Site icon Boleh Merokok

Ketika Wong Kar-Wai Membuat Adegan Merokok dalam Film Terlihat Indah

Adegan merokok di acara televisi kini tak lagi dapat kita jumpai. Peraturan pemerintah no.109/2012 pasal 39 melarang setiap orang untuk menampilkan adegan merokok di media penyiaran. Aturan tersebut dipatuhi betul oleh seluruh pihak, akibatnya hingga hari ini menyaksikan adegan orang merokok di televisi adalah sebuah kemustahilan. Namun sebaliknya, di film layar lebar, adegan merokok masih diperbolehkan dan justru mendapat tempat yang cukup istimewa.

Saya pernah berdiskusi dengan salah satu tokoh tentang adegan rokok di layar lebar. Saya mempunya satu teori yang dia juga mengiyakan bahwa adegan merokok di film layar lebar dibingkai dengan sangat indah dengan pengambilan gambar yang sangat sinematis. Salah satu tokoh yang saya ajak bicara itu menilai bahwa pendapat saya benar adanya, menurutnya adegan rokok, makan, tidur, mandi, serta adegan yang sering dilakukan manusia di tiap harinya memang dibingkai dengan indah dalam sebuah film.

Kebutuhan nilai estetika adalah kekuatan film itu sendiri. Seorang sineas akan memenuhi faktor tersebut untuk menjadi standar bagi plot, twist, alur cerita, latar belakang, penokohan, hingga pengambilan gambar yang ia bangun. Meski kadang tantangannya adalah nilai estetika memiliki standar yang berbeda di setiap kepala manusia, lalu hal itu disekat pula dengan kebutuhan nilai ekonomi yang kadang menjadi tuntutan dari para produser.

Akhir-akhir ini saya begitu tergila-gila dengan sosok sineas legendaris asal Hong Kong, Wong Kar-Wai. Bagi pecinta film mandarin era 1990-an, namanya mungkin tak asing. Sineas asia pertama yang memenangkan anugerah best directors di festival film Cannes pada 1997 ini memang seorang pembuat film yang sangat estetik. Keindahan demi keindahan akan kita dapatkan jika menikmati  setiap filmnya. Bukan hanya keindahan kisah, keindahan penokohan dan teknik pengambilan gambar juga menjadi daya tariknya.

Wong Kar-Wai juga bukan seseorang yang antirokok. Justru ditangannya, adegan-adegan merokok dalam film yang ia garap dibuat seindah mungkin dengan gaya pengambilan gambar yang tak biasa dan bahkan mendapatkan tempat yang cukup sering. Di film ‘As Tears Go By’ misalnya, berulang kali Andy Lau yang memerankan tokoh utama di film tersebut mendapatkan frame dengan adegan merokok yang cukup intens dengan penataan yang sangat baik.

Saya juga terkagum-kagum dengan film ‘Chungking Express’ yang Wong Kar-Wai luncurkan pada 1994. Film ini ibarat sebuah anomali karena membingkai dua kisah yang berbeda, film ini bak bertarung dengan waktu. Dua kisah yang berbeda itu juga bak kutub utara dan selatan, yang pertama menayangkan melankolisme sedangkan satunya lagi tentang perasaan cinta yang tumbuh.

Dalam dua kisah tersebut adegan merokok tentu juga punya tempat di film ‘Chungking Express’. Salah satu yang paling saya suka adalah kala Tony Leung yang memerankan tokoh Polisi bernomor 663 tiduran santai di atas sofa lalu merokok menghadap langit dengan sinar lampu yang menyorot wajahnya dan dibingkai kegelapan. Di sisi lain, film ‘Chungking Express’ jelas kemudian jadi pintu masuk bagi kalian-kalian yang ingin menikmati karya-karya dari Wong Kar-Wai.

Tentu bukan hanya Wong Kar-Wai yang pandai membingkai adegan rokok dalam film. Banyak sineas-sineas lainnya baik lokal atau Hollywood yang memiliki keahlian serupa. Namun untuk nilai estetika, saya memilih Wong Kar-Wai sebagai idola.

Menjelang Senin, anda merasa bosan dan suntuk menghadapi pekerjaan di esok hari, cobalah simak film-film buatan Wong Kar-Wai, selamat menikmati!

Exit mobile version