cengkeh indonesia
REVIEW

Cengkeh: Keunggulan Kompetitif Bangsa Indonesia

Sejak penemuan kegunaan baru cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek, komoditas cengkeh kembali bersinar. Beberapa pabrik rokok kretek berdiri pada pertengahan dekade 50-an menyebabkan permintaan cengkeh meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pertanian cengkeh tak hanya diusahakan di Kepulauan Maluku tetapi juga di Sulawesi, Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Papua dan beberapa tempat lain di Indonesia.

Pada 1970 luas lahan cengkeh telah mencapai 82.387 hektar, dua dekade kemudian luas lahan cengkeh mencapai 724.986 pada 1990. Swasembada cengkeh dinyatakan tercapai pada 1991. Namun sayang, pengaturan tataniaga cengkeh oleh pemerintah dengan pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) justru membuat komoditas ini terpuruk. Harga jatuh.

Petani kecewa, sebagian lahan ditumpas dan sebagian lagi dibiarkan tak terpanen. Ketika BPPC dibubarkan, pada akhir Juni 1998, lahan cengkeh yang tersisa tercatat hanya 428.000 hektar. Sekarang lahan cengkeh mencapai setengah juta hektar lahan, dan 96 persen dari total produksi nasional mengalir untuk menyokong kebutuhan industri kretek nasional di Indonesia.

SELUK BELUK PERTANIAN CENGKEH

a. Pembibitan

Cengkeh yang telah meletup akan segera jatuh. Dari polong inilah tunas-tunas baru cengkeh tumbuh. Perawatan ekstra dilakukan di masa-masa awal. Bibit cengkeh diletakkan di bedeng supaya mempermudah perawatan.

Asupan air diberikan secara teratur, dan kala musim kemarau datang bibit cengkeh dikelilingi daun nyiur supaya dapat terhindar dari sengatan sinar matahari secara berlebih. Jika masa ini telah lewat perawatannya lebih sederhana. Pohon cengkeh cukup ditanam dengan jarak tertentu, rumput liar dibersihkan secara teratur, dan daun-daun yang berguguran akan menjadi pupuk alami yang menyuburkan.

b. Perawatan

Tanaman cengkeh di Indonesia mempunyai karakteristik unik dengan penyesuaian tumbuh-kembangnya dari faktor iklim, jenis tanah, dan yang terbaik terkena angin laut. Itulah yang menyebabkan karakteristik tanaman ini meskipun jenisnya sama akan memberikan hasil yang berbeda di setiap tempat. Cengkeh mulai belajar berbuah di usia lima sampai tujuh tahun. Ketika usia telah menginjak sepuluh tahun cengkeh dengan rutin memberikan peruntungan.

Di Sulawesi pohon cengkeh tak bisa tumbuh besar, dan jika usianya telah berumur kuantitas bunga menurun, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Di tanah asalnya, Kepulauan Maluku, pohon cengkeh bisa berbunga baik hingga puluhan tahun. Tercatat pohon cengkeh tertua, ‘Cengkeh Apo’, berusia sekitar 450 tahun dan berdiameter
mencapai 300 sentimeter.

c. Panen

Para petani melakukan proses memetik cengkeh (bagugur) dengan memutus gagang tepat di bagian terakhir daun.

d. Patah

Pemetik cengkeh maupun keluarga petani akan berkumpul dalam satu lingkaran untuk (bapata) patah cengkeh. Segera setelah proses panen dilakukan, maka sore harinya berlangsung patah cengkeh. Jika terlalu lama ditimbun membuat cengkeh dan gagang sulit dipisahkan.

e. Penjemuran

Kuncup cengkeh dijemur (bajemur) di bawah terik matahari, sampai warna merah kecokelatan-cokelatan. Proses ini memerlukan waktu sekitar empat hari. Bila panen datang saat musim hujan, cengkeh perlu perawatan ekstra supaya tak rusak diserang jamur.

Para petani menyiasatinya dengan menutupi cengkeh yang sedang dijemur dengan plastik atau mengeringkannya dengan cara pengasapan. Per hektar lahan ditanami sekitar 140 – 150 pohon cengkeh.

TENAGA KERJA DALAM ALUR PRODUKSI CENGKEH

Sebelum Panen

1. Perawatan tanaman

2. Pencegahan hama

Selama Panen

1. Tenaga petik, memanjat pohon untuk memetik bunga cengkeh

2. Juru masak, penyedia makanan selama musim panen

3. Juru taksir, menghitung jumlah panen cengkeh dan kebutuhan
biaya pekerja

4. Mandor, mengawasi proses panen

5. Tukang pungut, memungut ceceran bunga cengkeh yang jatuh

6. Juru bayar, bertugas membayar tenaga kerja

7. Tukang angkat, mengangkat hasil panen ke penampungan

Sesudah Panen

1. Tukang yang bertugas memisahkan cengkeh dengan gagang

2. Tukang jemur, bertugas menjemur atau proses pengeringan
cengkeh

3. Tenaga untuk menjual hasil cengkeh

Ketika berlangsung musim panen cengkeh. Para petani kewalahan untuk melakukan proses panen. Sebab, untuk melakukan panen diperlukan perhitungan waktu yang tepat.

Cengkeh diupayakan terpetik sebelum kuncup bunga meletup dan berubah menjadi polong (pembibi- tan), sehingga membutuhkan tenaga pemetik dari luar daerah. Dalam sehari setiap pemetik bisa memanen 4-5 bakul cengkeh basah (4-5 kilogram cengkeh kering).

SISTEM PENGUPAHAN PEMETIK

1. Sistem Upah

Setiap harinya pekerja petik cengkeh mendapatkan upah Rp 100 ribu – Rp 150 ribu dengan makan tiga kali sehari, kopi/teh, rokok satu bungkus dan penginapan ditanggung pemilik lahan.

2. Sistem Liter

Dengan sistem ini setiap pekerja petik dibayar dengan perhitungan hasil panen. Per liter cengkeh ditukar pemelik lahan dengan Rp 5.000. Kebutuhan makan, kopi/teh, rokok, dan penginapan ditanggung pemilik lahan.

3. Sistem Bagi Hasil (Pica Tinga)

Sistem ini digunakan apabila pemilik lahan tidak mempunyai dana untuk proses panen atau terletak jauh dari rumah. Proses panen diserahkan ke tetangga atau kerabat, dengan hasil panen nantinya dibagi sama rata antara pemilik lahan dan pemetik.

KEARIFAN PETANI CENGKEH

Pertanian cengkeh memang tak secara langsung masuk dalam kalkulasi perhitungan pendapatan negara. Namun komoditas ini secara riil menjadi penggerak roda perekomian masyarakat.

Sejak penghapu- san Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) harga cengkeh meningkat setiap tahunnya. Saat ini harga per kilogram cengkeh dibandrol hingga Rp 140.000 per kilogram.

Petani cengkeh menyiasati rentan tanam hingga berbunga sebagai tabungan pendidikan. Saat seorang anak lahir mereka menanam pohon cengkeh. Dalam waktu lima hingga tujuh tahun, saat anak-anak mereka mulai bersekolah, pohon cengkeh telah menghasilkan.

Dari hasil pertanian cengkeh petani membayar biaya pendidikan anak-anak. Komoditas ini sekarang menyokong sekitar lima juta petani dan tenaga kerja pertanian cengkeh di Indonesia.

Sumber: Kretek Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia (Buku Kretek)