REVIEW

Sejumput Angin Sejuk di Tengah Badai Krisis Ekonomi

Pandemi korona betul-betul membikin banyak hal menjadi berbeda. Pola interaksi antar manusia, perilaku keseharian seseorang, gaya hidup yang berubah, kesadaran hidup sehat dan bersih yang kembali terpupuk, dan beberapa hal lain lagi yang ke depannya saya kira akan menjadi tradisi baru dalam kehidupan manusia Indonesia, juga dunia.

Hari ini memasuki pekan-pekan akhir bulan Ramadan, bulan sucinya umat Islam, bulan yang selalu ditunggu-tunggu dan dirayakan dengan penuh sukacita, bulan yang di sana umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan riang gembira, bulan yang di banyak tempat di negeri ini melahirkan tradisi yang unik, bersahaja, dan menarik untuk dikulik dan diketahui lebih dalam. Dan pandemi korona, tidak mau absen untuk membikin Ramadan kali ini menjadi Ramadan yang sangat berbeda dengan Ramadan-Ramadan sebelumnya.

Tak ada lagi salat tarawih berjamaah di banyak tempat. Jika pun masih ada, seperti di kampung tempat saya tinggal misal, dibatasi dengan sangat ketat. Anak-anak dan orang tua usia di atas 50 tahun dilarang ikut salat tarawih berjamaah di masjid, hanya orang dari kampung tempat saya tinggal saja yang boleh ikut, jamaah dari kampung lain dilarang.

Tak hanya tarawih, tradisi buka bersama keluarga besar, sahabat, teman sejawat, rekan-rekan semasa sekolah dulu, atau teman-teman satu pekerjaan raib dari Ramadan kali ini. Hanya orang-orang nekat dan mau melanggar aturan dan abai pada risiko penularan virus korona yang tetap mengadakan buka bersama. Penyediaan menu-menu buka puasa di masjid-masjid yang sebelumnya marak ada dan mengundang keramaian yang membahagiakan, pada Ramadan kali ini pun raib dari pandangan mata.

Tradisi keliling membagikan sekadar takjil atau menu makan besar untuk buka puasa, jumlahnya sangat berkurang pada Ramadan kali ini. Pun begitu dengan kebiasaan bersedekah sembari makan sahur di jalan, sahur on the road, tak terdengar banyak pada Ramadan kali ini. Semua ini bisa terjadi akibat ulah zat renik tak kasat mata bernama Covid-19.

Di luar itu semua, pandemi korona juga membikin wajah perekonomian di negeri ini berubah drastis. Imbas dari pembatasan interaksi dan pembatasan kerumunan manusia, betul-betul memukul bangunan ekonomi mikro hingga makro, dari keluarga berpenghasilan pas-pasan belaka hingga pengusaha-pengusaha besar beromset milyaran hingga trilyunan, semuanya terkena imbas dan tak sedikit yang gulung tikar dan berubah menjadi melarat, mesti memulai lagi semuanya dari awal, dari nol.

Tak terkecuali perusahaan-perusahaan rokok berskala kecil hingga besar, semuanya terkena dampak besar gangguan ekonomi akibat pandemi yang di negeri ini sudah memasuki penghujung bulan ke tiga, dan kita semua belum tahu sampai kapan pandemi ini berakhir.

Para buruh yang bekerja di pabrik-pabrik rokok di negeri ini, juga menjadi rombongan besar yang terkena dampak krisis ekonomi akibat pandemi. Di salah satu pabrik rokok di wilayah Jawa Timur, virus korona bahkan menghantam langsung buruh-buruh pekerja pabrik, puluhan orang dinyatakan positif korona, dan sudah ada korban meninggal dunia. Petinggi perusahaan bertindak cepat dengan menutup sementara dua pabrik produksi mereka untuk memutus rantai penyebaran virus di lingkungan pekerja.

Di tengah kondisi yang kian membingungkan kini, ditambah lagi sebentar lagi akan memasuki masa lebaran, masa-masa yang semestinya penuh dengan kebahagiaan akan tetapi terancam menyedihkan karena pandemi korona, ada sedikit berita sejuk dan menggembirakan setidaknya dari dua pabrikan besar industri rokok nasional. Kabar menyenangkan ini tentu saja memberi sedikit ketenangan bagi para buruh yang sebentar lagi akan menyambut lebaran bersama keluarga.

Di Kudus, PT Djarum sudah mencairkan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi ribuan buruh yang bekerja di sana. Sedang di Surabaya, PT HM Sampoerna sudah berkomitmen akan tetap mengeluarkan THR bagi karyawannya di tengah krisis ekonomi yang melanda kini.

Di saat banyak perusahaan lain, jangankan memberi THR, mereka terancam gulung tikar dan merumahkan sementara atau mem-PHK permanen pegawainya akibat krisis ekonomi kini, perusahaan-perusahaan rokok masih tetap membagikan THR untuk karyawannya. Pandemi yang diikuti krisis ekonomi ini, menjadi ujian selanjutnya juga bentuk ujian baru bagi perusahaan-perusahaan rokok nasional.

Jika sebelumnya sejak industri rokok mulai berdiri di negeri ini pada awal abad 20, bermacam krisis berhasil dilalui industri rokok nasional bahkan bisa membikin industri ini semakin kuat dan berjaya, apakah ujian krisis kali ini berhasil dilalui industri rokok nasional dengan baik? Banyak dari kita menunggu jawabannya, dan semoga jawabannya menyenangkan ketika krisis ini pada akhirnya usai kelak.