logo boleh merokok putih 2

Wahai Antirokok, Tahukah Kalian Pentingnya Peran Swasta dalam Kemajuan Olahraga Nasional?

Gerombolan antirokok semakin lama manuvernya semakin aneh. Kini mereka mengkritik klub badminton PB Djarum dengan tudingan telah mengeksploitasi anak-anak untuk promosi produk berkedok pembinaan olahraga badminton.

Kita semua tahu olahraga merupakan element penting untuk mengharumkan nama sebuah negara di kancah internasional. Melalui olahraga nation pride dapat dibangun, sehingga memajukan olahraga menjadi tanggung jawab bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Pemerintah memang stakeholder yang paling bertanggung jawab perihal kemajuan olahraga nasional, tapi tak dapat dipungkiri bahwa pemerintah memiliki keterbatasan, utamanya alokasi anggaran dalam sektor olahraga.

Baca: Cacat Pikir KPAI Memaknai Kata Ekploitasi Anak dan Promosi

Maka peran serta masyarakat dalam memajukan olahraga nasional ditekankan di dalam pasal 75 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Dalam hal ini pemerintah tidak bekerja sendirian, masyarakat berkewajiban ikut ambil bagian, tak terkecuali pihak swasta. Peran swasta sangat dibutuhkan, bahkan pemerintah sampai mendorong pihak swasta untuk turut membina olahraga di Indonesia.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi pernah mengatakan sangat penting peran swasta untuk ikut campur tangan dan membantu peningkatan olahraga nasional dalam konsep awal pembuatan blue print olahraga visi Indonesia hebat.

Di negara-negara lain, swasta memiliki peran penting dalam pengembangan olahraga. Lihat saja misalnya klub-klub sepakbola Eropa, dengan pengelolaan klub yang mandiri mereka dapat membangun stadion, akademi, fasilitas latihan, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Semuanya berkat peran serta pihak swasta. Alhasil, dari klub-klub tersebut dapat melahirkan pemain tim nasional yang hebat.

Baca: Tuduhan Keterlaluan Yayasan Lentera Anak Terhadap Djarum Foundation

Di Indonesia yang terjadi justru sebaliknya, pemerintah dituntut lebih keras untuk memfasilitasi kegiatan olahraga nasional. Mendorong peran swasta dalam pembinaan olahraga pun sulit.

Seperti dalam kasus tudingan eksploitasi anak oleh antirokok kepada klub badminton PB Djarum. Hal tersebut merupakan fenomena buruk dalam hal mendorong peran swasta memajukan olahraga nasional.

Gerombolan antirokok yang menuding klub PB Djarum ini tidak paham mana konteks promosi dan mana konteks pembinaan olahraga. Klub PB Djarum adalah klub swasta atlet badminton, PB Djarum dalam hal ini bukanlah perusahaan rokok yang menjadikan badminton sebagai media promosi mengajak publik membeli produknya.

Tudingan antirokok ini langsung direpon oleh Director Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin. Menurutnya program Audisi Beasiswa Djarum Badminton tidak pernah mengeksploitasi anak, apalagi produk rokok atau promosi rokok. Yang ada adalah Djarum Badminton Club.

Tudingan antirokok tidaklah memiliki landasan argumen yang kuat. Mereka hanya mensimplifikasi dari logo PB Djarum yang ada di kaos-kaos peserta audisi klub PB Djarum diasosiasikan sebagai kegiatan marketing dengan mengeksploitasi anak-anak.

Kalau memang benar sebagai kegiatan marketing, kenapa antirokok baru sekarang ribut-ribut soal logo brand? Kenapa waktu zaman Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo tidak diributkan?

Tapi memang begitulah antirokok, mereka selalu resah jika ada simbol-simbol brand produk rokok di sendi-sendi kehidupan masyarakat. Padahal masalahnya bukan di persoalan simbol, melainkan pengetahuan mereka yang minim dalam banyak hal. Tahu apa mereka soal olahraga?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek