logo boleh merokok putih 2

Prof. Dr. Sutiman Bicara Tembakau, Sebagai Obat atau Racun?

prof sutiman

Selama ini banyak perdebatan yang terjadi tentang daun tembakau apakah racun atau obat. Pada kesempatan kali ini coba dihadirkan pendapat Prof. Dr. Sutiman B. Sumitro, Guru Besar Biologi Sel Universitas Brawijaya Malang.

Menurutnya, obat dan racun adalah dua sisi mata uang. Punya arah beda bahkan berlawanan namun sejalan. Setiap obat sesungguhnya memiliki sifat racun. Setiap racun memiliki potensi sebagai obat.


“Dengan demikian pendaya-manfaatan bahan obat dan racun tergantung kecukupan pengetahuan kemanusiaannya”.


Sains yang dikembangkan dengan cara bernalar dan kebenaran dibuktikan melalui fakta berupa data hasil pengamatan empiris dan bersifat inderawi. Kegiatan memahami obyek alam meliputi pengenalan, pengelompokan, dan pembandingan.


Fakta alam yang bersifat rumit dan komplek dipahami dengan melakukan berbagai upaya penguraian dan penyederhanaan, sehingga memungkinkan untuk melakukan kajian yang bersifat analitik.


Inilah cara sains yang dikembangkan saat ini ketika ingin memanfaatkan bahan alam untuk obat. Kegiatan analitik menghasilkan pengetahuan tentang komponen bioaktif dapat sebagai komponen yang dikembangkan jadi obat.


Alam nusantara ini sungguh banyak ragam tanaman obat yang tersedia bagi manusia. Dan alam pula telah menyediakan segala untuk kebutuhan manusia, termasuk pengobatan.


Alam bekerja berdasarkan konsep yang canggih dan telah melalui perhitungan yang sangat cermat. Siapa yang yang melakukan perhitungan tersebut?, tentu tak lain sang Pencitanya.


Sayangnya, terkadang manusia sering memiliki konsep sendiri terhadap hakekat alam, terutama ketika berurusan dengan upaya pemanfaatan sumber daya alam untuk kehidupannya.


Fakta bahwa pengetahuan manusia jauh lebih sederhana dari konsep penyelenggaraan alam. Hal ini sering tidak disadari dan bahkan cenderung menganggap alam hanya sebuah konsep primitif yang perlu dirubah agar memiliki daya manfaat.


Sehingga keberlanjutan pemnfaatan alam butuh yang namanya sains. Saat ini sains adalah alat komunikasi yang mudah diterima manusia. Secara dominan sains menjadi pertimbangan yang dianggap handal yang berkenaan dengan alam.


Perlu disadari, bahwa alam sangat komplek dan penuh dengan misteri. Keberadaan sains dibangun dengan nalar berbasis informasi bersifat inderawi . Memang harus ektra hati-hati dalam pemberlakuan sains, karena memiliki unsur kesalahan informasi.


Keterbatasan inderawi yang memunculkan persepsi kemanusiaan yang bersifat sangat relatif sering dimanfaatkan dengan memakai sudut pandang dan latarbelakang kepentingan dan tujuan. Disinalah sains memberikan justifikasi kebenaran dalam pencapaian tujuan dan kepentingan.


Juga perlu disadari, pertimbangan saintifik dalam setiap sisi kehidupan termasuk pemanfaatan sumberdaya alam memang masih sering menimbulkan perdebatan. Paling tidak keberadaan sains, masih dianggap sebagai justifikasi. Kalaupun ada sains hasil beda, sebagai pembanding dan pelengkap.


Inilah konsep alam semesta yang perlu dijabarkan lewat sains dalam pemanfaatannya, termasuk pada tumbuhan tembakau.
Bukti sejarah, keberadaan daun tembakau dikenal dan dimanfaatkan manusia saat itu sebagai salah satu tanaman obat untuk banyak penyakit.
Antara lain, dengan meniupkan asap tembakau melalui dubur. Dalam sejarahnya orang-orang dahulu melakukan hal itu.


Bagaimana kemudian keberadaan daun tembakau dituduh sebagai penyebab berbagai macam penyakit?


Fakta ilmiah memang menunjukkan bahwa dari studi skala populasi terjadi hubungan nyata antara kesehatan dengan merokok. Hasil penelitian skala populasi di bidang kesehatan masyarakat dan didukung banyak eksperimen melacak diantaranya efek komponen kimia asap rokok dalam bentuk senyawa hasil isolasi pada hewan percobaan.


Jika dipahami dalam pernyataan Prof Sutiman, penyebab menjadi racun bukan obat lagi jika dikonsumsi terlalu banyak. Ambil contoh, tiap hari mengkonsumsi obat, yang terjadi akan timbul masalah baru dari efek obat, jadi racun bagi tubuh.


Contoh lagi, makan nasi terlalu banyak atau kebanyakan minum juga akan timbul malapetaka,sederhananya menjadi racun. Makan dan minum terbuat dari bahan kimia, juga mengandung racun bagi tubuh.
Sesuatu yang terlalu banyak dikonsumsi manusia, maka itu akan timbul tidak baik bagi tubuh manusia bahkan bisa jadi racun, tak terkecuali tembakau. Terlalu banyak konsumsi tembakau atau merokok juga tidak baik bagi tubuh.


Terpenting dalam kehidupan manusia yang dibutuhkan itu keseimbangan hidup. Makan atau minum melulu tanpa berolahraga, akan menimbulkan masalah. Sebaliknya olahraga melulu tanpa makan dan minum juga akan memperparah anggota badan.


Makan dan minum secukupnya, olahraga cukup, merokok cukup, tidur cukup, aktifitas cukup, rileks cukup, ibadah cukup, semua serba cukup itulah idealnya orang hidup. Semuanya jangan terlalu berlebihan, apalagi diluar jangkauan kapasitas tubuh, yang terjadi bukan menyehatkan, akan tetapi memperburuk keadaan.


Uniknya, dalam satu tumbuhan tembakau terdapat enam kemanfaatannya, yaitu:

  • Untuk rokok dan cerutu
  • Untuk minyak Atsiri
  • Untuk oksidan
  • Untuk pupuk
  • Untuk pestisida
  • Untuk kosmetik

“ Tembakau harus disupport, kareta tembakau mempunyai manfaat yang harus terus digali” paparan Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan.


Tulisan diadaptasi dari majalah “TOBACCO INFORMATION CENTER, Tembakau untuk Kehidupan” volume IV/No. 6/2015. Dikeluarkan oleh Tobacco Information Center Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, UPT. PSMR-Lembaga Tembakau Jember.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Udin Badruddin

Udin Badruddin

Seorang santri dari Kudus. Saat ini aktif di Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK).