rokok
REVIEW

Kiat untuk Karyawan/Buruh dan Petani Pertembakauan Menghadapi Krisis Akibat Pandemi Corona

Tentunya masih ingat kemarin banyak berita online memberitakan statement Sri Mulyani Menteri Keuangan, kalau ekonomi Indonesia diperkirakan pada kuartal II terjadi minus hingga 3, 1. Artinya dimungkinkan pertumbuhan ekonomi bangsa ini negatif. Penyebabnya tak lain dampak dari pandemi covid 19. Sementara beda dengan Sri Mulyani, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Suharno Monoarfa memprediksi kontraksi akibat pandemi di kuartal II hitungannya sampai 6 persen. Baik Srimulyani atau Suharno, mereka memprediksikan ekonomi Indonesia kedepan tidak sehat. Dalam pemulihannya juga diprediksi agak lama, minimal 10 tahun.


Anjloknya ekonomi bangsa ini di kuartal II, pasti akan berdampak semua masyarakat Indonesia tak terkecuali. Untuk itu bagi buruh/ karyawan industri kretek dan para petani tembakau maupun cengkeh harus berhati-hati. Walaupun pastinya telah siap menghadapi krisis ekonomi yang akan menggejala.


Untuk itu ada beberapa tips bagi buruh/ karyawan industri, petani tembakau dan cengkeh, agar keluar dari dampak ekonomi akibat pandemi corona, yaitu:


Pertama, hindari membeli atau mengkonsumsi barang yang tidak perlu atau tidak menjadi kebutuhan pokok (primer).

Kedua, tabung sebagian pendapatan. Alangkah lebih baik diprogramkan nabung tiap hari di tetapkan nominalnya. Tidak usah banyak-banyak, bikin gerakan dirumah menabung Rp 5000/ tiap hari. Namanya nabung ya jangan diambil sebelum betul betul kepepet dan butuh.


Ketiga, persiapkan mulai sekarang, untuk menanam, berkebun dan beternak kecil-kecilan memanfaatkan lahan dirumah semaksimal mungkin. Kalau punya sawah besar, ya boleh lah di manfaatkan. Tanaman lebih baik berupa tanaman pangan, sayur-sayuran dan sejenisnya yang tidak membutuhkan modal banyak. Beternak pun demikian, hindari beternak yang membutuhkan modal banyak.

Sesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing, dan juga jangan dipaksakan (tidak sesuai kemampuan).
Keempat, ingat…Gerakan menanam dan beternak ini, jangan dulu punya niatan dijual ke orang lain. Lebih baik sebagai pasokan kebutuhan sehari-hari. Kalaupun ada kelebihan, lebih baik di shodaqohkan ke saudara atau tetangga, tapi kalaupun diuangkan jangan ambil untung banyak-banyak. Karena kita semua senasib dan seperjuangan menghadapi dampak krisis akibat pandemi corona. Kenapa bahan pangan yang diutamakan ditanam?. Kedepan prediksinya, yang terkena imbasnya besar-besaran itu krisis pangan.

Kelangkaan beras, jagung dan tanaman sejenisnya akan terjadi. Orang akan lupa daratan jika pangan terjadi krisis. Kriminal merajalela, suasana interaksi sosial hawanya panas, penuh persaingan dan intrik dengan sesama.


Kelima, bangun gerakan saling membantu, minimal dalam satu rumah atau satu keluarga. Syukur kalau bisa ada gerakan saling membantu antar tetangga, suadara, teman dekat, teman jauh dan orang lainnya. Masih ingat krisis ekonomi yang pernah terjadi di dunia kemarin?. Saat itu semua negara sudah ribet cari solusi agar keluar dari krisis. Anehnya masyarakat Indonesia justru ditengah krisis masih bisa letawa ketiwi, ngopi bareng, ngobrol bareng, dan tak lupa bahagia. Membuat ekonom bangsa lain terkagum-kagum, heran sampai penasaran ingin tahu resepnya. Mereka mencoba kroscek data sensus pendapatan penduduk, yang di dapat dari data tersebut rata-rata pengeluaran masyarakat lebih besar dari pendapatannya.


Intinya, rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia saat itu minus. Ternyata para ekonom lupa dan terlena, kalau bangsa Indonesia ini punya budaya tolong menolong, saling membantu dan gotong royong. Walaupun budaya tersebut hampir punah di perkotaan, tapi masih banyak yang mempraktekkan.


Budaya tersebut menjadi “asuransi sosial” bagi masyarakat Indonesia. Artinya orang yang membantu diwaktu ain akan dibantu yang pernah dibantu atau akan dibantu orang lain, begitu seterusnya selalu berputar. Bantu membantu ini sifatnya ikhlas tanpa pamrih, bahkan sekalipun bantuan finansial atau barang.


Contoh kecil di pedesaan, andaikan satu rumah pingin memasak dan bumbunya atau barangnya kurang dan tak punya uang, maka lari ke tetangga terdekat minta barang tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika tetangganya ada sesuatu yang kurang minta tolong ke tetangga lainnya dan seterusnya.

Apapun bentuk ancaman, selama kita bersatu saling membantu dan tolong menolong pastinya kuat menghadapinya. Jangan sampai masyarakat terlebih para buruh/karyawan, petani tembakau dan cengkeh terpecah belah, bertengkar bahkan saling intrik-intrikan. Mari mulai detik ini budaya gotong royong, saling membantu dan tolong menolong lebih ditingkatkan guna menghadapi krisis akibat pandemi covid 19 yang prediksinya hingga 10 tahun kedepan.
Memang semua baru prediksi, bisa jadi ya bisa jadi tidak, semua ketentuan di tangan Tuhan. Akan tetapi prediksi tersebut berdasarkan data.

Prosentase tingkat terjadinya lebih besar. Untuk itu, selain berusaha menghadapi krisis akibat pandemi seperti halnya tips di atas, jangan lupa berikhtiyar dengan berdo’a dan beribadah sesui kepercayaan agama masing-masing. Meminta agar krisis tidak terjadi, kalaupun tetap terjadi, kuat menghadapi krisis tersebut. Selain itu, mari kita budayakan bahagia mulai sekarang, kepanikan-kepanikan buang jauh. Dan yang terpenting saat status pandemi corona masih berjalan, budayakan pakai masker, budayakan cuci tangan pakai sabun, hindari sementara kerumunan banyak orang.