari daerah lain untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak. Hal tersebut sangat merugikan petani asli daearh, dan juga menghancurkan pasaran tembakau asal, karena dijual dengan murah.
  4. Kemitraan solusi efektif dan efesien. Sampai detik ini belum ada yang lebih bagus dari kemitran, perihal kualitas dan kuantitas hasil tembakau. Begitu tembakau yang dihasilkan berkualitas akan mendapatkan harga yang bagus dari pabrikan. Begitu jumlah yang dihasilkan besar, maka pendapatan petani lebih besar. Juga, dengan kemitraan keterserapan tembakau para petani sangat besar, bahkan mayoritas tembakau petani kemitraan habis terbeli semua. Tentunya kemitraan dengan pabrikan yang baik, bukan dengan pabrikan yang tidak bertanggungjawab terhadap petaninya. Dalam kemitraan akan terkontrol mulai penentuan jenis bibit yang harus ditanam, pemberitahuan tentang prakiraan cuaca, mendapat penyuluhan bagaimana cara budidaya tembakau yang baik, mendapatkan informasi tentang model tembakau yang bagaimana sesuai kebutuhan pabrik dan tidak kalah pentingnya ada kontrol terhadap masuknya tembakau dari daerah lain, yang sangat merugikan petani asli daerah.

Dilansir dari INSPIRATORMEDIA.ID, pada tanggal 04 Januari 2019, memberitakan bahwa Rahman Sabon ketua umum Asosiasi Pedagang dan Tani Tanaman Pangan dan Holtikultura Indonesia (APT2PHI), mengatakan terenyuh dan miris terhadap kondisi petani di Jawa Tengah (Kabupaten Temanggung, Kendal, Wonosobo). Salah satu penyebabnya pabrik rokok enggan membeli tembakau dari petani lokal Jawa Tengah yang harganya kalah bersaing dengan harga tembakau impor.

Pernyataan di atas berbeda dengan keadaan petani kemitraan dengan salah satu pabrikan rokok di Temaggung. Menurut Pak Sumedi petani kemitraan asal Parakan Temanggung, bahwa tembakaunya rata-rata terbeli dengan harga Rp. 70-80 ribu/kg dan hasil panennya terbeli oleh pabrikan semua. Begitu juga, yang dikatakan Pak Yanto, juga petani kemitraan salah satu pabrik rokok asal Kledung Temanggung, tembakau petani binaannya ludes semua, paling rendah harga Rp. 50 ribu/kg dan harga tertinggi mencapai Rp. 250 ribu/kg, ini milik petani binaan kemitraan wilayah gunung Sumbing Temanggung. Begitu juga yang terjadi pada petani binaan Pak Heru, seorang petani kemitraan salah satu pabrik rokok asal daerah Bulu Temanggung, harga yang didapat paling rendah Rp 90 ribu/kg dan tertinggi Rp. 250 ribu/kg, dan tembakaunya tanpa sisa. Berbeda dengan Pak Wahyu, juga petani kemitraan, asal Bulu Temanggung, rata-rata harga yang diperoleh petani binaannya diatas Rp. 100 ribu/kg, dan semua terbeli oleh pabrikan.

Dilihat dari hasil penjualan tembakau di Jawa Tengah, petani yang bermitra dengan salah satu pabrikan rokok yang bertanggungjawab, mendapatkan harga relatif bagus dan tembakaunya terserap semua. Kemudian, ketika ada petani, tembakaunya tidak terbeli atau terbeli dengan harga murah, kemungkinan penyebab utamanya tidak bermitra atau jenis tembakaunya tidak sesuai dengan permintaan pabrik.

Bagi petani tembakau, solusi terbaik saat ini adalah bermitra dengan pabrikan yang dapat di percaya. Tanpa bermitra tidak ada kepastian tembakaunya terserap dengan baik dan tidak ada kepastian mendapat harga yang bagus pula. Dengan kemitraan dari awal proses pembibitan sampai pengolahan pascapanen, semua terkontrol. Selain itu dengan kemitraan, dapat meminimalisir terjadinya impor tembakau dari daerah lain, yang akibatnya sangat merugikan petani asli daerah.