logo boleh merokok putih 2

Mukti Caffe, Surga Penikmat Tembakau Linting

Bangunan dua lantai itu sudah berdiri lama. Letaknya tepat di samping gerbang Pecinan Semarang. Bau dupa meruap bercampur dengan tembakau, terkadang kalau beruntung bisa juga mencium aroma bakmi Jawa yang sering jualan depannya.

Suasana sekitar sangat khas Semarang. Khas kota besar di pesisir pantai utara Jawa. Kalau njenengan dateng pas akhir pekan, maka di daerah sekitarnya akan sangat ramai dengan Pasar Malam Semawis.

Sebagai kota niaga yang berkebudayaan majemuk, Mukti Café cocoklah menjadi buktinya. Karena berada di Pecinan, langgam toko khas Tionghoa memang menonjol. Dari luar ornamen lampion merah terpasang. Mengapit tulisan Mukti Café yang tercetak dalam ukiran kayu. Antara kata “Mukti” dan “Café” ada dua buah kaligrafi. Sepintas mirip kaligrafi cina, namun jika jeli membacanya, kaligrafi tersebut adalah kaligrafi arab bertuliskan Laa ilaahaillallah, Muhammadur Rasulullah.

Masuk ke dalam sudah berjejer berbagai macam toples yang berisi tembakau aneka macam. Dari yang langganan pak becak hingga langganan adik-adik hipster. Dari tembakau untuk tingwe, tembakau untuk pipa cangklong, hingga cerutu produk sendiri. Kafenya sendiri berada di lantai dua, di mana untuk naik ke atasnya kita harus melewati tangga besi kecil setengah melingkar yang bermotif doreng khas militer.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis