logo boleh merokok putih 2

Penentuan Grade Tembakau di Temanggung

tembakau nusantara

Pada mulanya, saya mengira tanaman tembakau ditanam, dirawat, dan dipanen sama dengan kebanyakan tanaman-tanaman semusim lainnya di negeri ini. Ada proses pembibitan, kemudian proses penanaman, lantas tanaman rutin disiram dan diberi pupuk, ada proses perawatan hingga akhirnya dipanen ketika musim panen tiba. Tapi nyatanya, perkiraan saya salah. Tembakau tanaman yang cukup unik. Beda dari banyak tanaman semusim lain yang lazim ditanam petani di banyak tempat di Indonesia.

Hal paling menonjol yang membedakan tanaman tembakau dengan tanaman semusim lain ada pada masa tanam dan masa panen tiba. Tanaman tembakau menjadi anomali karena ditanam saat musim penghujan akan berakhir. Lalu dipanen ketika musim kemarau sedang berada pada puncaknya. Saat tanaman-tanaman semusim lainnya enggan tumbuh, bahkan rumput sekalipun mengering karena kemarau.

Tiga tahun belakangan, saya banyak bergaul dengan petani dan buruh tani tembakau di Kabupaten Temanggung, juga dengan anak-anak mereka. Jika sebelumnya saya sekadar penikmat rokok kretek, tiga tahun belakangan, saya mulai tertarik untuk mempelajari seluk-beluk seluruh lini yang mendukung industri kretek nasional. Yang paling menarik minat saya, tentu saja konteks pertanian dan sosial masyarakat yang memproduksi komoditas yang menjadi bahan baku utama produk kretek. Tembakau dan cengkeh.

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka

Dari sekian banyak hal menarik yang disajikan pertanian tembakau hingga proses penjualan hasil panen tembakau yang saya amati di wilayah Kabupaten Temanggung, hal yang terus menerus menarik minat saya dan hingga saat ini belum sepenuhnya saya pahami adalah proses panen tembakau dan penentuan grade tembakau hasil panenan petani. Sama seperti kesalahan saya mengira tanaman tembakau ditanam dan diproses mirip dengan tanaman semusim lainnya, dugaan saya perihal proses panen tembakau juga salah sepenuhnya. Dahulu saya mengira daun-daun yang siap dipanen dari tanaman tembakau ya dipanen begitu saja. Menunggu daun-daun yang tumbuh pada tanaman tembakau siap dipanen, lantas dipanen seluruhnya dalam satu waktu oleh para pekerja di kebun. Nyatanya tidak begitu. Dan lebih rumit dari itu.

Mayoritas tembakau yang ditanam di wilayah Temanggung berasal dari jenis kemloko. Ada kemloko 1, kemloko 2, dan kemloko 3. Dari ketiga varietas kemloko tersebut, metode panen dan penentuan grade tembakau memiliki tata cara yang sama persis. Seluruh petani di Temanggung menerapkan metode panen yang mirip. Dari metode panen tersebut, ternyata berpengaruh terhadap tingkatan kualitas tembakau yang dipanen, petani di Temanggung kerap menyebut ‘tiam’ atau ‘grade’ untuk perbedaan tingkat kualitas tembakau yang dipanen.

Tidak seperti tanaman semusim lainnya yang dipanen dalam satu waktu, tembakau dipanen bertahap mulai dari daun terbawah pada pohon hingga daun teratas. Dalam satu tanaman tembakau, panen bisa berlangsung sebanyak 13 hingga 15 kali dalam sekali musim tembakau. Jarak antara panen satu dengan panen lainnya, antara lima dan tujuh hari. Dengan kondisi ini, musim panen tembakau di Temanggung atau yang kerap disebut musim ‘mbakon’ bisa berlangsung selama dua hingga tiga bulan. Tahun ini, panen dimulai pada pertengahan Juli dan diprediksi akan berakhir pada pertengahan Oktober.

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci

Metode panen seperti itu, yang bertahap dan berjeda dari panen satu daun ke daun lainnya ternyata berpengaruh terhadap tingkatan kualitas daun tembakau. Daun-daun yang dipanen lebih awal, gradenya berada pada grade yang rendah. Grade terus meningkat hingga sampai puncaknya seiring panen-panen selanjutnya pada tanaman yang sama. Dalam satu tanaman tembakau, grade daun sudah pasti berbeda-beda sesuai dengan waktu panenan daun di tanaman tersebut.

Agar lebih mudah dipahami, mari kita bayangkan sebatang tanaman tembakau yang tumbuh subur dalam kondisi normal dan tanaman itu sudah mulai memasuki masa panen. Pada sebatang tanaman tembakau itu tumbuh sebanyak 17 helai daun dari bawah ke atas. Panen pertama dimulai. Daun paling bawah dari tanaman tembakau itu dipetik untuk dipanen. Hanya satu helai daun saja, yang terbawah. Daun yang pertama dipanen itu, biasanya memiliki grade A. Adakalanya kualitas tembakau pada panenan pertama sudah mulai berada pada grade B. Di beberapa titik bahkan sudah ada yang menghasilkan tembakau grade C. 

Lima hingga tujuh hari kemudian, panen daun kedua dilakukan. Satu daun saja dari sebatang tanaman, daun terbawah yang dipanen. Lima hingga tujuh hari berikutnya lantas dipanen lagi. Begitu seterusnya hingga 12 atau 13 kali panen. Semakin ke atas daun yang dipanen seiring bertambahnya waktu, grade tembakau juga meningkat hingga puncaknya berhenti di grade F. Hanya sedikit tembakau yang bisa melampau grade F, mencapai grade G dan H, itulah tembakau-tembakau jenis srintil berharga jutaan rupiah per kilogramnya.

Selain waktu panen dan letak daun dalam sebatang tanaman, jenis tanah, unsur hara yang terkandung dalam tanah, asupan embun alami, pancaran sinar matahari yang cukup, serta proses fermentasi dan penjemuran usai daun-daun dipanen, menjadi penentu kualitas tembakau yang menempatkan daun tembakau itu pada grade tertentu. Satu hal lain lagi yang sangat berpengaruh terhadap grade tembakau adalah wilayah tembakau itu ditanam. Ada tiga wilayah tempat tembakau biasa ditanam. Wilayah persawahan (dataran rendah), wilayah tegalan (dataran menengah), dan wilayah gunung (dataran tinggi). Kondisi tanah dan faktor ketinggian dan kondisi geografis lainnya berpengaruh terhadap kualitas tembakau.

Di wilayah persawahan, tanaman tembakau memang subur dan tumbuh cepat, namun tembakau yang ditanam di sana maksimal hanya bisa menghasilkan tembakau grade D, atau D+. Sedang tembakau yang ditanam di wilayah tegalan, maksimal bisa menghasilkan tembakau grade E hingga E+. Yang terbaik, tentu saja tembakau yang ditanam di wilayah gunung. Meskipun membutuhkan waktu tanam lebih lama dibanding dua wilayah lainnya, rata-rata panenan terakhir mencapai grade F hingga seterusnya dengan tembakau terbaik bernama srintil.   

Ini sedikit yang saya pelajari di Temanggung hasil belajar langsung dari para petani di sana. Saya tidak tahu dengan metode panen dan penentuan grade tembakau di wilayah lain dengan jenis tembakau lain juga. Menarik sebetulnya mencari tahu di tempat lain. Semoga sekali waktu nanti berkesempatan untuk itu. 

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Fawaz al Batawy

Fawaz al Batawy

Pecinta kretek, saat ini aktif di Sokola Rimba, Ketua Jaringan Relawan Indonesia untuk Keadilan (JARIK)