logo boleh merokok putih 2

Kretekus Harus Tahu, Inilah Sejarah Penemuan dan Perkembangan Korek Api di Dunia

Korek api dan kretek tak bisa dipisahkan. Tanpa korek api, kretek hanya bisa kita miliki tanpa bisa kita nikmati. Selayaknya hubungan sepasang manusia, sering bersama tapi tak ada cinta di dalamnya, bagaimana rasanya? Tentu sakit bukan?

Keberadaan korek api sangat penting bagi para kretekus, bahkan bukan hanya bagi kretekus, tetapi juga bagi umat manusia. Bisa kita bayangkan jika korek api tidak pernah ditemukan, maka sampai dengan hari ini kita masih harus menggosok kayu atau batu untuk menyalakan api.

Meski keberadaaan korek api amatlah penting, namun masih banyak di antara kita yang belum mengenal sejarah keberadaannya. Berikut ini adalah sejarah penemuan korek api dan perkembangannya dari masa ke masa.

Korek Api Kayu Ditemukan di China

Sejarah mencatat sangat banyak penemuan benda-benda di dunia yang berasal dari negeri China. Salah satunya adalah korek api kayu yang pertama kalinya ditemukan di China.

Sejarah penemuan korek api kayu ini dapat dilacak dalam sebuah buku yang berjudul Catatan Tentang Dunia dan Keanehannya, penulis Tao Gu menulis deskripsi awal korek api. Literatur ini berkisar pada tahun 950 Masehi.

“Jika terjadi keadaan darurat di malam hari, mungkin perlu waktu untuk membuat cahaya untuk menyalakan lampu. Tetapi seorang pria yang cerdik merancang sistem kayu pinus dengan belerang yang sudah diresapi dan menyimpannya siap untuk digunakan,” tulis Tao Gu.

“Pada sedikit sentuhan api, mereka meledak menjadi api. Satu mendapat sedikit nyala seperti biji jagung. Hal yang luar biasa ini dulunya disebut ‘pembawa cahaya’, tetapi kemudian ketika itu menjadi sebuah artikel perdagangan namanya diubah menjadi ‘tongkat api’,” sambung tulisan itu.

Meski literatur menunjukkan tahun tersebut, tapi para ahli percaya korek api ditemukan beberapa ratus tahun sebelumnya. Mereka percaya penemuan ini dibuat tahun 577 Masehi oleh perempuan Qi Utara.

Teks lain tentang penemuan serupa ditulis oleh Wu Lin Chiu Shih sekitar tahun 1270 Masehi. Dalam tulisannya, Shih menyebut bahwa korek api sulfur telah dijual di pasar Hangzhou. Tahun tersebut bertepatan dengan waktu kunjungan Marco Polo. Penyebaran korek api kayu ke berbagai belahan dunia kemungkinan besar karena kunjungan Marco Polo ke negeri China.

Dari Korek Api Kayu Menjadi Korek Api Gesek

Setelah korek api kayu tersebar ke berbagai penjuru dunia, berabad-abad kemudian, korek api gesek diciptakan. Penciptanya adalah Hennig Brandt dari Hamburg, Jerman. Korek api jenis ini tercipkan dari percobaan yang dilakukan Brandt pada 1669 Masehi.

Saat itu, awal mulanya dia mencoba membuat emas dari logam lain. Sayangnya, bukan emas yang tercipta melainkan fosfor. dari penemuan fosfor itulah, dia juga menemukan bahwa fosfor memiliki sifat mudah terbakar.

Mendapati percobaannya tak sesuai harapan, Brandt mengabaikan temuannya. Tapi ini tidak dilakukan oleh asistennya, Robert Boyle. Pada 1680, Boyle melapisi kertas kasar dengan fosfor dan serpihan kayu dengan belerang.

Uniknya, ketika serpihan kayu ditarik melalui kertas kasar, benda itu terbakar. Namun, karena kelangkaan fosfor, penemuan ini masih terbilang mahal, Karenanya, hanya orang kaya yang bisa mengakses temuan baru tersebut. Penemuan Robert Boyle berhenti sampai di situ dan tidak mengembangkannya lagi.

Pasca penemuan Boyle, penemuan korek api terus berkembang, hingga pada tahun 1805 Masehi, seorang ahli kimia Paris bernama Jean Chancel menciptakan korek api dengan minyak mentah.

Alih-alih menggunakan fosfor yang langka, Chancel justru melapisi tongkat kayu dengan potasium klorat, sulfur, gula, karet, dan kemudian mencelupkannya ke dalam botol asbes kecil berisi asam sulfat. Alhasil, koneksi antara asam dan campuran pada tongkat kayu tersebut menghasilkan api.

Selanjutnya di tahun 1826 Masehi, seorang apoteker bernama John Walker melakukan percobaan di laboratoriumnya. Dia mengaduk campuran sulfida antimon, potasium klorat, permen karet, dan pati dengan tongkat kayu.

Walker kemudian mengikis tongkat di lantai batu untuk menghapus segumpal larutan yang telah kering di ujungnya. Anehnya, tongkat itu terbakar. Walker terkejut bukan main, Walker kemudian menyadari dia baru saja menciptakan sesuatu yang menarik. Dia kemudian membuat beberapa tongkat serupa untuk ditunjukkan pada teman dan koleganya.

Salah satu pengamat yang menyaksikan temuan Walker adalah Samuel Jones. Tidak mau menyia-nyiakan apa yang dilihatnya, Jones mengkomersilkan korek api ala Walker itu dengan merk dagang “Lucifer”.

