logo boleh merokok putih 2

Saat Rokok Damaikan Suporter Sepak Bola dan Polisi

Meski banyak yang bilang rokok memiliki nilai yang negative baik di dalam kandungannya maupun perilaku penikmatnya, toh nyatanya banyak hal-hal postif yang ada dibaliknya. Sebut saja lahirnya negeri ini juga hadir dari setiap hisapan rokok oleh para founding father kita, mereedanya suhu tensi politik yang juga diredamkan oleh aktifitas merokok bersama yang dilakukan oleh politisi, juga cairnya hubungan antara aparatur keamanan negara dengan sipil. Tidak percaya? Satu bukti dari Surabaya bisa menjadi acuannya.

Boleh dikatakan Bonek (Bondo Nekat), pendukung klub legendaris di Indonesia asal Surabaya, Persebaya menjadi salah satu momok yang ditakuti beberapa waktu lalu. Tingkahnya yang kerap menimbulkan hal negative acapkali menimbulkan keresahan warga. Baik itu yang ada di Kota Surabaya maupun daerah yang dikunjungi Persebaya saat bermain tandang. Ragam pemberitaan banyak jadi catatan historis. Tak hanya meresahkan masyarakat, dengan modal nekad, Bonek juga bisa dikatakan menjadi kelompok suporter dengan korban jiwa terbanyak dalam catatan persepakbolaan tanah air.

Berangkat dari kebiasaan buruk tersebut, lambat laun Bonek kian berubah. Mati surinya Persebaya karena tak diakui federasi beberapa tahun lalu nampaknya menjadi berkah tersendiri. Tidak bisa mendukung klub mereka berlaga, aktivitas Bonek tentu banyak berkutat pada aksi-aksi protes di jalanan menuntut kepada PSSI dan pemerintah untuk segera mengembalikan Persebaya yang asli. Pasalnya, saat itu terjadi kasus dualism di mana federasi hanya mengakui salah satu klub berjuluk Bajul Ijo itu yang palsu.

Puasa berangkat ke stadion membuat Bonek perlahan-lahan berubah. Solidaritas pun kian kuat dan dibarengi dengan pemikiran untuk lebih maju setahap ketimbang periode buruk sebelumnya. Alhasil ketika Persebaya kembali diakui, hasilnya terlihat. Meski ada catatan di beberapa titik, kini Bonek menjadi kelompok yang lebih teroganisir secara rapih dan memberi impresi baik terhadap publik. Sejak Liga 2 pada 2017 lalu hingga Piala Presiden 2019 ini, sudah beberapa kali mereka membuat aksi yang positif. Mulai dari pembentukan Panti Asuhan Bonek, hingga sumbangan ribuan boneka untuk para penderita kanker.

Perubahan Bonek memang dibantu dengan banyak faktor meski yang utama adalah niat dan usaha dari mereka sendiri. Persebaya yang kini dimiliki oleh Azrul Ananda, putra dari bekas Menteri BUMN Republik Indonesia, Dahlan Iskan juga menggelorakan semangat revolusi mental itu. Jika bicara sosok lain, tentu ada tokoh seperti Kapolrestabes Surabaya, Kombespol Rudi Setiawan.

Terlalu panjang jika membicarakan profil beliau dan jejak rekamnya di dunia kepolisian. Namun satu yang pasti kehadirannya memberi arti penting bagi Bonek. Meski bersstatus sebagai orang nomor satu di kepolisian Surabaya, Rudi Setiawan tak menjaga jarak dengan Bonek. Satu hal yang jarang terlihat di dunia sepak bola Indonesia, apalagi langsung dengan Bonek yang dulu dianggap sebagai biang rusuh.

Satu setengah tahun sudah Rudi Setiawan mengabdi di Kota Pahlawan. Meski tergolong singkat, kini ia sudah dijuluki sebagai Bapaknya Bonek, mungkin ia bisa disebut sebagai orang kedua yang mendapatkan julukan itu setelah almarhum H. Soenarto Soemoprawiro, Wali Kota Surabaya era 1994-2002. Pantas memang Rudi Setiawan diberi gelar itu, pasalnya ia kerap hadir ketika Persebaya bermain di kandang, menyanyi bersama Bonek. Jarang sekali ada tindakan represi berlebihan terhadap pengamanan, sekalipun ada konflik pecah antara aparat dan Bonek, kabarnya ia langsung meminta maaf kepada para pendukung setia Bajul Ijo itu.

Keakraban antara Bonek dan Rudi Setiawan juga nampak pada Jumat Sore (3/5/2019). Usai ramah tamah di kantornya, dirinya bersama beberapa perwakilan Bonek duduk melingkar di lantai luar halaman kapolres. Tebak apa yang dilakukan? Sambil menikmati senja yang hangat di Surabaya, mereka menikmati kopi dan rokok serta duduk melingkar bersama tanpa batas tanpa sekat seolah kawan yang terikat sudah lama. Nampaknya, Rudi Setiawan menghadiahi satu kotak berisikan rokok-rokok kretek klasik yang kemudian dihisap bersama-sama disitu.

Simbolik sekali memang, rokok mampu jadi alat pemersatu apalagi antara suporter sepak bola dan kepolisian yang memang kerap tak akur. Namun, hari itu mungkin jadi yang terakhir bagi Rudi Setiawan menjamu Bonek sebagai Kapolrestabes Surabaya. Pasalnya Sesuai surat telegram Kapolri nomor ST/1202/IV/KEP/2019 tanggal 26/4/2019, Rudi Setiawan dimutasi dengan mendapat promosi sebagai Wakapolda Lampung.

Salut untuk Bonek, salut untuk Rudi Setiawan, rokok menyatukan kalian semua!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Indi Hikami

Indi Hikami

Seorang lelaki yang tak pernah merasa kesepian