REVIEW

Kisah Pegawai Djarum Menjadi Menantu Idaman

Ada seorang laki-laki yang kisah cintanya selalu kandas di saat bekerja serabutan. Hingga harus banting setir profesi yang saat itu ia jalani. Anehnya, satu-satunya profesi bidikannya menjadi karyawan pabrik Djarum. Menurutnya saat itu cintanya seringkali kandas kalah saing dengan karyawan Djarum.

Tuhan bersamanya, dengan do’a dan kesungguhan usaha akhirnya ia diterima menjadi karyawan Djarum. Ternyata dugaannya benar, setelah ia menjadi karyawan Djarum ia pun menjadi idola mertuanya.

Sebelum cerita tentang kisahnya, kalau ada yang bilang tak konsisten memilih kosa kata antara pegawai atau karyawan. Jawabnya ya dan dak urus, karena mau pegawai mau karyawan atau buruh intinya sama. Pegawai itu ya karyawan, karyawan ya buruh, karyawan ya pegawai ya buruh, buruh ya pegawai ya karyawan, tak ada beda. Seperti halnya pegawai negeri sipil (PNS), itu sama aja buruh atau karyawan pemerintah pelayan masyarakat. Ingat ya, bedanya kalau PNS gaji dari uang rakyat, kalau pegawai perusahaan atau sejenisnya gaji dari bos. Nah, kalau PNS tanggungjawabnya pada masyarakat, kalau karyawan perusahaan tanggungjawabnya pada bos.

Saat pesta demokrasi pemilihan kepala desa (pilkades) serentak di Kudus berlangsung, tiba-tiba handphone bergetar ada WA masuk. Ternyata ada teman main namanya Totok asal desa Gondangmanis minta bantuan olah data prediksi calon kades yang didukung menang atau kalah dengan silisih berapa. Awalnya masih mikir lama antara harus meluncur ke sana atau tidak. Kalau kesana konsekwensinya membantu memprediksi calon yang didukungnya. Sedangkan tak punya keahlian itu. Kalau boleh jujur, kayak beginian kepala suku mojok jagonya, EA nama belakangnya. Bermodal kaca mata ia bisa menembus tabir siapa nanti yang akan jadi, bahkan sampai perkiraan hitungan prosentasenya.

Tapi kalau tidak datang ke sana rasanya rugi, tak bisa ketemu teman lama, tak bisa ngobrol, tak bisa bantu. Dengan banyak pertimbangan, akhirnya pada jam 09.15 jadi meluncur ke desa Gondangmanis. Kalaupun tak bisa bantu memprediksi, mungkin ada hal lain yang bisa dibantu, yang terpenting bisa ngobrol bareng. Dengan ditemani panas terik matahari 15 menit kemudian sampai di lokasi titik kumpul. Ternyata terlihat banyak teman lama pada kumpul, sambil ngopi dan banyak rokok MLD hitam, MLD putih, LA menthol tak ketinggalan Senior berserakan di meja. Terlihat juga satu buah laptop merek Lenovo di atas meja itu. Setelah bersalaman dan duduk, diberilah segelas kopi sambil ditawari rokok. ya jelas lah rokok yang pertama terambil baru kopinya diminum.

Posisi duduk bersebelahan dengan Totok yang sedang memandangi laptop. Ia adalah salah satu temanku yang bekerja di Djarum. Setelah basa basi ngobrol sana sini, lagi-lagi Totok menanyakan prediksi calon kadesnya. Dengan sangat terpaksa, akhirnya ikut memandangi laptop. Ternyata mereka sudah mengumpulkan data hitungan angka sebagai bahan prediksi, cuman sayangnya tidak diawali dengan survei sebelumnya. Angka-angka tersebut berdasarkan perkiraan data by name yang terjaring dan data daftar pemilih. Tapi tak mengapa, mereka sudah selangkah lebih maju dengan melek data. Karena yang tau persis adalah mereka, akhirnya kita coba sama-sama mengolah angka tersebut hingga menjadi hitungan prediksi.

Bermodal rembesan ilmu dari kepala suku mojok, mencoba menghitung data dengan empat rumus sambil sesekali diskusi dengan tim lapangan. Rumus pertama menentukan menang atau kalah, rumus kedua melihat selisih minimum, rumusan ketiga melihat selisih maksimum, dan rumusan terakhir melihat selisih ketetapan ambang bawah dan atas. Ini rumusan yang amat sederhana dan mudah dilakukan tiap orang, tapi banyak orang lupa yang sederhana dan mudah. Walhasil, hitungan rumusan pertama terjawab menang, rumusan kedua menampilkan angkat selisih paling sedikit sekitar tiga ratusan, rumusan ketiga muncul angka selisih atas sekitar seribu lima ratusan, rumusan keempat muncul angka selisih enam ratusan sebagai ambang bawah dan atas. Semua ini hanya prediksi awal, yang alhamdulillah sesuai dan hanya beda tipis dengan real count.

