Leak nama panggilan, lengkapnya Budi Sulistyo asal daerah Jebres Surakarta alias Solo Jawa Tengah. Gus Baha’, nama aslinya Bahauddin asal dari Kragan Narukan Kabupaten Rembang Jawa tengah. Mereka berdua sama tapi beda. Sama-sama pernah bicara rokok, tapi beda status sosialnya, Leak seorang sosiawan, sedang Gus Baha’ seorang Ulama’. Sama-sama pernah bicara rokok dikaitkan dengan amaliyah agama, namun beda obyek amaliyahnya. Leak mencoba memposisikan rokok dan berdo’a, sedang Gus Baha’ menantang bermain logika posisi rokok dalam ibadah. Sekilas bahasan dua orang ini berbeda, akan tetapi substansinya sama, meposisikan rokok dalam ritual.
Leak saat manggung acara diskusi budaya pada forum Jagong Kamulyan di Kudus, terselip cerita tentang rokok dan do’a. Pengakuan Leak, cerita rokok dan do’a diambil dari hasil membaca portal “Katolik garis lucu”. Yaitu satu portal memuat cerita-cerita dan kejadian-kejadian lucu di umat Katolik. Portal ini, seperti halnya portal “NU garis lucu”. Leak salah satu pembaca setia kedua portal tersebut.
Jagong kamulyan, salah satu rutinitas forum lintas agama di Kudus. Jagong itu ngobrol, kamulyan dari kata mulia. Jadi dalam acara jagong kamulyan forum lintas agama, bahasan utamanya terkait keseharian yang dilakukan manusia, dari sudut pandang agama. Tujuan utamanya bukan perdebatan atau klaim kebenaran, akan tetapi lebih pada saling memberikan informasi, kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama. Salah satu narasumber yang didatangkan dalam acara jagong kamulyan, salah satunya Leak.
Jagong kamulyan kali ini dikemas dalam satu rangkaian acara sunatan atau khitan, sehingga bahasannya manfaat khitan bagi anak laki-laki. Dengan tema besarnya, “Ngaji, Ngopi, Ngabdi”. Selain Leak, nara sumbernya ada Romo, Akademisi dan Ustad. Romo menjelaskan fungsi khitan dalam agamanya sebagai petanda memasuki masa remaja dan penyempurnaan diri. Kurang lebih seperti itu, pemahaman saya saat mendengarkan penjelasan Romo.
Dilanjutkan akademisi, mempertanyakan asal fungsi dan tujuan khitan selain penjelasan romo, siapapun boleh menjawab termasuk iliran leak. Selain itu, mempertanyakan urutan tema “Ngaji dulu, atau Ngopi dulu atau Ngabdi dulu, atau bisa di bolak balik?.
Giliran leak menjawab menjelaskan kalau khitan dalam Islam itu punya sejarah panjang, dan berguna untuk membersihkan dari kotoran (saat itu leak bilang gudal) yang berada di lipatan-lipatan kulit pucuk alat kelamin. Fungsi lain, khitan sebagai pengabdian diri dan seksualitas. Tidak kalah penting bahasa khitan ada makna sosial didalamnya, contoh kalau ada orang laki-laki jelek tapi istrinya cantik, orang-orang akan bilang khitannya dimana kok beruntung?, artinya yang mengkhitan bawa keberuntungan. Kalau ada orang yang nakal, orang-orang akan bilang, tak sunati neh, aku khitan lagi, artinya orang yang nakal itu agar kapok, ya di sunat lagi.
Untuk, menjawab pertanyaan akademisi yang kedua, mengenai urutan dalam tema besar, Leak memilih jawab fleksibel tergantung orangnya masing-masing. Bisa ngopi dulu, baru ngaji, baru ngabdi, bisa ngabdi dulu, baru ngopi, baru ngaji dan seterusnya namun punya makna berbeda saat yang mana dulu didahulukan. Kemudian Leak, menceritakan saat Romo ditanya jamaatnya, tentang merokok dan berdo’a.
Cerita Leak sebagai berikut: ada salah satu jamaat bertanya pada Romo seperti ini; “Romo saya ini perokok, berdo’a sambil merokok boleh tidak?”. Jawab Romo, “tidak boleh”. Jamaat ngomong lagi. “saya ini perokok berat romo”. Romo menjawab lagi, “tidak boleh”. Jamaat tanya lagi, “yang boleh gimana romo?”. Romo menjawab,” merokok sambil berdoa”.
Ketika berdo’a kemudian merokok, itu orang tidak punya etika sama Tuhannya. Sudah minta-minta posisi gaya. Kalau saat merokok, sambil berdo’a boleh-boleh saja, malah kalau bisa begitu, tambahan penjelasan Leak. Orang yang sedang asyik menikmati rokok, akan lebih baik jika ingat Tuhannya, dan boleh sambil meminta-minta pada Tuhannya (berdo’a), sekalipun dalam ruang imajinasi dan khayalan.
Masalah do’a dan merokok sekilas bahasan yang sangat sederhana. Dibalik itu, melihat jawaban Romo dan penjelasan Leak, maknanya mendalam. Dalam keadaan ibadah, dilarang merokok, karena ini berhubungan dengan akhlak manusia terhadap Tuhan (pencipta). Sebaliknya, dalam aktifitas menikmati rokok, jangan sampai lupa Tuhan (pencipta). Ini salah satu ibadah tersendiri dengan menggunakan media rokok. Jadi, ada dua hal yang berbeda, ketika memaknai berdo’a sambil merokok dan merokok sambil berdo’a.
Orang yang berdo’a sambil merokok, tergolong orang yang sangat sombong pada Tuhannya. Orang yang merokok sambil berdo’a tergolong orang ta’at pada agama dan ta’at pada Tuhannya, dan mungkin bisa menjadi salah satu jalan orang tersebut menjadi kekasih Tuhan.
Cerita Gus Baha’ saat berdebat dengan temannya saat di pondok, temannya bilang kalau orang yang melakukan ihram tidak boleh memakai minyak wangi. Rokok dikategorikan minyak wangi, jadi tidak boleh merokok saat Ihram. Kemudian, Gus Baha’ bertanya sambil menantang temannya, dengan berkata: kalau memang benar rokok dikategorikan minyak wangi, hingga tidak diperbolehkan digunakan saat ihrom, sedangkan kalau sholat jumat disunnahkan memakai minyak wangi dan rokok dimasukkan kategori minyakwangi, apakah saat sholat jum’at boleh merokok?, temannya molongok dan diam, mungkin dihatinya menerima logika Gus Baha’. Wallahu ‘alam…..