OPINI

Peserta APCAT Harusnya Sadar, Tembakau Menghidupi Masyarakat Bukan Membunuh

Aliansi kota Asia Pasifik untuk pengendalian tembakau dan pencegahan penyakit tidak menular (Asia Pacific Cities Alliance for Tobacco control and NCDs Prevention/APCAT) menggelar konferensi keempatnya di Kota Bogor, 25-26 September 2019.

Sebagaimana yang diungkapkan Wali Kota Bogor, Bima Arya, acara tersebut dihadiri wali kota dan bupati dari 12 negara tersebut bertujuan untuk membangun program pengendalian tembakau dan penyakit tidak menular melalui komitmen politik, peluang kemitraan baru, pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan efektif, serta kinerja sistem kesehatan publik yang lebih kuat dan efektif.

Baca: Perda KTR Kebanggaan Bima Arya Hanyalah Tameng Bagi Segudang Permasalahan Kota Bogor

Kota Bogor dipilih tentu saja karena kota ini yang pertama kali memiliki peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok. Sebuah peraturan yang menjadi payung hukum untuk pengendalian tembakau di kota hujan tersebut. 

Selain itu, Kota Bogor merupakan kota pertama dalam melakukan pelarangan iklan rokok di ruang publik. Ya meskipun kebijakan ini dinilai mengurangi pendapatan asli daerah, tetap saja kebijakan ini bisa dijual ke dunia sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap berlangsungnya kesehatan bangsa dan negara. 

Ada yang menarik dari agenda tersebut. Direktur Pengendalian Tembakau pada International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease (The Union), Gan Quan, menganggap tembakau sebagai faktor pembunuh terhadap lebih dari delapan juta orang setiap tahunnya secara global. Sebuah angka kematian yang sangat fantastis. (Media Indonesia)

Pendapat ini hampir-hampir mirip yang dirilis oleh WHO (World Healt Organization), yang mengklaim bahwa tembakau telah membunuh hampir enam juta orang setiap tahun. Bisa dibilang, tembakau menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Tapi apakah tuduhan itu benar?

Sejauh ini, tidak ada satu pun dokter atau lembaga kesehatan yang berani menyatakan bahwa delapan juta (versi The Union) atau 6 juta (versi WHO) tersebut murni disebabkan oleh tembakau atau produk tembakau. Yang ada, dokter atau lembaga kesehatan hanya bermain-main di awang-awang. Bahkan dalam praktiknya mereka selalu mengklaim apapun penyakitnya disebabkan oleh rokok. Kalo kebetulan yang terserang penyakit tidak merokok, maka akan dibilang perokok pasif.

Kebanyakan tidak pernah menyinggung faktor lain, misalnya asap kendaraan atau sebab lainnya secara adil. Peneliti Universitas Gadjah Mada, Dr Ttot Sudargo, pernah mengungkap bahwa dalam daun tembakau terdapat senyawa bio aktif seperti flavonid dan fenol. Dua senyawa itu menjadi antioksidan yang dapat mencegah penyakit kardiovaskuler.

Lebih jauh, di dalam daun tembakau juga terdapat vitamin C atau asam askorbat yang menjadi antioksidan dan dapat bereaksi dengan antiradikal bebeas dengan cara memberikan proteksi sel. Di dalam tembakau juga terdapat zinc (Zn) yang berguna dalam pembentukan struktur enzim dan protein yang bermanfaat bagi tubuh. Juga mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan antiseptik. (okezone.com)

Gan Quan mungkin juga mainnya kurang jauh, di Indonesia tembakau malah bisa menghidupi jutaan orang.  Keberadaan IHT memberi sumbangsih besar pada penyerapan tenaga kerja mulai dari hulu sampai hilir. Di sektor perkebunan menyerap 2 juta petani tembakau dan 1,5 juta petani cengkeh (on farm). Belum termasuk serapan tenaga kerja tidak langsung, karena di sektor hulu terdapat ragam pekerjaan lain17. 

Baca: Pembelaan Gus Dur pada Sektor Industri Hasil Tembakau (IHT)

Di sektor manufaktur dan perdagangan menyerap 600.000 karyawan pabrik dan 2 juta pedagang ritel (off farm). Totalnya 6,1 juta tenaga kerja yang bergantung langsung terhadap industri ini. Dari total serapan tenaga kerja yang terlibat secara on farm dan off farm, baik langsung maupun tidak langsung, di dalam IHT dapat memberi penghidupan kepada 30,5 juta orang.

Perlu Gan Quan tau, jika tak ada tembakau di negeri ini, bukan malah menjadikan masyarakat sehat sebaliknya malah menjadi petaka untuk bangsa Indonesia.

Kita semua sama-sama tau, bagaimana antirokok bermain. Mereka seringkali membungkus sesuatu dengan kemulian, padahal sejatinya ada agenda-agenda terselubung yang sedang mereka usahakan capai. Mana pernah mereka memikirkan nasib petani, buruh rokok dan semua orang yang menggantungkan hidupnya pada industri hasil tembakau.