Namun karena penemuan Lucifer belum sempurna, sering kali Lucifer menyemburkan api dan mengeluarkan bau belerang yang sangat berbahaya. Akhirnya Lucifer belum bisa diproduksi secara massal.

Kasus Lucfer ini mendorong seorang ahli kimia Perancis, Charles Sauria di tahun 1830 Masehi memformulasi ulang korek api untuk menghilangkan bau busuk dan memperpanjang waktu pembakaran.

Sauria kembali mencoba membuat korek api berbasis fosfor yang lebih aman untuk diproduksi secara massal. Namun, meskipun korek api tersebut aman digunakan, fosfor merupakan bahan kimia yang sangat beracun. Hal ini membuat puluhan pekerja pabrik korek api menjadi sakit di bagian tulang wajah.

Untuk mengatasinya, banyak pabrik beralih dari penggunaan fosfor putih yang beracun ke fosfor merah yang tidak beracun. Tapi, harga fosfor merah saat itu lebih mahal untuk produksi.

Korek api yang menggunakan fosfor merah ini dibuat oleh Gustaf Erik Pasch dari Swedia pada 1844 Masehi. Pasch kemudian mematenkan penggunaan fosfor merah dengan permukaan penggesek.

Kemunculan Korek Api Pemantik

Seiring perkembangannya, korek api gesek berkembang menjadi korek api gas dengan pemantik api. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.

Perkembangan ini diawali pada 1823 Masehi oleh ahli kimia Johann Wolfgang Döbereiner. Alat yang disebut “lampu Döbereiner” ditemukan oleh Wolfgang Döbereiner sebagai batu loncatan penemuan pemantik api di seluruh dunia. Temuan Döbereiner tersebut menggunakan reaksi kimia antara seng dan asam sulfat untuk menciptakan gas hidrogen yang mudah terbakar.

Pada 1903 Masehi batu api khusus pengganti platinum sebagai katalis ditemukan ilmuwan asal Austria Carl Auer von Welsbac. Batu api ini terdiri dari paduan piroforik, cerium 70%, dan 30% besi. Ketika tergores atau dipukul, ia akan mengeluarkan bunga api.

Berbekal penemuan Welsbach, seorang pengrajin logam bernama Louis Ronson menciptakan sebuah pemantik. Pada 1910 Masehi, Ronson mematenkan pemantik hasil karyanya yang diberi label Pist-O-Liter. Tiga tahun kemudian, perusahaannya, Ronson Lighter Company, memproduksi pemantik modern seukuran genggaman tangan. Bahan bakarnya berganti dari hidrogen ke nafta. Karena menggunakan batu api, harganya pun relatif murah. Pemantik pertama keluaran Ronson diberi label “Wonderlitte”.

Pada 1920 Masehi, di tengah periode Art-Deco, merokok menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Eropa. Meski saat itu harga pemantik tak semahal sebelumnya, pemantik masih menjadi barang mewah bagi sebagian orang, terutama kaum buruh yang sebagian besar perokok. Tapi kondisi tersebut kemudian berubah berkat George G. Blaisdell, pengusaha asal Bradford, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Blaisdell menciptakan pemantik model baru. Dia merancang sebuah kap berlubang untuk sumbu, yang dapat menahan hembusan angin. Selain itu, dia memodifikasi ruang bahan bakar menjadi lebih efisien dan menambahkan tutup flip-top berengsel. Hasil karya Blasidell dikenal masyarakat dengan sebutan Zippo, sebuah label pemantik yang tenar hingga saat ini.

Seperti tertulis Russell E. Lewis dalam Zippo Lighters: An Identification and Price Guide, Blaisdell mulai merancang pematiknya sejak 1932 Masehi dan mulai memproduksinya setahun kemudian. Kata “Zippo” digunakan karena Blaisdell amat menyukai bunyi pengucapan dari kata “zipper” (risleting). Jadi merek Zippo merupakan pelesetan dari kata zipper. Zippo garapan Blaisdell kali pertama diluncurkan dengan harga 1,95 dolar.

Setelah lahirnya Zippo, banyak perusahaan pemantik bermunculan, terutama dari perusahaan rokok. Antara lain Dunhill, St Dupont, dan Colibri. Sengitnya persaingan membuat harga pemantik jadi murah, sehingga buruh dapat memilikinya.

Memasuki 1940 Masehi, bahan bakar pemantik mulai bergeser dari nafta ke butana. Bau butana tak setajam nafta. Selain itu, butana yang terkompresi dapat diatur intensitas “kekuatan” apinya.

Salah satu penemuan penting dalam sejarah pemantik tercatat pada 1917 Masehi saat para ilmuwan Prancis menemukan media “Piezoelektrik” yang menjadi pengganti batu api sebagai katalis. Batu api yang terus tergesek oleh “roda besi” kecil pemantik lama-lama tergerus, dan jika sudah habis maka harus diganti, inilah yang mengilhami lahirnya piezoelektrik.

Sebuah pemantik dengan sistem kerja memanfaatkan dua kabel kecil yang dapat menghasilkan aliran listrik untuk memicu api saat gas keluar. Meski sudah ditemukan sejak 1917 Masehi, tapi pemantik piezoelektrik baru keluar di pasaran pada 1950-an.

Dengan adanya pemantik piezoelektrik inilah kemudian memunculkan berbagai jenis pemantik api yang biasa kita temui sehari-hari. Tentu jika melihat pada sejarah penemuan dan perkembangannya, prosesnya amatlah panjang hingga sampai kepada pengunaan pemantik api saat ini.

Untuk menghargai para penemu korek api, marilah kita bakar kretek dengan penuh rasa syukur sembari mengirimkan doa kepada para penemu yang telah berjasa menemukan korek api.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek