OPINI

Wahai Perempuan Perokok, Saatnya Bangkit dan Melawan!

Diskriminasi terhadap perempuan yang merokok masih saja terjadi di Indonesia. Kali ini datang dari salah satu kampus yang terletak di bilangan Tangerang Selatan, Universitas Pamulang. Kampus tersebut memampang sebuah pengumuman larangan merokok untuk mahasiswi dan diberi denda yang sangat berat yaitu drop out atau dikeluarkan dari kampus.

Stigma perempuan merokok di Indonesia memang selalu mendapatkan cap negatif. Sering kali mereka dianggap tak bermoral, berpendidikan, bahkan lebih kasar lagi disebut sebagai seorang wanita murahan. Tuduhan-tuduhan macam ini sering diterima secara langsung oleh para kaum hawa. Bahkan pernyataan-pernyataan yang bersifat merendahkan tersebut juga banyak datang dari lingkungan terdekat mereka sendiri.

Seharusnya tak ada yang salah dari aktivitas merokok yang dilakukan beberapa perempuan. Pada dasarnya tak ada undang-undang yang membatasi konsumsi rokok berdasarkan gender. Dengan demikian, perempuan juga punya hak sebagai manusia untuk menikmati sebatang rokok. Apalagi, rokok juga bukan barang ilegal, seharusnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan toh?

Tulisan ini bermaksud untuk memberikan dukungan kepada mereka para perempuan yang bertahan dari segala stigma negatif tersebut. Selama ini mungkin banyak di luar sana yang masih bertahan, bersembunyi, dan mencoba untuk menyimpan dalam-dalam tentang apa yang mereka rasakan. Tentu kami tidak melarang jika ada yang memilih cara ini. Namun, sesekali perlawanan perlu digalakkan.

Pembiaran dan pembiaran membuat para pemangku kebijakan akan semakin sewenang-wenang untuk membuat aturan. Contohnya ya kasus di Unpam ini. Karena banyak yang memilih bungkam maka mungkin pihak kampus semakin merasa berkuasa untuk membuat aturan yang ngawur. Padahal jika perlu dicermati bahwa kampus harusnya jadi tempat yang tepat untuk pendidikan kesadaran gender.

Oke, Unpam perlu dilawan begitu juga dengan pernyataan merendahkan yang ada di sekitar kita. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya. Pasalnya perlakuan pelecehan ini yang paling sering terjadi kepada para perempuan. Seperti yang sudah diutarakan di paragraf sebelumnya, banyak yang masih memandang rendah kepada perokok perempuan.

Padahal banyak tokoh perokok perempuan yang memiliki kontribusi positif. Kita sepakat bahwa Menteri Kelautan Republik Indonesia Periode 2014-19, Sri Mulyani bisa jadi rujukan. Dirinya memang diremehkan saat Jokowi pertama kali melantiknya dan mengenalkannya kepada publik. Tapi lihat kontribusinya pada negeri ini. Saya yakin saat era beliau memimpin stok ikan kita di lautan cukup terjaga dari pencurian yang dilakukan oleh kapal nelayan asing.

Sudah cukup Sri Mulyani dijadikan bantahan bagi para moralis yang bermulut kotor. Meski pun masih banyak di luar sana perokok perempuan yang berprestasi di lingkungannya masing-masing. Kalian para perempuan yang juga perokok pun mungkin bisa melanjutkan jejak mereka. Mungkin, dengan berprestasi juga jadi salah satu cara untuk membungkam mulut-mulut jahat yang menghina kalian.

Namun, membantah dan melawan secara langsung pernyataan-pernyataan kotor kepada kalian pun juga perlu dilakukan. Barangkali semakin banyak yang melawan maka semakin banyak juga yang sadar bahwasanya kesetaraan gender itu memang dibutuhkan dan perlu diperjuangkan. Jalan untuk mewujudkan itu memang masih panjang. Namun jika hari ini dan seterusnya kita diam, maka kesewenang-wenangan itu semakin terus berkeliaran, kan?