kretek
REVIEW

Tingwe yang Makin Kekinian

Walaupun suasana mendung terlihat di langit rata, kami tiga orang dari Kudus tetap meluncur ke Kota Temanggung kota yang terkenal akan daun tembakaunya. Awalnya kami berdiskusi dulu tujuan ke Temanggung mau ngapain, sembari mempertimbangkan dan membayangkan begitu dinginnya hawa saat itu, karena musim hujan. Di Kudus aja hampir tiap hari tiap malam turun hujan, apalagi di Temanggung. Sembari diskusi salah satu di antara kita ada yang sedang nelfon teman di Temanggung.


Teman lama saat masih kuliah di kota budaya Yogyakarta. Saat masih kuliah teman kita satu ini dari Temanggung orangnya gaul. Bahasa anak muda dulu menamai orang yang keren, ngikuti perkembangan zaman, Hpnya bagus, sudah bawa mobil, berduit, pakainya pun kekinian dan seterusnya, pokoknya begitulah. Tapi saat di telfon, ia belum mengangkat telfonnya, bahkan di W.A pun belum menjawab.


Pada akhirnya kita memutuskan tetap pergi ke Temanggung, kalaupun tidak ketemu teman, kita akan jalan-jalan di kota tembakau tersebut, setelah mampir di kantor beasiswa KNPK. Dalam perjalanan terkadang teman ku yang bernam Suryanto masih menelfon ke Fuad (nama teman yang di Temanggung), sedangkan temen yang satu bernama Pujianto, ia asyik menyetir sambil mendengarkan lagu kesukaannya dan merokok.
Disaat mau masuk wilayah Temanggung, HP Suryanto yang sedang di cas berbunyi, ia sedang mengantuk dan gak dengar. Kita berusaha kasih tau kalau HPnya bunyi, malah di jawab “paling istriku mau pesen oleh-oleh”. Akhirnya hp gak diangkat. Setelah berulangkali bunyi barulah HP coba diambil, ternyata yang telpon si Fuad, langsung di terima dan mereka ngobrol. Pada intinya Fuad di rumah dan ia menunggu kedatangan kita.


Sesampainya di Temanggung, perjalanan yang kita tuju kali pertama ke kantor beasiswa KNPK. Sambil rehat sebentar, saya ngobrol-ngobrol kecil dengan mbak Ela dan Reva. Di sela-sela rehat, Fuad aktif menelfon Suryanto menanyakan sudah sampai mana keberadaan kita. Suryanto menjawab kalau kita sudah di Temanggung dan posisinya baru di Kantor beasiswa KNPK.

Ternyata Fuad tidak mengerti apa itu beasiswa KNPK dan dimana alamatnya? walaupun ia asli orang Temanggung, lalu ia minta Share lokasi. Suryanto ngirim share lokasi, sembari beri penjelasan jangan kesini dulu (kantor beasiswa KNPK), karena kita tidak lama, setelah urusan selesai segera mungkin meluncur kerumahmu, barulah Fuad paham kalau ia hanya duduk manis dirumah saja, tidak usah repot-repot nyamperin.
Tidak lama, setelah urusan selesai, kita meluncur ke rumah Fuad yang jaraknya kurang lebih sekitar 10 KM arah utara kota Temanggung.

Sesampainya di rumah Fuad, ia mempersilahkan masuk dan duduk, kemudia ia nawarin racikan kopi Temanggung buatannya, yang terenak ceritanya sendiri. Karena penasaran, kitapun ikut Fuad masuk kedalam ruang tengah bagian rumah, tempat membuat kopi. Diruangan tengah tersebut ternyata banyak bungkusan kopi dikemas siap kirim. Kitapun bertanya, “kamu jualan kopi ad”, dijawab “ya” sambil nunjuk-nunjuk ia bilang “ini pesanan orang Jakarta, ini pesanan orang Kalimantan”. Pujianto orang yang lugu bertanya, “kok bisa ngerti, tempat kamu jualan dimana?”. Haha…..semua pada tertawa, Fuad nyeletuk “hari gini masih ada orang katrok”, lalu Fuad jelasin kalau ia jualan online lewat FB, kopi-kopi ini ia beli dari petani-petani kopi atas (pegunungan).


Setelah air mendidik, ia keluarkan peralatan-peralatannya khusus buat kopi untuk kita. Dalam batinku, niat bener si Fuad ini bikinin kopi buat kita, pasti enak. Ternyata benar, kopi buatannya memang enak mantap dan nikmat setelah aku cicipi. Kopi semua sudah jadi kita dipersilahkan ke ruang tamu kembali untuk menikmati kopi dan ngobrol sambil dipersilahkan mencicipi gorengan tempe khas Temanggung. Wah nikmat banget rasanya. Saat ngobrol si Fuad ngluarin tembakau dan kertas papir dari tempat kecil menyerupai dompet dari bahan bambu. Ia pun menawarkan ke kita “mari ini tembakau asli Temanggung, dijamin nikmat” bisa melinting, atau aku lintingkan? tanya fuad ke kita. Kita bersamaan menjawab “dibuatkan aja ad, kita gak biasa melinting”. Lagi-lagi Fuad nyeletuk “kalian ini ketinggalan jaman” sambil melinting rokok buat kita. Akhirnya aku penasaran dan bertanya “maksudnya apa ad kok ketinggalan zaman?”. Fuad menjawab “ya sudah ni di rokok, pasti ntar kamu tau”. Kita pun akhirnya merokok lintingan, lagi-lagi ramuan Fuad.


