Pabrikan

Iduladha dan Perdebatan di Sekelilingnya

Iduladha kali ini diramaikan oleh perdebatan siapa sesungguhnya yang diperintahkan Allah untuk disembelih oleh Ibrahim. Apakah betul Ismail, atau Ishak?

Ini menambah varian perdebatan yang di tahun-tahun sebelumnya tiap kali Iduladha tiba kerap terjadi. Seperti misal perdebatan perihal jenis hewan apa saja yang sesungguhnya bisa jadi hewan kurban, dan perdebatan yang paling sengit antara pembela ritual ibadah kurban dengan para pencinta hewan yang menganggap ritual ibadah ini adalah ritual yang brutal dan mesti dicari penggantinya agar ‘kekerasan’ terhadap hewan tak lagi terjadi.

Manusia, selalu begitu memang. Ada saja yang dicari dan dijadikan perdebatan. Dijadikan perselisihan untuk terus diperbincangkan dalam perdebatan-perdebatan di kedai kopi, di pos kamling, di ruang tamu, di resto-resto, dan yang terbaru, media sosial sebagai medan perdebatan yang paling semarak belakangan.

Kerap kali, perdebatan-perdebatan itu tidak lagi esensial. Tidak penting dan tidak ada gunanya untul diperdebatkan, namun tetap saja terus diperdebatkan karena yang penting-penting kalah oleh keseruan suasana peedebatan yang memang banyak dicari oleh orang-orang.

Pagi tadi, ketika saya mengajak anak saya–yang kini berusia tujuh bulan–ke halaman masjid dekat rumah kontrakan kami untuk melihat kambing dan sapi dan kerbau yang menunggu waktu untuk disembelih, sebagai wujud kurban dari para pemiliknya yang menitipkan hewan kurban itu ke pengurus masjid, saya mendengar perdebatan dua orang anak. Saya memperkirakan usia kedua anak itu belum sampai tujuh tahun. Satu mungkin enam tahun, lainnya sedikit lebih muda.

Ada tiga hal yang mereka perdebatkan. Pertama apakah kerbau dan sapi itu satu keluarga. Kedua apakah hewan-hewan yang hendak disembelih bersedih di saat-saat seperti itu, saat-saat menunggu untuk dikurbankan. Dan yang ketiga, yang paling menarik menurut saya, jenis kelamin hewan-hewan kurban itu.

Perdebatan pertama memakan waktu paling sebentar karena anak yang sedikit lebih tua berhasil meyakinkan rekan debatnya bahwa kerbau dan sapi itu satu keluarga, kerbau sebagai kakak, dan sapi sebagai adiknya. Begitu dulu awalnya, hingga akhirnya mereka terpisah dan membangun kelompoknya sendiri-sendiri hingga dinamakan kerbau dan sapi

Perdebatan kedua, ini menjadi perdebatan paling seru di antara keduanya, karena hingga saya dan anak saya pergi meninggalkan mereka, perdebatan dengan tema ini belum menemukan titik temu. Tiap anak masih bertahan dengan pendapatnya masing-masing.

Anak yang lebih besar, berkeyakinan hewan-hewan itu sedih karena hendak di sembelih. Sedang anak lainnya, berpendapat sebaliknya, hewan-hewan itu senang karena hendak disembelih, dan akan segera masuk surga sesaat setelah disembelih.

“Ndak semua hewan bisa masuk surga loh, Mas. Mereka itu habis dipotong langsung masuk surga. Jadi mereka ndak sedih. Malah senang mau masuk surga!” Ujar anak yang lebih kecil mempertahankan pendapatnya.

“Loh, iya, memang masuk surga. Tapi mereka sedih mau dipotong. Coba lihat matanya kalau nggak percaya, itu loh semuanya kayak habis nangis.” Kali ini anak yang lebih tua menyampaikan argumentasinya.

Karena tidak berhasil mencapai titik temu, mereka kemudian beralih ke perbincangan lain. Yang perbincangan itu ternyata kembali membikin mereka berdebat, lagi. Mereka memperdebatkan jenis kelamin hewan-hewan yang ada di hadapan mereka, anak yang lebih besar hanya berkutat pada pertanyaan apakah hewan-hewan itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sementara, anak yang lebih kecil punya pendapat unik. Hewan-hewan itu tak hanya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, tetapi ada jenis kelamin lain di luar keduanya. Dan hewan-hewan yang hendak dikurbankan itu masuk dalam jenis kelamin di luar laki-laki dan perempuan itu.

Sembari membawa anak saya pulang ke rumah karena halaman masjid kian ramai oleh manusia yang hendak menyaksikan langsung ibadah kurban di kampung kami, saya berpikir, apa memang sedari kecil manusia selalu punya gairah dan semangat untuk berdebat. Untuk tidak sependapat. Untuk terus mengasah otak untuk berargumen. Sehingga ada saja dan ada terus hal-hal yang mereka perdebatkan.

Seperti perdebatan-perdebatan yang melulu muncul tiap kalo Iduladha tiba dan selalu membikin dua kubu yang saling berseberangan. Ada saja yang terus diperdebatkan. Dan itu bersambung. Selalu disambung atau malah diulang tiap kali Iduladha tiba. Tentang siapa yang diperintahkan Allah untuk disembelih Ibrahim, juga perdebatan yang dipicu pencinta hewan terkait ibadah kurban ini.

Selamat hari lebaran, teman-teman. Selamat hari raya Iduladha. Selamat merayakan idulqurban.