OPINI

Perokok Pasif, Mitos Kuno yang Masih Terus Diperdengarkan

Mitos itu mengatakan bahwasanya menjadi perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif. Seram. Menyeramkan. Ragam rupa penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis itu. Ada yang penelitian abal-abal. Ada pula penelitian ilmiah. Penelitian abal-abal yang menyebut perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif, sudah dibantah jauh-jauh hari lewat penelitian ilmiah. Pun begitu dengan penelitian ilmiah yang menyebut perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif, sudah dibantah pula dengan penelitian ilmiah lainnya.

Sudah terlalu banyak penelitian ilmiah yang membahas itu. Di tengah kemudahan arus informasi kini, Anda akan dengan mudah mendapatkan hasil-hasil riset tersebut. Dalam tulisan ini, saya hanya hendak membahas satu saja hasil penelitian tersebut.

Sebelum kita membahas hasil penelitian mengenai perokok pasif, ada baiknya kita mengingat ulang apa sebenarnya makna dari frasa perokok pasif. Perokok pasif didefinisikan sebagai orang yang tidak mengisap rokok secara langsung namun terkena imbas dari mengisap asap rokok yang dihasilkan dari pembakaran rokok oleh para perokok di sekitar mereka.

Salah satu asumsi yang dibangun mengapa perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif, perokok aktif hanya mengisap 25 persen dari asap rokok yang mereka hasilkan, 75 persen lainnya diisap oleh perokok pasif. Secara kuantitas perokok pasif dianggap mengisap asap lebih banyak dibanding perokok aktif.

Jika Anda mengetik pada mesin pencari google kata rokok, isu rokok yang hingga kini masih kerap dibahas adalah isu perokok pasif ini. Ini memang cara yang paling ringkas untuk menakut-nakuti orang sekaligus menggalang dukungan agar kampanye-kampanye terkait anti-rokok dan anti-tembakau semakin masif.

Kampanye bahaya perokok pasif ini mulai didengungkan setidaknya pada periode 70an di Amerika Serikat. Ini sering dengan kampanye penggantian produk nikotin isap lewat rokok dengan produk nikotin alternatif. Pada 1972 isu perokok pasif merusak kesehatan pertama kali dibahas. Selanjutnya dalam Surgeon General Report United States, isu ini dibahas lagi berturut-turut pada tahun 1979, 1982, dan 1984.

Selanjutnya, pada 1992, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) merilis hasil penelitian yang menyatakan bahwa menjadi perokok pasif sangat berbahaya bagi kesehatan. Asumsi unik keluar dalam penelitian ini, karena ada hubungan antara perokok aktif dengan penyakit kanker paru-paru, maka sudah semestinya ada hubungan erat antara perokok pasif dengan kanker paru-paru.

Asumsi tersebut menggiring mereka pada kesimpulan bahwa menjadi perokok pasif sangat berbahaya bagi kesehatan hingga mengancam nyawa seseorang. Menurut mereka, sekitar 3.000 perokok pasif di Amerika Serikat meninggal dunia setiap tahun akibat kanker paru-paru.

Pada 1995, Congressional Research Service (CRS) mengeluarkan hasil riset yang membantah penelitian yang dikeluarkan EPA. Lewat penelitian panjang selama 20 bulan, kritis dan mendalam, riset ini berhasil membantah asumsi dan simpulan yang dikeluarkan EPA terkait perokok pasif. Bulan November 1995 riset itu dikeluarkan dan berhasil membantah riset EPA. Selanjutnya pada 1998, hakim federal memenangkan hasil riset CRS dan membatalkan berlakunya hasil riset EPA.

Sekarang, mari saya ajak Anda menganalisis statistik paling mendasar yang melempar asumsi perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif menjadi sekadar mitos belaka. Tidak benar adanya.

Mereka bilang perokok pasif mengisap tiga perempat asap rokok yang dihasilkan perokok aktif, sedang perokok aktif hanya mengisap seperempatnya saja. Mereka yang sekolah di sekolah dasar saja sudah paham bahwa ini kebohongan belaka. Seseorang yang merokok, sudah barang tentu juga mengisap asap selain asap yang sengaja Ia isap dari rokok yang Ia bakar. Maka selain menjadi perokok aktif secara alamiah Ia juga menjadi perokok pasif sesuai definisi perokok pasif yang ada. Jadi mana mungkin asap yang diisap perokok pasif lebih banyak dari perokok aktif.

Jika statistik yang dikeluarkan para pengusung isu perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif, maka dengan sendirinya statistik itu tipu-tipu belaka karena jika merunut hasil statistik yang mereka keluarkan, seluruh asap terisap oleh si perokok karena selain menjadi perokok aktif Ia juga perokok pasif. Statistik tidak segampang dan sesederhana itu. Memecah dua bagian saja dengan bilang tiga perempat asap diisap perokok pasif dan seperempatnya diisap perokok aktif.

Bagaimana dengan asap yang terbuang bebas ke udara? Bagaimana dengan populasi perokok pasif di sekitar yang ada? Semestinya 75 persen asap yang dibilang diisap oleh perokok pasif itu, terdistribusi ke banyak tempat. Ke orang-orang yang ada di sekitar, asap yang terbang bebas ke udara, yang menempel di benda-benda, dan banyak lainnya. Jadi jelas jika benar ada 75 persen asap yang tidak terisap perokok aktif, 75 persen itu terpecah-pecah. Tidak segampang bilang 75 persen itu seluruhnya diisap perokok pasif.

Dari dulu, sepertinya memang seperti inilah penyakit akut para pengusung anti-rokok, mudah sekali melakukan penyederhanaan dan ujung-ujungnya selalu menimpakan beban persoalan sebatas pada rokok semata. Ini belum lagi pengaruh asap kendaraan, asap buangan pabrik, dan ragam rupa asap lainnya yang bergerak bebas di udara dan sangat mungkin diisap manusia. Tentu asap-asap itu berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan. Namun, paling enak dan paling gampang memang menyalahkan rokok saja. Gampang dan mudah dan mungkin menguntungkan secara kampanye dan finansial.

Untuk menutup tulisan ini, saya sama sekali tidak hendak mengajak Anda semua untuk merokok. Tidak. Sama sekali tidak. Silakan merokok jika Anda ingin. Silakan memilih tidak jika Anda tidak ingin. Karena merokok itu hak yang dilindungi undang-undang, pun begitu dengan pilihan tidak merokok, juga dilindungi undang-undang.

Tulisan ini hendak menyuarakan diskriminasi yang melulu diterima oleh para perokok. Seakan mereka satu-satunya penyebab sakit kanker di paru-paru dan jantung dengan menafikan banyak sebab lainnya yang jauh lebih berbahaya.

Tetaplah merokok dengan santun jika Anda merokok. Merokok hanya di tempat yang diperbolehkan merokok, merokok jauh dari anak-anak dan ibu hamil dan mereka yang alergi terhadap asap rokok. Dan, jangan lupa berbagi rokok kepada sesama perokok yang kebetulan kehabisan rokok.