Kretek sebagai Warisan Budaya Tak Bendawi
Kretek adalah benda budaya yang memiliki kekhususan kultural dan historis (Margana, 2014). Temuan kretek pada abad ke-19 di Kudus, daerah pinggiran utara Pulau Jawa, menjelaskan sejumlah proses adaptif kaum bumiputera yang berpegang pada semangat berdikari di bawah tatanan kolonial. Kreativitas meracik daun tembakau dan cengkeh—populer disebut kretek (clove cigarette) yang penamaannya mengacu pada bunyi—menjadikannya marka pembeda atas produk lain dari luar yang sama-sama memanfaatkan tembakau.
Kretek terus berkembang dinamis melintasi zaman (difusi). Kemudian, mengalami inovasi dan evolusi hingga merembes dan mendalam sebagai pola pengetahuan-pengetahuan masyarakat lokal—yang kehidupannya terkait erat pada budidaya tembakau dan cengkeh. Kretek menunjukkan pola-pola pengetahuan masyarakat bumiputera yang berpijak pada praktik dan kebiasaan mengunyah buah pinang dan daun sirih selama ribuan tahun. Ia komoditas yang menyatukan pelbagai ragam sejarah, budaya, etnis dan agama sepanjang Nusantara serta sumber inspirasi dan warisan budaya dari kekayaan (alam) Indonesia.
Kretek terus diwariskan dalam pelbagai praktik, representasi, ekspresi, dan keterampilan, yang mengolah dan menghasilkan serangkaian instrumen, obyek, dan artefak; tumbuh dalam lingkungan budaya beragam komunitas dan kelompok masyarakat di Indonesia. Bahkan, pola-pola pengetahuan atas kretek menghadirkan individu-individu yang cakap dan memiliki keahlian serta kreativitas yang khas, dari hulu hingga hilir, baik dalam konteks pengrajin maupun industri.
Baca: Mereka yang Mencintai Kretek
Kretek adalah wujud sistem pengetahuan masyarakat bumiputera yang memiliki daya-olah merespons keadaan lingkungan sekitar dan interaksinya dengan alam, bertahan melewati rentang sejarah yang panjang, sehingga mampu memunculkan suatu jati diri dan memiliki daya-serap berkesinambungan, yang gilirannya menjadikan kretek sebagai salah satu dari keanekaragaman budaya dan kreativitas manusia di Indonesia. Dengan kata lain, kretek itu bentuk pengetahuan bumiputera yang mencerminkan identitas tentang kebangsaan, kelas, budaya, dan ragam etnis tertentu.
Kretek sebagai warisan budaya tak bendawi berpijak pada pengetahuan masyarakat yang mampu mengolah-dayakan alam, yakni tembakau dan cengkeh, lantas meraciknya menjadi benda atau artefak yang memiliki nilai ekonomi (bersentuhan dengan kebiasaan penduduk Nusantara mengunyah daun sirih dan pelbagai ubarampe), dan pewarisannya terus hidup lewat sejumlah ekspresi budaya masyarakat-masyarakat di Indonesia (Hanusz, 2000).
Kretek sebagai Kebudayaan
Kebudayaan adalah sistem pengetahuan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya. Ia menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong berseminya perilaku. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi perilaku dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973) atau sebagai “pola-pola bagi perilaku manusia” (Keesing, 1971).
Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, terdiri atas model-model kognitif yang digunakan manusia secara kolektif sesuai lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
Kretek sebagai kebudayaan menjadi pedoman atau cetak biru guna menafsirkan keseluruhan tindakan manusia sehingga menghasilkan beberapa tradisi, kesenian ritual dan mitologi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ia menjadi pedoman bagi masyarakat yang menyakininya melalui proses belajar, tumbuh-kembang, modifikasi dan replikasi. Sehingga, setiap hal dalam kehidupan manusia pada dasarnya bermula dari kemampuan pikiran manusia dalam berkreasi.
Carol R Ember dan Melvin Ember menjelaskan beberapa sifat dari kebudayaan: ia menjadi milik manusia melalui proses belajar; ia perihal bersama dalam suatu masyarakat tertentu; ia cara berlaku yang terus-menerus dipelajari; dan ia tak bergantung dari transmisi biologis atau pewarisan lewat unsur genetis. Sistem pengetahuan terutama sekali membentuk pedoman dalam bertindak, berperilaku, dan menggambarkan peta-peta kognitif manusia yang diwariskan dan ditransimisikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Seirama definisi itu, bila merujuk pada penemuan kretek dalam kehidupan manusia, dapat dikemukakan bahwa meramu dan mengolah antara tembakau dan cengkeh plus perisa—yang menjadi produk berupa kretek—adalah suatu proses mengginterpretasikan sumberdaya alam di lingkungan setempat. Ia menunjukkan kemampuan pikiran manusia dalam berkreasi dan termanifestasikan dalam pengetahuan manusia.
Ia adalah ekspresi atau produk yang terintegrasi dalam budaya masyarakat meliputi tradisi lisan, tradisi ritual dan kesenian, yang muncul sebagai ciri khas. Selain itu, terdapat budaya dengan cara mengolah dan meramu itu menghasilkan resep-resep yang membentuk citarasa khas kretek, berpedoman pada cetak biru kognitif yakni satu sistem pengetahuan yang penting dan unik. yaitu, cara mengolah dan meramu itu menghasilkan resep-resep yang membentuk citarasa khas kretek Sehingga, bila budaya kretek hilang, maka tak ada resep-resep untuk membuat kretek, yang ujungnya tiada pula (melahirkan) kretek.
Sistem Pengetahuan Kretek
Pendeknya, kebudayaan kretek atau kretek sebagai budaya adalah sistem pengetahuan melalui proses belajar yang menyatu dengan budaya lisan, tradisi ritual, kesenian, mitologi dan berupa resep-resep yang ditemukan, dimodifikasi, dikembangkan, dan bahkan model-modelnya dapat direplikasi ke dalam bentuk lain pada kehidupan manusia.
Sederhananya, untuk melacak bagaimana sistem pengetahuan bekerja di balik (daya-cipta) kretek, dan resapan-resapannya membentuk ragam ekspresi sosio-kultural di tengah kehidupan masyarakat Indonesia, bisa terbaca lewat bagan berikut:
Bagan yang menjelaskan matriks evolusi kebudayaan kretek
Bagan di atas menjelaskan konsep sistem pengetahuan dalam kretek sebagai warisan budaya tak bendawi. Lingkaran konsentris utama menjelaskan inti kebudayaan kretek sebagai sistem pengetahuan. Kedua, lingkaran berikutnya menjabarkan sistem pengetahuan melalui perilaku meracik tembakau, cengkeh, saus yang dibalut pembungkus—kesatuan komponen utama kretek. Lingkaran berikutnya adalah keseluruhan produk kretek dari refleksi atas citarasa masyarakat tertentu tempat kretek diproduksi. Lingkaran selanjutnya merupakan turunan kebudayaan kretek dalam pelbagai ekspresi dan pola-pola simbolik, yang menyatu secara langsung dengan fungsi kretek itu sendiri. tapi memperkaya ekspresi kultural masyarakat, khususnya di lingkungan sosial budidaya kretek.