kretek
REVIEW

Milenial Konsumsi Kretek, Menjaga Asa Pelestarian Warisan Budaya Bangsa

Neil Howe dan William Strauss dalam bukunya berjudul Millenials Rising memprediksikan satu potensi besar yang dimiliki oleg generasi millenial. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa generasi milenial akan sepenuhnya membangun kembali citra anak muda yang suram dan terasing menuju hal yang optimistis dan terlibat dalam frekuensi pembangunan satu bangsa. Prediksi dua penulis besar tersebut kiranya tak bisa dipandang sebelah mata, pasalnya dampak nyata dari kehebatan anak muda saat ini memang begitu luar biasa.

Di Indonesia tersendiri kini pemerintah mencoba untuk lebih peduli terhadap kehebatan generasi muda mereka. Dengan berbagai metode tentu mereka coba agar ide-ide besar yang dilahirkan oleh generasi millenial bisa mampu mereka jembatani demi kebutuhan bangsa. Meski tak juga bisa kita pungkiri bahwa terkadang pemerintah yang didominasi oleh generasi tua memilih cara yang salah dan norak dalam menjembatani idea serta gagasan dua generasi yang berbeda ini.

Mengingat Indonesia adalah satu bangsa yang besar dengan sejarah dan tradisi budaya yang luar biasa, ada satu hal yang tak boleh hilang dari langgam gerak generasi millenial di tanah air. Kecanggihan teknologi dan informasi yang membuat generasi millenial Indonesia melek akan globalisasi juga harus diimbangi dengan kecintaan terhadap tanah air. Ini seperti mengutip pernyataan seorang Tan Malaka yaitu ‘Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas.’

kretek

Salah satu warisan budaya bangsa yang diberikan pendahulu kepada kita saat ini adalah Kretek. Di tengah derasnya produk rokok asing internasional di pasar tanah air, entah mengapa kretek masih saja mendominasi. Bicara soal citarasa, memang karakteristik lidah masyarakat nusantara memang tak pernah berbohong, boleh saja rokok asing beredar namun kretek tetap menjadi primadona. 

Saya kemudian tidak mengatakan bahwa anak muda harus merokok, bukan itu. Bagaimana pun peraturan tetap harus ditaati bahwa hanya yang sudah berusia di atas 17 tahun yang bisa membeli dan menikmatinya. Toh juga, banyak dari generasi millenial saat ini yang sudah memiliki usia di atas 17 tahun dengan dengan kesadaran penuh untuk menikmati rokok. Akan tetapi apresiasi tetap harus kita berikan kepada mereka para millenial yang kemudian tetap menikmati menghisap kretek sebagai bentuk upaya menjaga tradisi lokal.

Menjadi millenial juga tak perlu malu untuk menghisap kretek. Buktinya banyak juga beberapa anak muda yang sukses di bidangnya tetap menjadikan kretek sebagai temannya, Danilla misalnya. Siapa yang tak kenal sosok penyanyi perempuan satu ini. Danilla tetap menjadi sosok panutan, karyanya juga terus muncul, dan mendapatkan apresiasi serta penghargaan dari orang banyak. Di saat krisis identitas bangsa seperti saat ini, tentu butuh kaum millenial yang kembali menggali akar sejarah bangsa dan meneruskan tradisi budaya nusantara kita. 

Sebuah bangsa yang besar tentu akan runtuh sendirinya jika masyarakatnya lupa terhadap kebesarannya dan kehebatan masa lalunya. Walau demikian hanya dengan mengagung-agungkan sejarah juga tak akan membuat bangsa kita maju. Refleksi terhadap keagungan masa lalu itu penting, namun kemudian menjaga tradisi serta nilai sebuah bangsa itu sendiri adalah satu langkah pasti dalam membangun negeri. Mari kaum millenial, lestarikan budaya bangsa, selamatkan kretek kita!