logo boleh merokok putih 2

Abuya Uci Turtusi Bicara Kretek

Abuya Uci Turtusi selama ini dikenal sebagai gurunya para guru lantaran ketawadluan dalam menerima hinaan orang dan menutupi bahwa ia adalah dzuriah Kiai Kondang asal Banten, Abuya Dimyati al-Bantani. Selain itu, beliau dikenal sebagai sosok yang haus akan ilmu. 

Cerita masyhur soal Abuya Uci masyhur di kalangan pesantren. Saking hausnya ilmu, beliau belajar ilmu agama pada banyak pesantren kepada 32 guru selama 32 tahun. Lama Abuya Uci mondok di suatu tempat berbeda-beda, ada yang 3 tahun lebih bahkan ada yang hanya 1 hari. Inilah letak ketawadluan beliau, setiap kali ada yang mengetahui beliau adalah putera dari ulama besar, maka beliau akan pindah lantara banyak kiai yang tidak berani menerimanya sebagai murid.

Abunya Uci sangat dihormati dan disegani oleh semu kalangan masyarakat tanpa terkecuali, beliau punya jasa besar terhadap Indonesia, terutama Kabupaten Tangerang, Banten. Dengan keistimewaan dan karomah yang diberikan Allah, hati umat Islam tergerak untuk mengikuti beliau karena pesan-pesan tausyiahnya yang lembut, toleran, moderat kepada semua golongan.

Baca: Dalil-dalil Akurat yang Membolehkan Merokok

Ada yang menarik dari sosok Abuya Uci, ia juga seorang perokok. Bahwa kampanye rokok menyebabkan kebodohan, hanyalah bualan belaka. Karena fakta menunjukkan, para perokok adalah masyarakat yang giat bekerja keras dan banyak tokoh yang cerdas meski ia merokok.


Abuya Uci sedang merokok

Pada sebuah pengajian, Abuya Uci bercerita soal pengalamannya merokok di Singapura. Kita sama-sama tau bahwa Singapura adalah negara yang sangat ketat soal rokok. Beliau bercerita, dibeberapa tempat dilarang merokok, namun di tempat-tempat tertentu, masyarakat masih bisa menikmati rokok. Inilah sejatinya ketertiban dan bagaimana penghormatan atas suatu hak bermasyarakat gamblang dipertontonkan. Setiap kali Abuya membuang puntung rokok, polisi Singapura yang menjaganya selalu memungut puntung rokok beliau dan kemudian menghisapnya.

Tak berhenti sampai di situ, Abuya Uci juga paham betul kondisi pertembakauan di Indonesia. Mungkin jika boleh digolongkan, Abuya Uci ini termasuk perokok yang idealis. Abuya Uci dengan tegas menjelaskan, “Tembaka Indonesia teh diakui luar biasa. Aset tembakau Indonesia teh termasuk aset besarnya luar biasa, yang masuk ke negara berapa persen? Nah makanya kalau diharamkan ada unsur apa nih? Ada unsusr polusi? ya itu mah undang-undang negara, silahkan saja seperti Singapura. Jika merokok di tengah kota di denda 3 juta, kalau pinggir kota 2 juta, kalau di pinggir hotel 1 juta, kalau di kamar hotel 500 ribu, ada aturan-aturannya. Kalau mau merokok ada tempat khusus seperti taman.”

Kini di Indonesia, perda KTR (Kawasan Tanpa Rokok) giat diwacanakan dan direalisasikan. Tetapi, backgrounnya berdasan kebencian kepada roko, bukan membuat peraturan yang adil untuk seluruh elemen masyarakat yang merokok maupun tidak. Padahal sejatinya Perda KTR, dibuat untuk keadilan keduanya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Abied Mohammad

Abied Mohammad

Pengasuh Yayasan Tahfidzul Qur'an Ma'had A'immah wa Dakwah