logo boleh merokok putih 2

Harmonisasi Industri Hasil Tembakau dan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

Capaian pendapatan negara tahun 2018 cukup memuaskan. Pendapatan negara tercapai Rp 1.942.3 triliun atau 102.5%. Pendapatan tersebut didapat dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.521.4 triliun dengan Rp 153 triliun disumbang oleh cukai rokok. Sedangkan pendapatan lainnya disumbang oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 407.1 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp 13.9 triliun.

Ada yang menarik dari kinerja pendapatan negara di tahun 2018, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan kinerja tersebut menunjukkan bahwa selama tahun 2018 perekonomian Indonesia mampu tumbuh dengan baik.

“Di bawah tekanan global, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami momentum pertumbuhan yang cukup kuat,” jelas Menkeu di Aula Djuanda, Rabu (02/01).

Dari statement Sri Mulyani di atas, dapat dikatakan bahwa hasil capaian pendapatan negara yang cukup memuaskan di 2018 dipengaruhi oleh moment pertumbuhan perekonomian Indonesia yang tumbuh positif. Meskipun terdapat tekanan global, seperti normalisasi kebijakan ekonomi di Amerika Serikat, ketegangan perdagangan global antara AS dengan China yang juga melainkan negara-negara lain.

Kita tahu bahwa Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan salah satu industri yang menopang perekonomian Indonesia. Selain itu, IHT sendiri berperan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian.

Peran IHT dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari rantai ekonomi hulu ke hilir IHT. Di hulu terdapat sektor pertanian tembakau dan cengkeh yang menjadi komoditas unggulan pertanian Indonesia.

Tembakau dan cengkeh merupakan bahan baku utama kretek yang menjadi produk hasil tembakau khas Indonesia. Kedua bahan baku tersebut diserap oleh pabrikan kretek dalam negeri. Sehingga para petani tembakau dan cengkeh tidak pernah khawatir mengenai serapan pasar hasil pertanian mereka.

Kepastian serapan pasar atas komoditas tembakau dan cengkeh berdampak kepada kesejahteraan para petani tembakau dan cengkeh di Indonesia, sehingga dapat mendorong gairah pembangunan di daerah-daerah penghasil yang notabene adalah desa.

Di sektor produksi, pabrik-pabrik kretek menyerap tenaga kerja yang besar. IHT menjadi salah satu industri padat karya. Ribuan buruh pabrik bergantung hidup di sektor ini. Sektor ketenagakerjaan menjadi sektor yang penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Pada sektor distribusi dan perdagangan pun, IHT melibatkan banyak orang yang berkontribusi di dalamnya. Ada sektor logistik, industri kreatif, hingga pedagang ritel dan pasar tradisional yang dilibatkan. Gairah ekonomi pun tercipta dalam proses ini.

Itu baru tinjauan dari perekonomian di dalam negeri. IHT melalui produk kretek juga memiliki potensi ekspor yang menjanjikan. Nilai ekspor produk kretek ke negara lain nilainya mencapai triliunan rupiah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ekspor kretek Indonesia pada 2017 meningkat 8,43% menjadi 84,03 juta kg dari tahun sebelumnya. Sementara nilainya tumbuh 12,12% menjadi US$ 827,98 juta (Rp 11 triliun) dari tahun sebelumnya.

Maka berdasarkan dampak ekonomi dari mata rantai IHT, tentunya IHT memberikan dorongan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Meskipun perekonomian negara tengah dalam tekanan global, IHT masih tetap bisa mempertahankan eksistensinya dan memberikan sumbangsih ekonomi yang besar kepada negara.

Hal tersebut sudah pernah dibuktikan ketika negara pernah mengalami masa krismon pada tahun 1998, sektor IHT justru malah tumbuh dalam tekanan ekonomi dalam maupun luar negeri.

Harmonisasi IHT dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pernah disampaikan WS Rendra dalam kesaksiannya di Mahkamah Konstitusi dalam sidang perihal Pengujian UU Nomor 32 Tahun 2002 terhadap Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

“Kretek itu sekarang dalam masa krismon bisa bertahan dengan baik karena cengkehnya dari dalam negeri, kertasnya dalam negeri, tembakau dalam negeri, saosnya dalam negeri, lalu konsumennya yang terbesar dalam negeri, sehingga akhirnya menjadi suatu kekuatan ekonomi yang baik. Tentu saja sebagai seniman dan budayawan saya sangat menghargai, sangat mempertimbangkan sekali proses pembangunan. Maka saya menganggap bahwa survival dari rokok kretek ini membantu kekuatan pembangunan Indonesia” (Kesaksian WS Rendra).

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek