logo boleh merokok putih 2

Perokok dan Non Perokok Hidup Harmonis, Hanya Rezim Kesehatan yang Membuat Kegaduhan

perokok dan non perokok

Logika yang sangat keliru dengan melihat kenyataan di lapangan, kalau merokok membuat miskin, penyakitan, impoten, boros dan lain-lain. Nyatanya orang yang tidak merokok tetap miskin, tetap sakit, tetap ada yang impoten, tetap tidak punya tabungan. Sebaliknya, orang yang merokok tetap kaya, tetap sehat, banyak anak, banyak rezeki dan punya tabungan. 

Orang yang tidak suka rokok, rata-rata berpikiran, lebih baik uang untuk beli rokok ditabung. Dengan menghitung dalam satu hari menghabiskan berapa bungkus dikali satu bulan bahkan dikalikan dalam satu tahun. Hasil perkalian tersebut, menjadi simpulan bahwa orang yang merokok kalau saja berhenti merokok dan uangnya ditabung, maka ia akan kaya. Sekarang coba kita sama-sama teliti ke lapangan dalam kehidupan masyarakat. Pertanyaannya adalah, apakah di lapangan orang yang tidak merokok semuanya kaya, tidak ada yang miskin?   

Jawabannya sudah bisa dipastikan sama kondisi perokok dan yang tidak merokok. Jadi aktivitas merokok dan orang tidak merokok tidak bisa dibuat ukuran seseorang itu kaya atau miskin. Karena mereka pun kenyataannya sama. Orang yang tidak merokok ada yang tetap miskin, orang yang merokok ada yang tetap kaya. Orang yang tidak merokok ada yang terkena serangan jantung, punya penyakit paru-paru, tidak punya anak dan lain sebagainya. Yang merokok, badannya tetap sehat, banyak anak, banyak rezeki, pikirannya sehat, kreatif, pekerjaannya cepat selesai dan lain sebagainya. 

Dalam kehidupan bermasyarakat di bawah, terutama orang-orang desa antara yang merokok dan yang tidak merokok hidup damai berdampingan bahkan saling menghormati. Keadaan tersebut dapat dilihat keseharian masyarakat desa. Mereka yang merokok tidak akan mengganggu dan memaksa orang yang tidak merokok. Sebaliknya yang tidak merokok tidak akan melarang aktivitas orang yang merokok. Mereka tetap ngobrol bareng sambil ketawa ketiwi. Tanpa permisi pun mereka sudah saling mengerti, saling memahami bahkan saling tolong menolong.

Baca: Antirokok, Selingkuh Lembaga dan Organisasi di Indonesia dengan Kepentingan Asing

Orang yang merokok di saat membutuhkan bantuan orang yang tidak merokok, sebagai bentuk ucapan terima kasih tidak akan diberikan rokok diganti dengan yang lain. Orang yang tidak merokok, saat membutuhkan bantuan orang yang suka merokok, terkadang ucapan terima kasih dengan memberikan rokok, kalau pun bentuk ucapan terima kasih dengan yang lain itupun tidak mengapa. Mereka tetap saling mengerti, saling membantu dan saling menghormati. 

 Sebetulnya, yang mengbuat kisruh dan memprovokasi keadaan perokok dan yang tidak merokok adalah rezim kesehatan dan orang yang fanatik antirokok . Antara perokok dan yang tidak merokok seakan-akan dihadap-hadapkan sebagai lawan dan musuh. Keadaan inilah dikemudian hari akan mengganggu dan mempengaruhi stabilitas nasional. 

Lebih parahnya, yang sering mendengungkan perlawanan terhadap rokok adalah mereka yang anti rokok dan rezim kesehatan yang telah dipengaruhi oleh Negara lain. Ini sama halnya tidak jauh dari politik pecah belah masyarakat yang pernah dilakukan penjajah saat ingin menguasai Indonesia. 

Pada dasarnya mayoritas masyarakat Indonesia tidak mempermasalahkan orang yang merokok atau oaring yang tidak merokok. Mereka hidup berdampingan bahkan saling memanfaatkan dan menguntungkan. Gak percaya?, mari dibuktikan, datang dan lihat di masyarakat kabupaten Kudus sebagai kota industri rokok. Tidak semua yang menjadi karyawan perusahaan rokok kretek di Kudus itu perokok, dan tidak semua perokok menjadi karyawan perusahaan rokok kretek. 

Uniknya, di Kudus justru para perokok menggantungkan diri dan sangat mengharapkan bantuan orang yang tidak merokok, tak lain adalah para wanita dan ibu-ibu yang mewarisi keahlian meracik dan membuat rokok. Bisa di cek ke lapangan, kaum hawa pewaris keahlian meracik dan membuat rokok tersebut, mereka dalam kehidupan sehari-hari tidak merokok. Justru dengan keahliannya tersebut, mereka mendapatkan kesejahteraan untuk kehidupan sehari-hari. Jumlah mereka tidak sedikit, saat ini puluhan ribu, dahulu mencapai ratusan ribu. 

Tidak hanya itu, banyak kaum adam pun yang bekerja di perusahaan rokok, ia tak merokok. Bagusnya, dan perlu diapresiasi, perusahaan rokok di Kudus tidak mewajibkan dan memerintahkan karyawannya untuk merokok. Contohnya Djarum, perusahaan rokok kretek terbesar di Kudus, tak pernah mensyaratkan karyawannya untuk merokok, apalagi mewajibkan merokok produknya sendiri jauh dari persyaratan. Juga perusahaan Djarum mengkaryakan kaum hawa untuk mengekpresikan keahliannya yang telah diwariskan nenek moyang. Tentunya dengan imbalan upah sebagai ucapan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap keahlian yang dimiliki kaum hawa tersebut. 

Baca: Antirokok Mari Bahagia Bersama Perokok

Walaupun tidak merokok, kaum hawa tersebut merasa senang dan gembira keahliannya tersalurkan bermanfaat bagi orang lain, bermanfaat untuk dirinya sendiri bahkan sebagai penguat perekonomian keluarganya. Seperti yang telah di utarakan ibu Sri Wahyuni buruh karyawan perusahaan PT. Djarum asal Desa Karang Bener pada hari senin 04/11/2019 dikediamannya. 

“bangga menjadi buruh karyawan Djarum, pabrik besar, biasanya sulit menjadi karyawan pabrik besar dengan hanya berbekal ijazah SMP, mendapat upah cukup untuk membantu perekonomian kluarga, untuk biaya sekolah anak, untuk makan dan beli lainnya, menjadi karyawan sudah puluhan tahun sejak lulus SMP, satu-satunya keahliany yang dimiliki membuat rokok dari orang tua dulu membuat rokok dirumah, menjadi karyawan djarum tidak ada persyaratan harus merokok, dan samapai sekarang saya tidak merokok”

Jadi, sejatinya di lapangan terjadi jalinan harmonis antara perokok dan yang tidak merokok, mereka saling membutuhkan, mereka saling membantu, mereka saling memanfaatkan. Tidak pernah mereka saling mempersoalkan kamu perokok, kamu tidak merokok. Aktifitas merokok di masyarakat sudah biasa dan membudaya dari dulu. Tidak ada saling menyudutkan bahkan mencemooh. Nah, aturan pemerintah dan orang orang yang di atas terutama rezim kesehatan atau orang-orang anti rokok sama-sama putra bangsa sama sama warga Indonesia seharusnya demikian, saling menghormati, saling bahu membahu, saling tolong menolong, saling menghargai menuju Indonesia kuat dan stabilitas nasional terjaga dengan baik.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).