pembakaran tembakau
PERTANIAN

Sinergitas Pertanian Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia

Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa kondisi cuaca sangat mempengaruhi pertanian tembakau di Indonesia, dan bahkan di seluruh dunia. Baik atau buruk hasil tembakau pada tiap musimnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca ketika tembakau mulai ditanam hingga kelak dipanen.

Tembakau yang bagus, salah satunya dihasilkan dari perkebunan dengan cuaca yang ramah bagi tanaman tembakau. Yang saya maksud cuaca ramah bagi tanaman tembakau adalah, masih ada hujan pada masa awal tembakau ditanam, dan panas yang cukup setelahnya hingga tembakau dipanen. Jika menjelang musim panen hujan masih turun, bisa dipastikan tembakau yang dihasilkan akan buruk. Bahkan, sangat buruk hingga tembakau yang dihasilkan tidak laku di pasar tembakau.

Baca: Melihat Petani Tembakau di Temanggung Memanen Tembakau Mereka

Anomali Kondisi Tanaman Tembakau

Kondisi tanaman tembakau ini memang menjadi anomali. Di saat tanaman-tanaman semusim lain kebanyakan membutuhkan asupan air yang cukup sepanjang waktu, tembakau malah membutuhkan panas yang baik setidaknya sebulan setelah tembakau ditanam hingga datang masa panen. Di saat itu, jika hujan turun lebih lagi turun dengan intensitas yang besar, tembakau hancur lebur.

Itulah sebabnya, ada anekdot yang muncul di kalangan petani tembakau, jika petani lain berharap hujan turun agar tanaman mereka tumbuh subur, petani tembakau sebaliknya, doa mereka berisi permintaan agar kemarau terus terjadi selama masa mereka memasuki musim tanam tembakau hingga musim panen tiba. Mereka tidak mengharap hujan yang banyak, hanya sedikit saja di masa awal tembakau di tanam.

Kondisi ini membikin para petani tembakau biasa mulai menanam tembakau pada penghujung musim hujan tiap tahunnya dan memanen tembakau mereka pada puncak musim kemarau hingga sesaat sebelum musim hujan kembali tiba. Sebetulnya ini sangat membantu petani-petani di wilayah-wilayah sentra perkebunan tembakau di Indonesia. Mereka menanam tembakau di musim kemarau yang sangat kering dan sulit air, lantas menanam komoditas pertanian lain semisal cabai, bawang, jagung, tomat, atau padi ketika musim hujan tiba.

Baca: Tembakau Adalah Takdir Desa Kami

Cuaca, Faktor Penting Pertanian Tembakau di Indonesia

Musim kemarau yang biasanya menjadi masa paceklik bagi banyak petani lain, tidak berlaku untuk para petani yang biasa menanam tembakau. Mereka masih bisa menghasilkan banyak uang dari perkebunan tembakau mereka. Jadi unik sekaligus aneh jika ada yang mewacanakan perihal penggantian tembakau dengan tanaman lain karena tembakau dianggap buruk bagi kesehatan. Mereka yang mengusulkan itu tidak paham kondisi pertanian tembakau di lapangan.

Di luar cuaca, ada faktor alam lainnya yang begitu berpengaruh terhadap tanaman tembakau. Tanah tempat tembakau ditanam misal. Di wilayah Temanggung, ada jenis tembakau srintil yang harga perkilogramnya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Ini jenis tembakau istimewa, sangat istimewa.

Untuk mendapatkan tembakau srintil, bukan bibit yang berpengaruh. Bibit dari jenis kemloko, semua bisa berubah menjadi tembakau srintil yang berharga mahal. Ia bisa menjadi srintil jika ditanam di wilayah-wilayah tertentu di lereng timur Gunung Sumbing. Hanya tanah-tanah tertentu saja yang bisa menghasilkan srintil. Bukan dari jenis bibit, bukan pula dari cara pengolahan pasca panen. Ada bentang alam tertentu (dalam hal ini lereng timur Gunung Sumbing), kondisi tanah tertentu, hingga asupan sinar matahari yang cukup yang bisa menghasilkan tembakau jenis srintil. Sinergitas antara alam dan pertanian tembakau sangat terasa di sini.

Baca: Tuhan Tidak Menciptakan Tembakau untuk Dibenci dan Dicaci

Sinergitas Tembakau dengan Kondisi Alam di Indonesia

Selanjutnya, sinergitas antara kondisi bentang alam dengan pertanian tembakau yang baru-baru ini saya ketahui adalah perihal lokasi penjemuran daun tembakau yang sudah dipanen. Informasi ini saya dapat dari rekan saya yang sedang melakukan riset tesis S2-nya di Temanggung.

Berdasar informasi yang ia terima dari petani tembakau di Temanggung, lokasi penjemuran daun tembakau sangat perpengaruh dengan citarasa dari daun tembakau tersebut. Jika petani ingin mendapat rasa tembakau yang cukup kuat dan keras, tembakau-tembakau mereka harus dijemur di lokasi A, lantas jika petani ingin mendapat jenis tembakau dengan kualitas rasa yang lembut, ia harus ditanam di lokasi B, tentu saja di lokasi yang berbeda dari lokasi A.

Ratusan tahun menanam tembakau, para petani tembakau di negeri ini hingga hari ini masih memanfaatkan tanda-tanda alam dan masih sangat bergantung dengan kondisi alam untuk bisa mendapatkan kesuksesan dalam pertanian tembakau. Sinergitas antara alam dan para petani, mutlak diperlukan jika mereka ingin sukses bertani tembakau. Itulah sebabnya, hingga hari ini, keahlian membaca tanda-tanda alam menjadi pengetahuan penting yang mesti dikuasai oleh para petani tembakau.