Sambil minum kopi dan merokok lintingang ternyata nikmat juga, celetukan Suryanto sambil menghembuskan asap rokok lintingannya ke atas sambil memandangi langit-langit atap. Dan memang benar, bahan tembakau yang dibuat rokok lintingan Fuad sangat enak, tidak gampang memilih tembakau yang enak buat rokok. Kalau pabrikan sudah pasti punya ahlinya, dan tembakaunya tidak hanya satu jenis, bahkan beberapa jenis tembakau di racik dalam satu rokok. Tembakau yang dipakai Fuad hanya satu jenis dan sedikit dibubuhi cengkeh, rasanya sudah enak dan mantap. Akhirnya aku tanya “temabakau mana ini ad?”, dijawab “enak ya, banyak kok disini yang jualan tembakau enak, langganan anak muda-muda sini, di dekat pasar Paraan ada, di kota ada, nanti aku anterin”.
Tidak terasa hari menjelang magrib, kita dipersilahkan mandi dan nanti mau diajak jemput istrinya yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Temanggung. setelah sholat magrib kita akhirnya ikut Fuad menjemput istrinya, diperjalanan kita teringat teman satu lagi bernama Dirham. Ternyata rumah si Dirham tetanggaan dengan rumah istri Fuad. Akhirnya Dirham ditelfon dan janjian bertemu di rumah mertua Fuad.


Setelah istri Fuad keluar, kita beli tembakau dulu, ternyata toko tembakau langganan Fuad dekat sekali dengan kantor beasiswa KNPK, hanya sekitar 5 menit kalau jalan kaki arah barat. Memang benar, di toko tersebut banyak orang-orang gaul antri beli tembakau. Akhirnya aku ikut turun ikut Fuad beli tembakau. Asyiknya mereka ini sudah nyiapin tempat tembakaunyasendiri seperti milik Fuad (berbentuk dompet terbuat dari anyaman bambo) dan itu rata begitu.


Selesai beli tembakau langsung meluncur ke desa Ngadirejo tempat mertua Fuad, karena sudah janji bertemu Dirham, ia juga teman lama saat kuliah di Yogyakarta. Akhirnya kita ketemu dan ngobrol. Fuad lagi-lagi nawarin kopi, ya jelas kita setuju apalagi didukung dengan tingwe dan hawa dingin, wah sungguh nikmat. Sembari nunggu kopi buatan Fuad, kita melinting tembakau yang baru dibeli. Ternyata si Dirhampun begitu, ia mengeluarkan dompet bahan bambo, kemudian menarik tembakau, papir dan bungkusan cengkeh. Dirham aku tanya,” Ham orang temanggung banyak yang melinting dan tempat peyimpan temabakuannya hampir mirip semua?”. Jawab Dirham “ harga rokok mahal, mending melinting sendiri, beli bahan bakunya murah dan sama-sama nikmat, melinting sendiri sekarang jadi trend di Temanggung”. Tak lama, kopipun di kelurkan Fuad, sambil menyambar pembicaraan kita, “tidak keren tidak gaul kalau belum melinting dan bawa dompet seperti ini, ya kan Ham?” sambil menunjuk dompet Dirham di atas meja. Dirham langsung menjawab “ya betul ad”, dan ia bercerita, saat ini dikata gaul dan keren bagi orang Temanggung kalau hasil lintingan rokoknya sudah bagus dan sambil menenteng dompet, mereka PD kemana-mana selalu di bawa.


Cerita Dirham lagi, bahwa sekarang masyarakat kalau mau hajatan atau acara besar tidak segan-segan membuat rokok lintingan yang nanti akan disajikan tamu undangannya. Kemudian Dirham menunjukan salah satu status FB atas nama Yanar Ardi orang Temanggung asli dari Semarang yang ia kenal, di Fb tersebut terdapat Foto banyak sekali rokok dengan tulisan “rokok tingwe persiapan mantu adinda, maklum sekarang rokok mahal (tidak dijual tapi demi persaudaraan). Selain itu terpampang tulisan yang di copas dari artikel Ir Masrik Amin Zuhdi, M.Si selaku Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung tentang “Manfaat Nikotin Yang Disembunyikan dan Tidak Pernah di Expose—TernyataTubuh Manusia Membutuhkan Zat Yang Terkandung Dalam Sebatang Rokok Kretek”. Asiknya tulisan ini telah tayang di web bolehmerokok.com pada tanggal 16 Mei 2019.