logo boleh merokok putih 2

Mengisap Tembakau Mars Brand di Kaki Gunung

Mendekati usia 20 tahun, saya baru benar-benar memutuskan untuk merokok. Jika melihat peraturan terkait diperbolehkannya seseorang merokok, saya terhitung tertib, karena dalam peraturan usia 18 tahun seseorang baru diperbolehkan merokok. Semasa usia SMP dan SMA, sekali dua kali saya memang pernah mencoba merokok, tetapi sekadar menuntaskan rasa penasaran saja.

Penyebab utama saya memutuskan merokok adalah hobi mendaki gunung yang saya geluti. Sebelum saya memutuskan merokok dan kerap pergi mendaki gunung, saya melihat rekan-rekan mendaki saya begitu nikmat merokok saat rehat dalam perjalanan atau ketika malam tiba dan kami sudah berada di lokasi bermalam pada salah satu pos pendakian.

Baca: Mengenal Jenis Tembakau Terbaik Temanggung

Pada Februari 2006, saat pendakian lintas Gunung Lompobattang-Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan, saya memutuskan menjadi perokok aktif. Saya memulai menjadi perokok dari yang paling mendasar, merokok tingwe (linting sendiri), msngambil selembar kertas linting, mencuplik sejumput tembakau rajangan lalu meletakkannya di atas kertas linting, kemudian menabur potongan bunga cengkeh kering ke atasnya lantas menggulung kertas linting. Beberapa kali saya gagal melinting hingga akhirnya rekan mendaki saya membuatkan rokok kretek tingwe untuk saya. Ia memang yang membawa semua itu. Ale namanya.

Selanjutnya, tiap kali hendak merokok sepanjang pendakian selama enam hari lima malam, Ale berbaik hati membuatkan rokok kretek tingwe untuk saya. Saya ingat betul momen itu. Momen pendakian dan kali pertama saya memutuskan menjadi perokok aktif. Merek tembakau yang saya isap ketika itu, Mars Brand, produk tembakau rajangan yang sudah dikemas dalam kemasan berwarna kombinasi oranye dan hitam, yang tiap kemasannya memiliki takaran tembakau seberat 45 gram.

Baca: Rokok, Asupan Jiwa yang Baik

Produk tembakau Mars Brand diproduksi oleh PT. Bentoel, perusahaan rokok yang berpusat di Kabupaten Malang yang kini mayoritas sahamnya dimiliki British American Tobacco. Saya tak tahu kapan produk Mars Brand kali pertama diluncurkan. Saya juga tak paham tembakau jenis apa dan dari mana tembakau yang digunakan untuk produk tersebut. Yang jelas, kali pertama saya mencicipnya, saya merasa cukup cocok. Apalagi ketika itu saya sebagai perokok pemula.

Aromanya khas, gurih dan menyegarkan. Ketika diisap, ia cukup lembut, tidak menyedak di tenggorokan. Kelak saya tahu, keberadaan bunga cengkeh kering dalam lintingan yang membikin produk kretek semakin lembut diisap.

Selanjutnya, sehari-hari saya memang tidak rutin mengisap tembakau Mars Brand. Saya memilih produk rokok kretek Sigaret Kretek Mesin (SKM) reguler yang tak perlu repot melinting lagi ketika hendak mengisapnya. Namun, ketika mendaki gunung, saya pasti membawa tembakau Mars Brand sebagai selingan merokok reguler. Namun, selanjutnya saya jarang mencampur cengkeh kering dalam lintingan yang saya buat.

Baca: Beberapa Manfaat Tembakau Selain untuk Bahan Baku Rokok

Pada mulanya, saya menduga produk tembakau Mars Brand menyasar pasar para perokok usia di atas 40 tahun. Nyatanya dugaan saya salah. Saya kerap melihat pemuda menenteng produk Mars Brand dan asyik mengisapnya. Produk ini juga mudah didapat di gerai-gerai Circle K dulu. Kini itu sudah agak sulit karena penyalahgunaan kertas linting bermerek sama dengan produk tembakau, Mars Brand. Kertas itu kerap dipakai untuk melinting ganja. Imbasnya, orang takut membeli produk tembakau Mars Brand karena khawatir dicurigai sebagai pemakai ganja.

Beberapa hari lalu, saya membeli produk tembakau Mars Brand, satu pak berisi 45 gram tembakau kini seharga Rp12 ribu. Kertas linting bermerek Mars Brand, dijual terpisah, harganya juga Rp12 ribu satu kotak. Saya membeli sebelum berangkat menuju lokasi saya bertugas sebagai koordinator program Sokola Kaki Gunung yang lokasi programnya berada di lereng selatan Gunung Argopuro, Jawa Timur. Saya pikir, bernostalgia bersama tembakau Mars Brand di kaki gunung cukup menarik, kemudian menuliskannya untuk situsweb ini.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Fawaz al Batawy

Fawaz al Batawy

Pecinta kretek, saat ini aktif di Sokola Rimba, Ketua Jaringan Relawan Indonesia untuk Keadilan (JARIK)