komoditas cengkeh
REVIEW

Bersedekah dan Menabung dengan Komoditas Cengkeh

Hampir tiap komoditas pertanian, ketika memasuki musim panen, menjadi hari raya bagi para petani. Mereka akan bergembira, menyematkan harapan pada komoditas yang dipanen bisa memberikan hasil yang baik juga keuntungan mencukupi. Beragam upacara, syukuran, dan perayaan-perayaan kecil biasanya diselenggarakan mengiringi tibanya musim panen. Hampir semua komoditas begitu, termasuk juga komoditas cengkeh.

Di beberapa tempat di Kepulauan Maluku, ketika panen cengkeh tiba, para pemilik kebun cengkeh tidak memanen seluruh bunga cengkeh. Mereka menyisakan bunga cengkeh untuk dipanen oleh mereka yang tidak punya ladang, terutama untuk janda dan anak-anak yatim.

Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun. Beberapa pemilik kebun cengkeh bilang, “kebiasaan ini berguna untuk selalu mengingatkan agar manusia jangan rakus, dan saling berbagi kepada sesama.”

Dari kebiasaan ini, komunitas juga ingin memastikan bahwa semua orang dalam komunitas bisa merasakan kebahagiaan dari hasil panen cengkeh tahunan. Mereka yang tidak punya kebun, juga bisa dapat rezeki di musim panen. Mereka diajak ikut merayakan musim panen, merasakan kebahagiaan dari bunga-bunga cengkeh yang dipetik dari tangkainya.

Komoditas Cengkeh di Maluku

Di Kepulauan Maluku, cengkeh memang menjadi salah satu komoditas andalan sebagai penopang ekonomi keluarga. Di sanalah keberadaan cengkeh bermula, dan dari sana banyak tradisi dan kebiasaan baik terkait cengkeh berlangsung hingga kini.

Tradisi tidak memanen seluruh bunga cengkeh di pohon, dan menyisakannya untuk orang lain yang tidak punya ladang, hanya satu dari sekian banyak tradisi yang ada di seputar pertanian cengkeh di Maluku dan di Indonesia. Masih banyak lagi tradisi baik yang berkelindan dengan dunia pertanian cengkeh Nusantara.

Selain menyisakan cengkeh di pohon untuk dipanen siapa saja yang tidak punya kebun cengkeh, di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, ada tradisi menarik dan baik lain di seputar pertanian cengkeh. Tradisi ini, menjamin masa depan pendidikan anak-anak di sana. Mampu menyingkirkan kekhawatiran tidak bisa menyekolahkan anak dengan baik.

Pohon cengkeh merupakan kayu keras. Ia cukup ditanam sekali lantas bisa hidup hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Sejak tahun ke-6 atau ke-7 usai ditanam, cengkeh mulai berbunga dan bisa dipanen. Begitu terus tiap tahun sampai pohon mati.

Musim Panen Cengkeh

Sekali musim panen, satu batang pohon cengkeh rerata menghasilkan 15 hingga 40 kilogram cengkeh kering. Di beberapa pohon, bahkan ada yang bisa mencapai 100 kg cengkeh kering tiap musim panen.

Harga rerata cengkeh tiap musim panen cukup menjanjikan (kecuali periode 90an karena ulah BPPC). Saat ini cengkeh kering dihargai antara Rp60.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Pernah ada masanya harga cengkeh per kilogram mencapai Rp200.000

Karena potensi harga cengkeh yang menjanjikan ini, di beberapa tempat di Maluku, muncul tradisi menjadikan pohon cengkeh sebagai tabungan pendidikan anak-anak. Di sana, tiap kali seorang anak lahir, akan ditanam 5 hingga 10 pohon cengkeh. Saat anak memasuki usia SD, pohon cengkeh sudah menghasilkan. Itu yang digunakan untuk biaya sekolah anak, hingga mereka sarjana.

Dengan cengkeh, seorang anak terjamin sekolahnya hingga setinggi-tingginya. Jadi jangan heran jika di Maluku, dan di wilayah lain penghasil cengkeh, ada istilah sarjana cengkeh karena seluruh biaya sekolahnya dari hasil cengkeh.

Dua dari sekian banyak tradisi baik di seputar pertanian cengkeh ini, terancam tak bisa lagi dilestarikan karena gerakan anti-rokok lewat skema FCTC yang mereka gelontorkan. Jika FCTC berlaku di negeri ini, harga cengkeh bisa dipastikan anjlok karena cengkeh tidak bisa lagi digunakan menjadi bahan baku rokok kretek.

Sejauh ini, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional setiap tahunnya diserap oleh industri rokok kretek. Jika lewat skema FCTC, cengkeh menjadi haram hukumnya digunakan sebagai bahan baku rokok, lebih 90 persen hasil cengkeh nasional tak lagi bisa diserap. Harga cengkeh otomatis anjlok sampai ke titik paling rendah dalam sejarah. Tentu saja ini mengerikan. Sekuat tenaga mesti dilawan.