Dari jendela dapurnya, Yu Sri melihat gerombolan anak-anak sedang menyusuri jalan sembari memukuli ember, piring dan kentungan. āSahurrrā¦.. sahurrrā¦. sahurrrā suara mereka bersahut-sahutan seirama dengan bunyi-bunyian yang mereka ciptakan. Jarum pendek pada jam dinding ruang makan menunjuk angka 3. Yu Sri masih berjibaku menyiapkan makan sahur untuk keluarganya. Sesekali ia bersin lantaran aroma cabai yang ia goreng menusuk hidungnya.
Tak berselang lama, setelah semua lauk dan nasi siap di atas meja, Yu Sri membangunkan suami dan anak-anaknya untuk santap sahur bersama. Seperti bulan puasa sebelumnya, Yu Sri hanya menyiapkan dan menemani keluarganya, ia tak terbiasa santap sahur. Ia selalu merasa kenyang hanya karena mencium aroma masakannya dan sesekali mencicipi Ā untuk memastikan takaran bumbunya pas.
Baca: Waktu yang Pas untuk Merokok di Bulan Ramadan
Sementara anak-anaknya kembali tidur setelah sahur, Yu Sri dan suaminya duduk berdua di halaman belakang. Di atas meja, secangkir kopi dan seplastik tembakau lengkap dengan cengkih dan kertas papir stelah tersedia. Suaminya melinting tembakau sebesar ibu jari orang dewasa dan memberikannya kepada Yu Sri. Yu Sri lantas membakarnnya, mengisap dalam-dalam dan menghempaskan asapnya. Ia menghisapnya tiga kali dan menyodorkan kepada suaminya. Begitulah cara mereka bertukar romansa di umur yang mulai senja.
Cangkir berisi kopi yang masih mengepul Yu Sri dekatkan ke hidungnya. Sambil terpejam ia menciumi aroma semerbak kopi pemberian keponakannya dari Temanggung. Ia menyesap kopi itu dan meletakkan kembali ke atas meja, kemudian menerima lintingan yang disodorkan suaminya.
āPakā¦.ā kata Yu Sri membuka obrolan.
Suaminya menengok sembari merengkuh cangkir kopi sebagai tanda menunggu apa yang ingin disampaikan Yu Sri.
āTadi selepas jamaāah tarawih, ceramah Pak Yai bahas soal perbedaan syiam dan shaum. Aku tidak begitu mengerti, kenapa dua kata itu berbeda. Bukannya artinya sama-sama menahan?ā
āYa beda, Bu.ā
āKok beda? Bukannya artinya sama-sama menahan?ā
āIya benar. Tapi shiyam adalah bagian dari arti shaum. Sementara shaum tidak pasti berarti shiyam.ā
Yu Sri mengernyitkan dahi. āMaksudnya?ā kerjar Yu Sri sembari memberikan lintingan kepada suaminya.
āBegini lho, Bu. Kalau tidak salahm seingat Bapak waktu belajar di pesantren dulu, shiyam itu bermakna puasa secara fikih yaitu, tidak makan, tidak minum dan tidak wik wik sejak tiba waktu subuh hingga maghrib. Sebagaimana definisi puasa yang sudah dihafal anak-anak kita,ā
āTerus?ā
āShaum itu menahan diri dari angkara murka, menahan diri dari mencaci sesama, dan perbuatan-perbuatan keji yang menyakiti manusia dan alam.ā
āJadi shaum ini yang sebernya intinya puasa?ā
āYa. Benar.ā
āOhā¦. itulah kenapa di niat puasa, shauma ghodin. Begitu kan, Pak?ā
Suami Yu Sri manggut-manggut. Lintingan yang tinggal beberapa senti itu ia buang ke asbak. āTapi semua orang mulai kehilangan makna. Memaknai segala sesuatu hanya di permukaan saja. Pandai mendefinisikan sesuatu, tetapi selalu gagal mengambil makna atas definisi yang sudah ia hafal di luar kepala.ā
āBanyak orang yang hanya berhenti pada shiyam, yang berarti menahan makan, minium dan wik wik ketika Ramadhan. Selebihnya?ā
āKampret lagi, cebong lagi!ā
Sepasang suami istri yang mulai senja itu terkekeh bersama mengiringi azan subuh menggema.