logo boleh merokok putih 2

Smoker Travellers: Menengok Fasilitas Ruangan Merokok di Bandara Kulon Progo

Bandar undara Internasional Nyi Ageng Serang Kulon Progo dibangun di atas lahan seluas 637 hektar. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 3600 meter merski kini di tahap awal baru disediakan sekitar 3250 meter saja. Akses yang tinggi untuk masuk dan keluar dari Yogyakarta menggunakan jalur transportas udara menjadi salah satu alasan mengapa bandara ini dibangun. Pasalnya, bandara lainnya yang saat ini masih beroperasi yaitu Adi Sucipto sudah tak mampu lagi menerima 6 juta penumpang tiap tahunnya karena kapasitasnya yang hanya 1.2 juta penumpang saja.

Pada Mei 2019 lalu bandara internasional Nyi Ageng Serang atau yang disingkat dengan NYIA resmi dioperasikan. Kode penerbangan YIA pun disematkan di bandara ini. Bandara yang diproyeksikan bakal bisa menampung 28 pesawat ini hingga saat ini sejatinya baru menerima dua maskapai penerbangan saja yaitu Batik Air dan Citilink dengan sekitar sepuluh maskapai saja per harinya.

Kebetulan karena faktor pekerjaan di luar daerah membuat saya akhirnya bisa menikmati fasilitas bandara baru ini. Ketika saya mencari tiket balik ke Jakarta menggunakan pesawat dari Yogyakarta, masih banyak pilihan untuk naik dari Bandara Adi Sucipto. Jika alasannya efisiensi waktu mungkin saya akan mengambilnya, namun karena kesibukan saya yang belum terlalu padat akhirnya saya iseng untuk mencoba menggunakan pesawat Citilink dan naik dari Bandara NYIA.

Salah satu yang masih menjadi kekhawatiran banyak orang terhadap Bandara NYIA adalah akses menuju ke sana. Jika dihitung menggunakan google maps, dari Kota Yogyakarta menuju ke bandara tersebut bisa memakan waktu sekitar satu jam, itu pun jika tak macet. Akses ke sana pun bisa menggunakan kendaraan umum mulai dari Bus Damri, travel, hingga fasilitas ojek online. Saya pagi itu ketika memulai start dari Ngaglik, Sleman memilih untuk menggunakan travel yang berangkat dari Hotel Grand Keisha di kawasan Condongcatur.

Ketika mobil travel memasuki kawasan bandara, nampak masih ada pembangunan di sana-sini. Pohon-pohon baru ditanam untuk memperindang halamana, taman-taman juga terlihat baru ditata, serta masih ada beberapa bangunan yang dalam tahap pengerjaan, intinya bandara ini masih benar-benar belum jadi sepenuhnya. Saya diturunkan di pintu satu karena baru bangunan itu yang sudah jadi. Tak tampak banyak tennant di sana, tak begitu ramai, akan tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas.

Satu hal yang positif dari bandara ini adalah ketersediaan papan penunjuk informasi yang lengkap sehingga memudahkan para penumpang. Bagi para penumpang yang baru pertama kali menaiki pesawat mungkin tak akan kesulitan untuk check-in hingga masuk di ruang tunggu. Hal positif lainnya adalah ketersediaan ruangan merokok yang memang sudah dilindungi dalam peraturan. Ketika baru tiba yang saya cari adalah ruangan merokok, para petugas menyarankan saya untuk masuk dan check-in terlebih dahulu lalu menikmati fasilitas itu yang ada di dekat ruang tunggu.

Setelah segala prosedurnya sudah saya lakukan, saya kemudian naik ke lantai dua bandara dan mencari di mana ruangan merokok itu berada. Baru saja naik papan semidigital besar bertuliskan arah letak ruangan merokok sudah berada di depan saya, ini satu nilai plus lainnya. Letak ruangan merokok di ruang tunggu Bandara Nyia terletak di pojok dekat dan dengan pemandangan yang mengarah langsung ke luar meski ditutupi oleh kaca. Ketika saya masuk ke sana, hanya ada satu orang yang menggunakan fasilitas itu.

tampak muka ruangan merokok di bandara nyia

Ruangannya cukup lega meski hanya bisa digunakan maksimal sekitar sepuluh orang saja. Di dalamnya ada lima tempat sampah dengan asbak diatasnya dan juga tiga bangku kayu memanjang yang ditaruh membentuk pola letter L. Sembari menikmati beberapa batang rokok di dalam saya mengamati tiap aspek di ruangan tersebut. Hexos di ruangan itu bekerja baik mungkin karena tergolong baru, cahaya matahari pun bisa masuk ke dalam meski terpantul melewati kaca. Hal ini juga baik karena ruangan merokok tak boleh ada di tempat yang gelap dan pengap.

suasana di dalam ruangan merokok bandara nyia

Saya pribadi cukup nyaman dengan fasilitas ruangan merokok yang bersih ini namun jika boleh memberi masukan, pihak pengelola yaitu PT Angkasa Pura I  bisa sedikit memperluas area ruangan merokok itu atau ditempatkan di tempat yang lebih terbuka. Tak ada salahnya untuk mencontoh Bandara Soekarno-Hatta yang menurut saya sudah bagus dalam menyediakan ruangan merokok. Ruangan merokok di sana tersebar di berbagai ruangan tunggu dan menyatu dengan taman. Posisinya pun dibuat terbuka dan dengan fasilitas kafetaria yang ada ditengahnya, sambil merokok, kami para perokok pun bisa memesan minuman sambil menunggu pesawat yang terkadang kerap tertunda penerbangannya.

Namun jika boleh membandingkan fasilitas ruangan merokok dengan Bandara Halim Perdanakusuma, tentu masih lebih baik Bandara NYIA. Saya mengkritik fasilitas ruangan merokok di Bandara Halim Perdanakusuma yang sempit, namun masih bisa memakluminya  karena keterbartasan wilayah. Begitu juga dengan Bandara NYIA yang penilaian saya mesti perlu ada pembenahan tak hanya di ruangan merokok namun berbagai fasilitas lainnya.Asyik berada di ruangan merokok sambil membaca berita-berita baru, announcer di bandara mengumumkan bahwa saya sudah bisa menaiki pesawat yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Mungkin setahun lagi bandara ini akan benar-benar rampung proses pembangunannya. Jika ada kesempatan saya akan mampir lagi kemari dan berharap fasilitas di sana sudah betul-betul disediakan secara layak dan nyaman untuk para penumpang.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Indi Hikami

Indi Hikami

Seorang lelaki yang tak pernah merasa kesepian