Seandainya bisa melontarkan umpatan maka saya akan nekat turun ke jalan untuk berteriak mengutuk keadaan. Kondisi selama beberapa hari mengurung diri di rumah memang sangat tidak menyenangkan. Ya harus gimana lagi, cara ini harus saya tempuh agar tidak tertular virus COVID-19 alias corona yang sangat cepat menyebar. Alhasil, saya hanya bekerja di rumah dan menghibur diri dengan menyaksikan video di youtube. Lalu juga mendengarkan musik, khususnya saya sangat suka mendengarkan The Panturas belakangan ini.
Kondisi yang tidak mengenakkan ini membuat saya harus tetap punya motivasi tinggi saat berada di rumah. Itu alasan utama saya mendengarkan The Panturas. Skemanya cukup sederhana, bangun tidur saya langsung mandi air hangat. Setelah itu masuk ke kamar khusus bekerja, menyalakan AC dan komputer lalu masuk ke spotify dan memutar lagu The Panturas. Dua sampai tiga lagu saya dengarkan sambil menikmati rokok dan minuman hangat, sangat menyenangkan. Aktivitas ini saya lakukan berulang kali dan lumayan memberi pengaruh untuk menyemangati saya.
Bosan mendengar The Panturas melalui spotify, saya pindah menyaksikan performanya di youtube. Aktifitas ini saya lakukan di sela-sela pekerjaan, seringnya saat otak sudah mumet dengan desain dan tulisan. Biasanya, saat kita menyaksikan satu video maka youtube akan langsung merekomendasikan video lainnya dan kali ini yang direkomendasikan pada saya adalah video klip terbaru The Panturas dari lagu yang berjudul ‘Queen of The South’ sebuah lagu yang bagi saya menonjolkan karakter musik dari band asal Bandung tersebut, pantai, rock, dan iramanya mengajak kamu untuk bergoyang.
Saya tidak begitu paham tentang sinematografi dan tetek bengek lainnya dalam teknis atau aliran video, akan tetapi saya merasa sedang menyaksikan film horror dan pembunuhan jadi satu dalam video klip terbaru The Panturas tersebut. Sutradara cukup aman dalam mengambil gambar sehingga membuat penonton nyaman dalam menyaksikan babak demi babak didalamnya. Mata juga dimanjakan oleh permainan warna dan lampu yang cukup apik. Adegan tiap adegan pun dibikin selaras dengan musik dan yang paling istimewa adalah adegan merokok yang bagi saya juara di video klip tersebut.
Baru dimulai saja kita sudah disuguhkan oleh adegan membakar rokok dari salah satu karakter utama di video tersebut. Ini sangat mirip sekali dengan video klip lagu nada kasih yang dinyanyikan oleh Fariz RM beserta Neno Warisman. Sungguh, saya merasa sudah lama sekali tidak melihat adegan merokok tampak tampil baik dalam sebuah video klip. Kerinduan saya itu terbayar tuntas saat menyaksikan video klip terbaru The Panturas.
Meskipun bukan seorang video addict atau movie addict tapi saya cukup intens mengamati adegan merokok dalam sebuah video. Entah kenapa di banyak film atau video klip adegan merokok dibuat dengan sangat sinematik dan indah. Pernah salah seorang teman mengatakan bahwa adegan yang sangat manusiawi seperti makan, mandi, minum, hingga bercinta memiliki frame yang kuat dalam sebuah film atau dengan kata lain dibuat seindah mungkin. Jika asumsi tersebut benar maka teorinya adalah merokok sejatinya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia dan itu sangat manusiawi sifatnya.
Satu hal yang saya sukai juga dari video klip ini adalah karakter tokoh perempuan yang saya rasa memerankan diri sebagai ratu dari selatan. Jujur secara aura penghayatan dirinya untuk memerankan ratu selatan masih jauh dari sempurna. Akan tetapi nilai lebih yang saya lihat adalah adegan merokok yang ia mainkan hampir sempurna. Saya tak melihat dirinya sedang berakting untuk merokok, atau dengan kata lain dirinya sendiri memang adalah seorang perokok. Setidaknya adegan si ratu selatan yang merokok di video klip ini jadi standing poin untuk memperjuangkan hak perempuan untuk merokok dan lepas dari segala stigma buruk.
Video klip ini rupanya hasil kerjasama The Panturas dengan Authentic City yang merupakan produk dari merek rokok terkenal, Clas Mild yang dibuat oleh salah satu pabrikan legendaris asal Kudus, PT Nojorono Tobacco International. Seperti yang kita ketahui industri rokok juga banyak memberikan sumbangsih bagi dunia musik di Indonesia. Cukup banyak contohnya, salah satunya yang saya paling ingat betul hadirnya LA Light Indiefest yang banyak menelurkan band indie keren pada saat itu. Belum lagi gelaran konser-konser musik keren yang juga disponsori oleh industri hasil tembakau. Tak terbayangkan oleh saya kemudian jika sokongan itu harus hilang akibat kebijakan yang sewenang-wenang, industri mana yang mau ikut cawe-cawe di dunia musik, saya rasa sangat jarang.
Terlepas dari itu, saya sangat menikmati The Panturas di kondisi seperti ini, ketika semuanya saya harus berada di rumah dan mengurangi aktivitas di luar. Saya butuh musik yang ‘nendang’ untuk menjadi pelumas roda aktivitas saya yang menjenuhkan sekarang ini dan bahkan mungkin untuk beberapa bulan kedepan. Selain itu, empat menit untuk menyaksikan video klip terbaru The Panturas tak terbuang sia-sia, memang rasanya jadi video klip yang tepat untuk dinikmati sambil menghisap sebatang rokok.