Selesai memprediksi dilanjutkan 3N (ngobrol, ngudud, ngopi) sambil menunggu perhitungan. Biasa pada posisi seperti ini banyak yang masih was-was, antara benar dan tidaknya prediksi. Hal yang wajar namanya juga prediksi atau perkiraan, tapi yakin mendekati benar ketika tahapan dan prosedur sesuai rumusan kepala suku mojok dilakukan. Kembali ke 3N, ketemu teman lama satu lagi bernama Ibad baru merapat ke titik kumpul, ternyata ia pun masuk dalam tim pemenangan bagian monitoring lapangan.


Masa penantian perhitungan masih lama, saat itu jam baru menunjukkan pukul 11.10, sedengkan terdengar pengumuman perhitungan dimulai jam 13.00. Aku dan Ibad fokus ngobrol sendiri dan saling cerita. Ternyata Ibad sekarang tidak lagi kerja serabutan, sudah menjadi karyawan perusahaan Djarum seperti halnya Totok. Menjadi karyawan Djarum tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, persaingannya ketat seperti mendaftar PNS. Jumlah pelamar dengan jumlah kebutuhan tidak seimbang, mungkin 1: 50, yang dibutuhkan 1 yang melamar 50 orang.


Ibad ini orangnya baik, tekun, sederhana dan memang cerdas saat masih dibangku sekolah. Jadi sangat pantas ia menjadi karyawan di Djarum. Saat dibangku SMA, ia tak malu pakai sepeda ontel walaupun teman-temannya naik sepeda motor. Walaupun pakai sepeda ontel dan tak mengenal kursus atau les privat mata pelajaran, ia sering didatangi teman-temannya hanya sekedar minta diajari. Lulus SMA ia langsung bekerja buruh bangunan karena tak ada biaya untuk melanjutkan kuliah.


Ia bercerita, sebenarnya cita-citanya menikah sela tiga tahun setelah lulus SMA. Namun apa daya, orang yang ia cintai akhirnya menikah dengan orang lain. Dan memang saat itu ia masih kerja serabutan, terkadang buruh bangunan, kernet angkutan, bahkan terkadang diminta tolong tetangga untuk membersihkan pekarangan. Tapi juga terkadang ia tidak kerja. Semasa itu kisah cintanya dua kali kandas kalah saing dengan orang-orang yang sudah mapan (istilah orang desa) atau punya pekerjaan tetap. Secara kebetulan asmaranya dua kali kandas kalah berebut dengan dua orang sebagai karyawan Djarum. Hingga akhirnya ia punya niatan untuk menjadi karyawan Djarum dan berhasil.


Singkat cerita, setelah menjadi karyawan Djarum, banyak orang yang menarkan perempuan untuk mendampinginya. Tak hanya itu, banyak kaum hawa yang hanya sekali digoda langsung terkintil-kintil. Hingga ia menemukan pujaan hatinya, hasil dari diperkenalkan keponakan seniornya di Djarum. Mereka saling suka, orang tua si perempuan sangat setuju, namun gagal menikah karena tempat tinggal si cewek di kabupaten Kendal Semarang, dan tidak mau bertempat tinggal di Kudus dengan alasan harus menjaga kedua orang tuanya. Walaupun gagal menikah, hubungan orang tua perempuan dengan Ibad masih baik, dan sering komunikasi. Akhirnya Ibad menyadari dan mundur teratur mencari jodoh lain.


Kemudian ia berkenalan dengan perempuan yang sekarang menjadi pendamping hidupnya. Saat masih proses perkenalan, orang tuanya si perempuan bertanya ke Ibad dimana ia kerja. Dengan percaya diri ia menjawab kerja di Djarum. Kemudian direstui dan menikah. Perjalanan hidup berumahtangga lika-likunya serasa berat, kata Ibad. Bahkan ia sama istrinya pernah cerai, gara gara beda pendapat. Rumah tangganya bersatu kembali berkat mertuanya sangat sayang Ibad. Mertuanya lebih membela Ibad dari pada putrinya sendiri, pengakuan Ibad kembali. Pada akhirnya, mereka berdua rujuk dan damai hingga sekarang, Alhamdulillah.
Tidak hanya kasus Ibad, memang di Kudus strata sosial pegawai Djarum setara dengan PNS. Mayoritas masyarakat Kudus beranggapan kerja di Djarum sama sejahteranya dengan PNS, bahkan bisa jadi lebih sejahtera. Menjadi karyawan Djarum menjadi kebanggaan tersendiri, menjadi karyawan Djarum menjadi menantu idaman.