Sekira empat tahun lalu, saya pernah berjumpa dan berbincang dengan seseorang yang ketika itu sedang begitu muntab usai ia mencoba konsisten menjalani pola hidup sehat selama sekira dua tahun. Ia memilih berlaku begitu usai dua orang rekannya divonis dokter menderita penyakit kanker di payudara dan hati.
Rekannya yang menderita kanker hati, seorang perokok berat. Rekannya yang terserang kanker payudara, tidak merokok. Dokter memvonis keduanya sudah tak akan lama lagi berada di bumi karena kanker yang mereka derita sudah menggerogoti bagian tubuh lainnya.
Baca: Rokok Bukan Penyebab Kanker Paru
Khawatir terserang kanker juga, Ia lantas memutuskan untuk menjalani pola hidup sehat. Makan makanan sehat, berhenti merokok, olahraga cukup, istirahat sesuai ketentuan, dan bermacam pola hidup sehat lainnya.
Dua tahun berturut-turut Ia membatasi mengonsumsi daging, membeli dan memasak sendiri sayur-sayuran untuk ia konsumsi, rutin memakan buah-buahan, dan menghindari mengonsumsi minuman bersoda dan beralkohol. Ia juga rutin bersepeda menuju lokasi kerja dan kembali ke rumah usai bekerja.
Ia lantas menemukan sebuah artikel dan membacanya. Sebuah artikel yang baginya begitu membikin ia marah dan muntab karena merasa apa yang sudah ia lakukan selama ini begitu sia-sia.
Apa yang menyebabkan ia merasa pola hidup sehat yang ia jalani saat itu menjadi sia-sia? Karena dalam artikel yang ia baca itu, ia menemukan fakta yang begitu menyakitkan. Memang, secara mendasar pilihan makanan, sayuran dan buah-buahan yang ia konsumsi itu adalah produk-produk sehat. Sangat sehat. Namun, proses produksi kebanyakan makanan yang sesungguhnya sehat itu nyatanya, menurut artikel yang ia baca, begitu kotor.
Pupuk kimia sintetis dijejalkan ke tanaman padi, sayuran dan buah-buahan guna menggenjot produksi. Pestisida kimia sintetis disemprotkan ke produk-produk itu guna menghalau hama yang dianggap akan mengganggu tanaman. Alhasil, zat-zat kimia sintetis berbahaya menempel pada beras, sayur, dan buah-buahan yang ia konsumsi.
Rokok: Perokok Pasif, Mitos Kuno yang Masih Diperdebatkan
Tak cukup sampai di situ, ketika hendak dipasarkan, sayuran dan terutama buah-buahan banyak dilapisi zat lilin agar buah-buahan awet dan tidak lekas membusuk. Semua itu, pupuk kimia, pestisida sintetis, dan zat lilin yang mengendap pada produk-produk yang sesungguhnya sehat, malahan menjadi bencana baru karena zat-zat itu begitu berbahaya dan dapat menyebabkan bermacam penyakit dalam tubuh manusia, termasuk penyakit kanker yang begitu ia takuti.
Baru-baru ini, saya membaca sebuah artikel yang mempertanyakan mengapa ada banyak penderita penyakit kanker paru-paru yang sama sekali tidak merokok. Ia tetap menderita kanker paru-paru padahal sama sekali tidak pernah merokok.
Alasan paling gampang dan sekadar cari pembenaran, dalil perokok pasif digunakan. Padahal sudah banyak penelitian ilmiah yang membantah mitos perokok pasif itu. Alasan lain, yang lebih masuk akal, daya tahan tubuh manusia berbeda-beda. Ada yang mudah terserang penyakit (dalam hal ini kanker paru-paru) meskipun tidak merokok, dan ada yang kebal penyakit meskipun ia perokok berat. Namun lagi-lagi, hanya unsur tunggal yang melulu jadi sudut pandang kajian dalam menelaah penyakit kanker paru-paru.
Tak bisa dimungkiri, faktor ekonomi dan penggenjotan produksi guna meraih keuntungan sebesar-besarnya, memaksa mereka memghalalkan segala cara agar semua itu bisa diraih. Hampir seluruh produk yang dikonsumsi manusia kini, seakan sulit dilepaskan dari zat-zat kimia sintetis yang sesungguhnya sangat berbahaya bagi tubuh. Namun semua itu tetap digunakan guna menggenjot produksi.
Pada produk-produk pertanian, mulai dari pupuk, pestisida, dan zat pengawet bertumpuk-tumpuk berjejalan ikut masuk dalam makanan yang kita konsumsi. Pengawet-pengawet makanan dan minuman instan, juga tak lepas dari zat kimia sintetis berbahaya. Semua itu, semuanya begitu berbahaya bagi tubuh jika berada dalam tubuh dalam jumlah banyak.
Lebih dari itu, hampir semua zat kimia sintetis yang terkandung dalam produk pertanian dan makanan instan, terdeteksi karsinogenik, zat yang bisa memicu penyakit kanker dalam tubuh. Belum lagi polusi udara dari kendaraan bermotor dan asap pabrik yang terus menerus menjejali pernapasan kita. Semuanya juga begitu berbahaya bagi tubuh.
Sayangnya, jika sudah mengkaji penyakit kanker, lebih lagi kanker paru-paru dan sistem pernapasan lainnya, melulu yang menjadi sasaran tembak semata hanya rokok. Hanya itu saja dari begitu banyaknya zat karsinogenik yang setiap hari secara sengaja, diketahui atau tidak, kita jejalkan masuk ke tubuh kita. Kalau sudah begini, melulu rokok dianggap penyakitan dan biang keladi rupa-rupa penyakit. Ini membuktikan, bukan sekadar tubuh kita yang memang mudah terserang penyakit akibat ragam rupa zat kimia yang kita masukkan ke dalam tubuh kita, cara berpikir kita pun sakit karena begitu mudah menyederhanakan, simplifikasi dengan melulu menganggap rokok biang keladi segala masalah.