logo boleh merokok putih 2

Mengintip Sekilas Proses Pembuatan Kretek Tangan di Kota Kretek Kudus

Proses pembuatan kretek tangan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Secara umum, ada dua orang yang berperan dalam proses pembuatan kretek tangan, yaitu yang disebut sebagai penggiling dan pembatil. Keduanya duduk berdampingan untuk saling bekerjasama sesuai dengan peran dan urutan kerja masing-masing. Biasanya penggiling di sebelah kanan dan pembatil di sebelah kiri.

Penggiling duduk menghadap dua buah alat: Pertama yang disebut sebagai “alat gilingan” dan kedua “tong tembakau”. Tong tembakau berisi tembakau yang kemudian dijatuhkan ke sebuah nampan di bawahnya. Pengisian tembakau ini dilakukan oleh pembatil. Setelah mengisi tong tembakau, pembatil juga menyediakan kertas pembungkus kretek (Papir) yang jumlahnya sekitar 100an lembar dan membubuhkannya di bagian sampingnya lem dengan tipis dan merata. Proses ini disebut ngiping. Jika kertas pembungkus itu akan habis, ia segera ngiping lagi.

Baca: Industri Rokok Kretek Pasca Pemilihan Umum

Penggiling kemudian njumput, yakni mengambil tembakau dengan ujung jari-jari yang banyaknya seukuran sebatang kretek dari nampan. Ia kemudian meletakkan tembakau tersebut di bagian tatah (cangkeman) dari alat gilingan dan me-wiwir-nya secara merata dari ujung bakar ke ujung isap. Setelah itu ia akan men-jojoh, atau menusuk-nusuk dengan ujung jari agar lebih masuk dan lebih padat. Jojoh dilakukan maksimal 3x.    

Setelah itu, penggiling akan ngoyoh, yakni menarik tuas giliran 2-3x, agar tembakau lebih klemis dan rapi. Lalu disusul dengan tampanan, meletakkan kertas pembungkus (tapir) di nampan, di garis yang telah ditentukan dengan tangan kiri. Dalam waktu yang hampir bersamaan, tangan kanan nalip, yakni menarik tuas di mana kain mori yang menjulur menggulung kertas tapir dan membungkus batangan kretek.      

Tembakau telah terisi dan membentuk sebatang kretek. Penggiling kemudian mengambilnya dan ngesut, meratakan tempelan lem dari atas ke bawah agar lebih kencang. Hasilnya diletakkan pada nampan khusus yang berada di depan pembatil. Proses pekerjaan selanjutnya akan dilakukan pembatil.

Pembatil akan mengambil dua batang kretek yang telah jadi dan memotong bagian ujung-ujungnya berupa tembakau yang menyembul, baik di bagian ujung hisap maupun ujung bakar dengan gunting, agar rapi. Selanjutnya, ia ngeplongi, yakni mengukur diameter kretek baik ujung isapnya yang lebih kecil maupun ujung bakarnya yang lebih besar (konos) dengan menggunakan ‘alat plong rokok’, yakni sebuah plat kecil dengan dua lobang yang menunjukkan ukuran diameter ujung isap dan diameter ujung bakar. Jika ada yang tak sesuai (ngeplong) dengan ukuran lubang itu, berarti bentuknya meleset dan keliru. Kretek yang ukurannya keliru, misal kebesaran atau kekecilan, akan dikumpulkan tersendiri.

Baca: Kudus; Kota Santri dan Kota Kretek

Kretek-kretek yang telah dipotong dan diukur persisinya kemudian dikumpulkan dalam jumlah 50. Komposisinya adalah 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 8 + 7. Komposisi ini disusun berdasarkan besarnya genggaman dua tangan dan dengan komposisi itu, pembatil tidak perlu lagi menghitung karena komposisi itu sudah akan menunjukkan jumlah 50 dan dibalut dengan selongsong kertas yang ikatannya cukup dengan ditekuk-tekuk. Proses ini disebut ngelongsongi. Agar rata atas – bawah, pembatil akan netek, meratakan dengan menggunakan papan geblekan.

