logo boleh merokok putih 2

Kretek Sebagai Warisan Budaya Tak Bendawi (2)

cengkeh indonesia

Kretek sebagai benda budaya tak semata memiliki dimensi historis tapi juga kekhususan kultural. Ini adalah sistem pewarisan dan pengetahuan yang menjadikannya, dan terutama melambangkan sebuah corak identitas khas dari Indonesia.

Beragam kebudayaan yang terekspresikan oleh masyarakat-masyarakat Indonesia merepresentasikan kretek sebagai unsur simbolik terpenting di dalamnya.

Baca: Kretek Sebagai Warisan Budaya Tak Bendawi (1)

Sejumlah praktik simbolik kretek terhimpun sebagai berikut:

AMONG TEBAL

Satu ritual yang menandai awal musim tanam tembakau oleh para petani Temanggung, khususnya di desa Legoksari, kecamatan Tlogomulyo, tempat penghasil tembakau mutu terbaik, antara akhir Maret hingga awal April. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Makukuhan, tokoh mitologis yang dipercaya para petani membawa bibit tembakau ke wilayah itu.

Dipimpin kepala urusan agama desa dan berlangsung di tengah tegalan pada pagi hari sebelum penanaman bibit tembakau, sajian yang dihidangkan sekurangnya menunjukkan penghayatan simbolisme seperti tumpeng ungu, tumpeng putih, tumpeng kuning, tumpeng tulak, ingkung ayam cemani, bibit tembakau 11 batang, dan bendera-bendera uang kertas berjumlah Rp 110.000.

KENDUREN

Istilah umum bahasa Jawa untuk ritual selamatan. Di kalangan petani Temanggung, Jawa Tengah, dikenal kenduren-kenduren khusus terkait aktivitas tanam tembakau, yakni kenduren lekas macul, satu upacara sebelum melakukan pencangkulan lahan yang akan ditanami tembakau dengan mengundang tetangga dan tokoh desa; kenduren lekas nandur, sebelum siap tanam yang dihadiri keluarga terdekat; kenduren wiwit pada saat lahan siap tanam; kenduren membuat jenang khusus untuk tembakau srintil; dan terakhir kenduren membuat larapan atau anjap-anjapan, penyangga alat penjemur tembakau (disebut rigen di Temanggung atau widig di Boyolali atau sasag untuk petani Sumedang dan Garut).

MAPOPUTI CENGKE’

Satu jenis tarian dari Sulawesi Tengah yang ditampilkan saat berlangsung panen cengkeh sebagi ungkapan rasa syukur atas hasil panen. Gerakan tarian ini mengambarkan kelincahan seorang gadis saat memetik cengkeh.

SAJEN

Sebagai persembahan dalam upacaraupacara tradisional di mana kretek salah satu unsur bahan persembahan itu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

SUGUHAN

Di masyarakat Bali di mana kretek menjadi unsur persembahan untuk roh jahat di tempat-tempat yang dianggap wingit supaya tak mengganggu manusia.

TARI KRETEK

Di Kudus yang terilhami proses pembuatan kretek dari melipat dan membatil hingga mengepak kretek. Para penari memakai kostum caping cole, konde ayu, suweng markis, dan pernak-pernik berupa kalung susun renteng 9 yang melambangkan wali sanga serta bros berjumlah 5 buah mewakili rukun Islam. Tarian ini diciptakan Endang dan Supriyadi, pegiat Sanggar Tari Puringsari pada pertengahan 1885.

TARI LAHBAKO

Di Jember berupa gerakan cara mengolah tembakau dari menanam, memetik, hingga pengolahannya di gudang tembakau, diciptakan pada 1985 atas arahan Bagong Kussudiardjo, maestro seni tari asal Yogyakarta. Lahbako artinya olahtembakau.

WIWITAN

Satu ritual yang menandai awal musim panen terutama oleh kalangan petani tembakau di Temangggung, kendati dapat dijumpai di wilayah lain. Dilakukan pada pengujung musim kemarau, antara akhir Agustus hingga awal September dengan memerhitungkan hari yang dianggap baik.

Berbeda dengan among tebal pada pagi hari, wiwitan berlangsung pada saatsenja atau petang hari. Dipimpin kaur agama, perangkat upacara menuju ladangtembakau dari permukiman dengan membawa sesajen biasanya berupa tujuhtumpeng, ketan salak, dan daging ayam tolak.

CETHE

Satu leksikon Jawa, untuk menggambarkan aktivitas menyelep bubuk kopi halus di atas sebatang kretek dalam pelbagai motif untuk dinikmati sebagai bentuk kreativitas dan pergaulan sosial saat di rumah, pos ronda, hingga kedai kopi.

JAGONG BAYEN

Sebuah tradisi Jawa mengunjungi tetangga atau kenalan yang dikaruniai momongan atau bayi yang baru lahir. Biasanya aktivitas kultural ini berselang hingga bayi berusia 35 hari dan tuan rumah menyajikan kretek atau tembakau berikut isiannya, diletakkan di atas piring bersama minuman dan makanan lain sebagai suguhan.

Kretek dan Integrasi Kebudayaan

Secara historis, Kudus sebagai kota kelahiran dan tempat tinggal inventorkretek, disebut dan terkenal sebagai Kota Kretek. Penamaan kota ini bisa dijumpai di pintu masuk wilayah Kudus berbatasan Kabupaten Demak,selain di jantung kota di alun-alun simpang tujuh.

Kudus adalah lokus budaya masyarakat yang mewarisi keahlian dan ketrampilan membuat kretek. Ia juga menumbuhkan kreativitas-kreativitas baru bagi masyarakat Kudus maupun masyarakat di luar Kudus seperti membuat brand tersebut.

Efek-ganda dari kretek menumbuhkan kreasi desain gambar dan iklan, pedagang, sablon pembungkus, hingga pembuat papier, dari hulu hingga hilir yang terpaut erat dalam (industri) kretek. Kaitan tradisi dan budaya masyarakat Kudus dengannya terlihat dalam rutinitas setiap hari.

Sejak pagi buta, kaum perempuan berduyun-duyun meninggalkan rumah untuk membuat kretek, dari usia dewasa sampai usia senja. Kudus bertahan dan dihidupi oleh ekonomi kretek sejak era kolonial hingga kini.

Dalam dimensi lain, kretek juga telah menjadi nilai budaya dan sosial bagi masyarakat yang kehidupannya terkait dengannya. Ia tak hanya terkonsentrasi di Kudus melainkan pula di sentra-sentra utama bahan baku. Di sentra utama budidaya tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, misalnya, pola-pola pengetahuan yang meresap dalam tataniaga kretek terus disuburkan melaluisejumlah leksikon kultural.

Di Jember, misalnya, muncul kreasi-cipta tarian kretek. Selain itu, di Minang dan sejumlah daerah lain di Indonesia, kretek merembes dalam ekspresi kultural dan oral, yang menyiratkan dunia perlambang antara alam materi dan spiritual, dan nilai-nilai yang merujuk pada sikap dan tata perilaku dalam pergaulan sosial. Pada masyarakat agraris di Jawa, misalnya, kretek menyiratkan dunia simbolik melalui upacara-upacara. Artinya, dalam takaran budaya, sudah terlepas dari fungsinya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek