OPINI

Menyeret Rokok ke Isu Narkoba

Pekan ini, media sosial di negeri ini ramai membicarakan kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan yang menyebabkan salah satu mata Novel rusak total. Ia ramai dibicarakan usai jaksa penuntut pada kasus itu hanya menuntut hukuman satu tahun penjara kepada tersangka penyiraman air keras. Hanya satu tahun untuk kejahatan yang tidak main-main. Alasannya, tersangka melakukan penyiraman tanpa disengaja.

Tak perlu mengerti hukum, hanya perlu akal sehat saja untuk tahu bahwa ada kejanggalan dari tuntutan jaksa kepada tersangka di kasus Novel Baswedan. Sengaja bangun sebelum subuh, mengintai Novel Baswedan sejak dari rumahnya, lantas menyiram air keras ke wajah Novel usai Ia salat subuh di masjid. Sudah gamblang disengaja seperti itu tetapi jaksa menuntut hukuman ringan dengan alasan tidak disengaja.

Ragam bentuk reaksi bermunculan menanggapi kejanggalan ini. Ada yang sangat serius dengan dalil-dalil hukum positif negeri ini. Ada yang kecewa dan melampiaskan kekecewaan itu dengan hujatan terhadap kondisi hukum di negeri ini. Ada yang sampai mengulik kelakuan jaksa tersebut lewat akun media sosial jaksa. Dan ada banyak pula reaksi protes dengan nuansa lucu berbalur komedi.

Salah satunya, reaksi lucu dan cerdas datang dari salah satu artis stand up comedy bernama panggung Bintang Emon. Bintang mengunggah video menanggapi kasus Novel Baswedan ini dengan isi video berupa kritik pedas berbalur humor. Ini mengingatkan saya pada pelawak-pelawak di zaman Orba yang berani mengkritik Orba lewat jalur humor semisal Benyamin S, dan grup lawak Warkop DKI.

Video kritik dari Bintang Emon viral, ditonton puluhan ribu orang dan kebanyakan dari penonton sepakat dengan Bintang Emon sekaligus terhibur. Reaksi-reaksi dukungan terhadap video Bintang Emon bermunculan. Selain itu, ada juga reaksi yang kontra terhadap pendapat humor Bintang Emon.

Yang mengerikan, mereka yang tidak setuju dengan Bintang Emon, ada yang melakukan reaksi secara tidak terpuji, dengan menyerang personal Bintang Emon, meneror akun-akun media sosialnya, hingga yang paling mengerikan, memfitnah Bintang Emon sebagai pengguna narkoba jenis sabu-sabu.

Suara-suara pembelaan terhadap Bintang Emon yang diserang secara personal hingga difitnah sebagai pengguna sabu-sabu deras berdatangan dari berbagai pihak. Mulai dari masyarakat awam, rekan sejawat Bintang di dunia stand up comedy, tokoh nasional, hingga Novel Baswedan sendiri ikut berkomentar membela Bintang Emon.

Dari ragam bentuk pembelaan itu, saya kira, ada yang tidak sreg ketika saya membacanya, terutama dari rekan-rekan sejawat Bintang di stand up comedy. Mereka yang mengenal langsung Bintang Emon dalam keseharian.

Yang membuat saya merasa tidak sreg dari pembelaan terhadap Bintang Emon, adalah narasi kontra terhadap penggunaan sabu-sabu dengan rokok sebagai contoh. Maksud saya begini, mereka yang mengenal Bintang dan membela Bintang secara langsung berkomentar membantah Bintang yang dituduh pengguna sabu dengan narasi yang membawa-bawa rokok sebagai contoh buruk.

“Bintang itu orang baik, jangankan narkoba, dia ngerokok saja tidak pernah.” Dan komentar-komentar sejenis ini, dengan membawa-bawa rokok sebagai sebuah indikator kenakalan. Narasi semacam itu mengekalkan anggapan bahwa rokok adalah pintu masuk menuju penggunaan bermacam jenis narkoba semisal sabu, ekstasi, heroin, dan lain-lain.

Ini tentu saja gegabah dan sama sekali tidak benar. Bahwa merokok adalah pintu masuk menuju penggunaan narkoba, adalah stigma dan hoax yang dihembuskan mereka yang anti-rokok agar masyarakat luas semakin menstigma buruk rokok dan para perokok.

Saya sepakat fitnah-fitnah keji terhadap Bintang Emon yang mengkritik jaksa kasus Novel Baswedan dengan bernas dan lucu mesti dilawan dan diluruskan. Tetapi alangkah eloknya perlawanan terhadap fitnah itu dilakukan dengan cara elegan dan tidak terjebak dalam stigma buruk terhadap rokok dan aktivitas merokok. Karena hingga hari ini, merokok adalah aktivitas legal yang dilindungi oleh undang-undang negara.