OPINI

Kerusuhan 22 Mei dan Makna Sebatang Rokok bagi Abdul Rajab

Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta meninggalkan kisah pilu dari Abdul Rajab, seorang pemilik warung di Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Pada saat malam kerusuhan, warung Rajab habis dijarah massa, ludes tak tersisa. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.

Diantara barang dagangan Rajab yang dijarah massa, rokok merupakan salah satu barang dagangan yang bernilai besar taksiran kerugiannya. Sebagaimana pengakuan Rajab kepada pihak media.

“Rokok minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri,” tutur Rajab.

Baca: Cebong dan Kampret, Merokoklah agar Rileks Menerima Perbedaan

Rokok memang menjadi salah satu komoditas dagangan yang memiliki nilai tinggi bagi para pedagang warung. Suatu hari saya pernah bertanya kepada seorang pedagang kaki lima. Pertanyaannya sederhana, “Dagangan apa, Pak, yang paling laku, dan untungnya paling banyak buat bapak?” Sembari menghitung uang kembalian, si bapak menjawab, “apalagi kalau bukan rokok, Mas.”

Dari percakapan singkat di atas, boleh jadi rata-rata pedagang kaki lima atau eceran lainnya akan menjawab hal yang sama. Pasalnya bukan sekali-dua kali pertanyaan tersebut dilayangkan kepada para pedagang eceran. Berkali-kali sudah dan jawabannya tetap sama, yakni rokok atau rokok akan menjadi salah satu di antara berbagai jenis dagangan yang laku dijual.

Rajab dan pedagang kecil lainnya merupakan bagian dari rakyat yang menggantungkan hidupnya dari sektor Industri Hasil Tembakau (IHT). Sektor IHT dari hulu ke hilirnya memberikan penghidupan bagi 30 juta jiwa rakyat Indonesia.

Rajab dan pedagang kecil lainnya hidup dari sektor hilir IHT. Mereka menjadi bagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki peran sangat besar dalam perekonomian Indonesia.

Baca: Tionghoa dan Sejarah Pertembakauan Nusantara

Menurut data BPS 2014, jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia sebanyak 57,89 juta unit, atau 99,99 persen dari total jumlah pelaku usaha nasional. UMKM memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukan PDB sebesar 60,34 persen.

UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor.

Meskipun Rajab hanyalah seorang pedagang kecil, tapi lihatlah kontribusinya terhadap negara, beliau dan para pedagang kecil lainnya adalah ujung tombak bagi perekonomian negara. Adapun rokok yang sehari-hari dijual oleh Rajab merupakan tiang penghidupan bagi Rajab.

Seharusnya para penjarah merasa malu bahwa mereka telah merampas penghidupan Rajab yang notabene juga berasal dari kalangan rakyat kecil. Rokok yang dijarah dari warung Rajab adalah sumber penghidupan baginya, tidakkah kalian merasa berdosa?

Teruntuk kalian para penjarah yang merasa telah melakukan aksi heroik pada tanggal 22 Mei lalu, kalian tidaklah lebih heroik dan mulia ketimbang Rajab. Mungkin Rajab hanyalah seorang pedagang kecil yang berjualan rokok untuk menghidupi diri dan keluarganya sehari-hari, tapi bagi kami Rajab adalah pahlawan yang sesungguhnya. Pahlawan yang telah menggerakan sektor IHT dan telah banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.