logo boleh merokok putih 2

Meluruskan Sejarah Awal Mula Rokok Elektrik

Pada abad 20 salah satu obat yang paling populer menjadi favorit orang adalah nikotin, berbagai cara untuk mengkonsumsinya. Mencoba dihisap, disentuh, dikunyah, atau dioleskan (diadaptasi dari sumber berita www.vebma.com).

Rokok elektrik terpopuler dan menjadi trend saat ini adalah  jenis vape, atau bisa disebut E-ciggarette. Sekitar tahun 2010, rokok jenis vape masuk ke Indonesia dengan membawa label sebagai rokok alternatif menggantikan rokok konvensional (rokok sigaret). Promosinya ditonjolkan sebagai rokok yang lebih aman dari pada rokok konvensional.

Memaknai pilihan diksi lebih aman, kira- kira urutannya begini, awalnya rokok konvensional aman, kemudian keberadaan rokok elektrik jenis vape lebih aman. Rokok elektrik adalah inovasi rokok konvensioanal.

Perlu diketahui, sistem pembakaran pada rokok elektrik memakai listrik berupa battre dengan memakai elemen pemanas atomizer atau cartomizer, bahan utamanya berbasis proses kimia. Rokok konvensional memakai pembakaran berupa api, bahan utamanya memakai tumbuhan asli berupa tembakau dan cengkeh. Inilah yang membedakan keduanya. Saya beri contoh sebagai pembanding, air minum dari hasil proses memakai alat heater pemanas listrik, dengan air minum dari hasil pemanas konvensional (pakai api), kira-kira lebih aman, lebih sehat mana? Kira-kira anda pilih yang elektrik atau konvensiobal, silahkan anda memilih dan menilai sesuai pengalaman masing-masing.

Kembali kepersoalan promosi rokok vape di Indonesia, saat vape mulai naik daun banyak lembaga riset melakukan studi kelayakan. Hasilnya pun terjadi perdebatan, ada lembaga yang dipimpin Profesor David Thickett dari Universitas Birmingham mengatakan, mengisap rokok elektrik atau yang lebih dikenal dengan istilah vaping bisa merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh dan amat mungkin lebih berbahaya dari yang semula diperkirakan. Ada pula yang mengatakan merokok vape menghindarkan dari risiko penyakit jantung dan kanker.

Anehnya, Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, juga ikut melakukan uji dengan hasilnya bahwa vape dinilai memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok yang dikonsumi dengan dibakar. Disini tidak akan membahas berlarut larut tentang perbedaan hasil uji rokok vape (elektrik), bahkan tidak akan membahas pertanyaan ada apa lembaga penguji tersebut.  .

Logika sederhana, memakan dan minum dari bahan natural proses konvensional, dibanding bahan kimia dengan proses pemanas listrik, baik mana? Air proses natural (air mineral) dengan air kemasan lain beraroma (proses kimia) sehat yang mana?. Dua pertanyaan ini sebagai pembanding dalam mengambil keputusan dan penilaian antara rokok elektrik (vape) dengan rokok konvensioanl.

Usaha promosi rokok vape, dengan membangun cerita opini, bahwa penemu rokok elektrik/vape (e-ciggarette) bernama Hon Lik seorang pecandu rokok konvensional berat yang menderita penyakit infeksi pernafasan, sering batuk batuk dan bersin sehingga kesulitan untuk tidur. Kemudian pada tahun 2003 menciptakan rokok elektrik sebagai pengganti rokok konvensional.

Opini yang dibangun seakan-akan akibat rokok konvensioanl, Hon Lik menderita penyakit, yang kemudian dengan hasil ciptaannya (rokok elektrik), Hon Lik tidak sakit lagi. Pertanyaan pertama, jenis rokok konvensional apa yang dikonsumsi Hon Lik? dugaan terkuat bukan rokok kretek yang saat itu dikonsumsi. Jika rokok kretek yang dikonsumsi keadaan Hon Lik jadi lain, karena rokok kretek awal mulanya diciptakan sebagai obat batuk, sesak nafas dan lain-lain. Masih ingat dahulu ada rokok kretek yang bungkusnya tertulis “dapat meredekan batuk”. Tidak lain adalah rokok kretek Dji Sam Soe. Tulisan tersebut, masih diyakini banyak orang, saat batuk mereka akan merokok Dji Sam Soe, saat batuk reda, mereka merokok selera semula.

Pertanyaan kedua, apakah benar hanya gara-gara merokok konvensioanl Hon Lik menderita sakit? jangan-jangan ada faktor lain menjadi penyebab. Bisa jadi penyakit turunan/genetik, akibat kerusakan pada gen dalam tubuh. Buktinya diceritakan bahwa ayah Hon Lik mengidap penyakit kanker paru paru. Dan mungkin bapak dari bapaknya Hon Lik dan seterusnya, juga demikian mengidap penyakit yang sama.

Fakta sejarah berkata lain, teknik vaping sudah dikenal sejak Mesir kuno, kemudian tahun 1927 Joseph Robinson menggagas “merokok tanpa rokok”, hingga populer. Baru pada tahun 2003, Hon Lik membuat perusahan e-cig modern di Tionghoa (Cina). Jadi Hon Lik bukanlah orang yang pertama atau pencipta teknik vaping untuk rokok, hanya saja Hon Lik bisa membaca peluang tersebut, apa lagi ia adalah seorang apoteker. Ia pasti mengetahui mafaat nikotin untuk tubuh manusia, sehingga ia memproduksi massal rokok bernikotin yang inovatif dengan kombinasi teknik vaping.

Dilansir dari www. Vebma.com, bahwa salah satu obat yang paling populer dan favorit bagi orang adalah nikotin. Dengan demikian, orang telah mencoba berbagai cara untuk mengkonsumsinya. Mereka mencoba mengisapnya, menyentuhnya, mengunyahnya, atau mengoleskannya di kulit mereka. Anda bisa menemukan nikotin di tembakau. Banyak perangkat telah diciptakan untuk memuaskan obsesi orang terhadap nikotin. Kita hidup dalam masyarakat teknologi, Itu sebabnya baru-baru ini, vaporizers menjadi tren keren dengan berbagai selera dan bentuknya.

Penguapan memiliki sejarah panjang. Herodotus menjelaskan, di Mesir (abad ke 5 SM) orang memanaskan ramuan dan minyak pada batu panas untuk vape. Oleh karena itu, kita harus mempercayai tentang asal mula vaping kuno. Kemudian, lebih dari 1500 tahun yang lalu, Irfan Shiekh menemukan shisha pertama.

Cerita opini saat ini tentang rokok elektrik (vape) hanya bagian dari promosi semata. Dengan menjatuhkan rokok konvensional (rokok kretek), berharap penikmat rokok beralih ke elektrik (vape). Dengan dalil yang diwacanakan, lebih aman (menyehatkan). Cerita opini yang dibangun menafikan sejarah yang sesungguhnya, bahwa nikotin adalah salah satu obat, zat nikotin ada di daun tembakau. Hanya pada rokok konvensional (rokok kretek), bahan baku daun tembakau dan cengkeh dan proses pembakaran natural, lebih aman dan menyehatkan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).