OPINI

Sudah Semestinya Mencontoh Menteri Kesehatan Norwegia dalam Menyikapi Rokok

Sudah lebih dua dekade, rokok dan para perokok diperlakukan laiknya sampah oleh mereka yang menamakan dirinya kaum anti-rokok. Produk rokok selalu disuarakan sebagai sumber dari banyak penyakit yang menyerang manusia. Sedang para perokok, diposisikan seakan sebagai masyarakat kelas rendah.

Ini terjadi di banyak tempat di bumi ini. Hampir di seluruh dunia rokok dan para perokok didiskriminasi karena memang sudah lebih dua dekade kampanye global yang mendiskreditkan rokok dan para perokok berlangsung. Sebagian kecil saja yang masih cukup adil menyikapi rokok dan para penikmatnya.

Baca: Diskriminasi Terhadap Para Perokok di Jepang

Dalih kesehatan hampir selalu menjadi ujung tombak yang digunakan untuk menyingkirkan tembakau dan produk turunannya dari bumi ini. Ia semakin diperkuat dengan kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi dalam menjual beragam produk mereka. Mulai dari obat-obatan yang dianggap mampu membantu seseorang berhenti merokok, hingga produk alternatif pengganti rokok.

Pada akhirnya, lambat laun diketahui bahwa sesungguhnya persaingan bisnis menjadi faktor utama yang menyebabkan nasib rokok dan para penikmatnya berada dalam posisi seperti sekarang ini di dunia. Isu kesehatan nyatanya sebagai alat bantu semata. Tak tanggung-tanggung, badan kesehatan dunia di bawah PBB sampai ikut turun tangan. Mereka bahkan menginisiasi FCTC yang beberapa poinnya secara langsung menembak produk rokok kretek. Murni persaingan bisnis semata.

Dalam konteks dalam negeri, tak hanya lembaga kesehatan, LSM-LSM, dan pemerintah serta para perusahaan farmasi yang bermain dalam upaya menyingkirkan tembakau dan produk turunannya, lembaga-lembaga keagamaan bahkan diseret untuk ikut dalam isu ini. Mereka sampai memfatwa haram produk rokok.

Foto: Eko Susanto (@sigarwengi)

Di beberapa tempat di negeri ini, upaya-upaya untuk menempatkan para perokok sebagai masyarakat kelas bawah sudah banyak terjadi. Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Kampung Bebas Rokok, dan masih banyak lainnya menjadi bukti nyata untuk itu.

Terus menerus mencekoki isu-isu kesehatan, dengan beberapa di antaranya hasil riset kuno yang sudah terbantahkan, atau sekadar riset abal-abal saja, kemudian hingga menyeret lembaga keagamaan untuk ikut memfatwa haram, seakan mereka hendak bilang warga negeri ini bodoh karena mudah ditakut-takuti dengan semua itu. Seakan masyarakat Indonesia tidak bisa membikin keputusan sendiri sesuai penelaahannya terkait semua itu.

Baca: 10 Manfaat Rokok bagi Kesehatan Anda

Maka dalam kondisi yang ada seperti sekarang ini, apa yang dilakukan oleh menteri kesehatan negara Norwegia yang baru merupakan salah satu gebrakan untuk kembali menyadarkan nalar dan akal sehat. Bukan sekadar untuk warga Norwegia, namun juga untuk seluruh penduduk bumi.

Tak lama usai terpilih menjadi menteri kesehatan Norwegia, Sylvi Listhaug mengeluarkan pernyataan yang dianggap mengundang kontroversi. Dia mengatakan hendak membiarkan orang-orang bebas makan, merokok, dan minum alkohol.

Menurut Sylvi, sudah cukup lama perokok diposisikan sebagai masyarakat kelas bawah karena pilihan mereka untuk merokok. Ia hendak mengubah presepsi itu dengan cara tidak membikin aturan-aturan tertentu yang mengikat dan ada ancaman sanksi, sembari tetap memberikan beragam informasi berimbang agar warganya bisa menentukan pilihan mereka masing-masing tanpa perlu diancam dan ditakut-takuti.

“Saya tidak akan menjadi polisi moral dan memberitahu orang-orang harus hidup seperti apa, saya berniat membantu dengan menyediakan informasi yang bisa jadi landasan pengambilan keputusan.” Ujar Sylvi seperti dikutip dari BBC, Rabu, 8 Mei 2019.

Baca: Perkembangan Program Beasiswa KNPK di Temanggung

“Saya pikir banyak perokok merasa seperti direndahkan. Mereka dibuat merasa harus sembunyi-sembunyi, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang bodoh. Meski merokok tidak baik karena buruk untuk kesehatan, orang dewasa bisa membuat keputusannya sendiri.” Lanjut Sylvi.

Meskipun menuai banyak kritik, baik dari dalam negeri juga dari masyarakat dunia, apa yang hendak dilakukan Sylvi di Norwegia patut dijadikan contoh dan sejauh ini adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah di seputar rokok selama ini. Hentikan ancaman-ancaman, pembuatan peraturan yang diskriminatif, riset-riset abal-abal untuk menyerang rokok dan perokok. Hentikan semua itu.

Sudah saatnya melakukan apa yang hendak dilakukan pula oleh Sylvi di Norwegia, terus menerus memberikan informasi yang baik dan terpercaya perihal rokok, kemudian membebaskan orang-orang dewasa untuk memilih, merokok atau tidak merokok. Karena, bukankah seperti itu demokrasi yang kita semua impikan, bahkan juga oleh mereka para anti-rokok, demokrasi yang menjamin hak dan kebebasan seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri secara sadar. Bukan dalam kondisi ditakut-takuti, juga dalam kondisi terancam oleh peraturan-peraturan yang tidak adil.