Alat utama dalam proses pembuatan kretek tangan adalah ‘alat penggiling’ yang dioperasikan dengan tangan. Alat penggiling ini terbuat dari bahan kayu jati yang berbentuk siku-siku menyerupai kursi lipat. Kaki yang bagian belakang untuk berdiri dan bagian depan berfungsi sebagai ‘stang gilingan’ dan ‘as’.  Bagian bawah untuk berdiri sekaligus tempat ‘bunukan’. Di tengah-tengah yang agak bolong ada cangkeman yang berfungsi untuk meletakkan tembakau, wedokan (yang menjepit kain mori), dan kain mori yang membentang panjang sebagai penggulung kretek.

Tembakau diletakkan di atas kain mori yang dijepit cangkeman yang kemudian digulung ke dalam kertas pembungkus (tapir) setelah tuasnya ditarik. Cangkemannya dibentuk sedemikian rupa, agar kretek konus, yakni kecil di bagian ujung hispa dan besar di bagian ujung bakar. Singkatnya alat ini berfungsi menggiling atau menggulung tembakau ke dalam kertas tapir.

Baca:  Peran Rokok Kretek Saat Masa Revolusi Fisik di Negeri Ini     

Alat penggiling sekarang dipakai adalah generasi ketujuh dalam sejarah pembuatan kretek tangan di Kota Kudus. Sebelumnya alat ini jauh lebih sederhana dan makin ke belakang, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, mengalami inovasi sehingga dalam bentuknya seperti sekarang.

Bahan utama kretek tangan adalah tembakau yang dicampur dengan cengkeh dan berbagai perisa (terbuat dari rasa buah-buahan). Tembakau ini dipillih dan dipilah oleh para grader dan diolah sebagai bahan kretek. Proses pemlihan dan pemilahan ini dilakukan secara manual di mana kemampuan ini terbentuk dari bakat, pengetahuan, feeling, dan pengalaman yang panjang. Hal , dan Komposisi ini membuat kretek menjadi khas Indonesia dan tidak ditemukan di negara lain.

Kemudian yang kedua adalah kertas pembalut (papir) yang khas. Setidaknya empat hal harus dipertimbangkan dalam pemilihan kertas untuk kretek tangan ini yaitu:

1. porosity atau pori-pori-nya yang berstruktur verge (cincin). Kertas ini dipilih karena sesuai dengan pilihan jenis tembakau agar mendapat burning rate yang tepat. Jadi antara kertas dan tembakau terbakar secara bersamaan dan seimbang.

2. Opacity atau tingkat warna putih kertas, yang bertujuan semata-mata untuk tampilan.

Lem kertas yang digunakan adalah lem yang terbuat dari tepung tapioka atau tepung kanji terbuat dari sari ketela. Cara pembuatannya tepung tapioka digodok dan dicampur dengan air diaduk hingga rata.  

Demikian proses pembuatan kretek tangan. Kesannya setiap bagian pekerjaan ini tampak mudah dan ringan. Kenyataannya, memerlukan pengetahuan, keterampilan, kecepatan dan konsentrasi. Pekerjaan ini membutuhkan scholling yang cukup lama yang biasanya diberikan oleh perusahaan. Rata-rata dibutuhkan waktu belajar dan magang 3 bulan untuk menjadi seorang penggiling, sedangkan untuk seorang pembatil dibutuhkan waktu kurang lebih 1 ½ bulan. Peran seorang penggiling tidak bisa digantikan oleh pembatil, sebaliknya peran pembatil bisa dijalankan oleh penggiling. Ini karena biasanya seorang penggiling adalah bekas seorang pembatil sebelumnya.  

Meski dalam gambaran di atas banyak sekali bagian pekerjaan yang harus dilakukan dan panjang prosesnya, pada dasarnya pekerjaan itu dilakukan dengan sangat cepat. Menurut catatan, dalam waktu satu jam, rata-rata pasangan penggiling dan pembatil ini menghasilkan sekitar 600 batang kretek.     

Hal yang menarik, hampir seluruh pekerja penggiling dan pembatil ini adalah kaum perempuan. Salah satu alasannya adalah pekerjaan ini juga membutuhkan kerapian, kecekatan dan ketepatan yang secara stereotipe sering dianggap umumnya bisa dilakukan kalangan perempuan dengan lebih baik.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).