OPINI

Soal Pertembakauan, Menteri Sosial Boleh Usul Tapi Jangan Asal

Menteri Sosial, Juliari Batubara, baru-baru ini usul cukai rokok dan harga rokok dinaikkan hingga 100 ribu per bungkus. Ini usulan masih nanggung, Pak Menteri. Mendingan pabriknya ditutup sekalian Pak Menteri. Atau jangan jangan Pak Menteri punya pikiran seperti itu, cuman gak berani mengungkapkan. Kalau ya, cemen sekali Pak Menteri.


Kebiasaan pemerintah bikin kebijakan itu manasuka. Istilah kerennya “terserah gue lah”, ngapain pikirin orang banyak, bikin pusing dan gak bisa makan.


Misalkan saja Pak Menteri usulnya sambil usil nyuruh menutup semua pabriknya, itu baru keren. Pasti Pak Menteri Sosial Juliari Batubara akan lebih terkenal. Di mata Bloomberg, pabrikan farmasi, antirokok dan antek-anteknya Bapak adalah pahlawan. Pahlawan yang baru saja bangun dari tidurnya di siang bolong. Harusnya bapak Juliari Batubara sebagai Menteri Sosial bangun pagi, baca buku sejarah pertembakauan di Indonesia.


Mungkin dengan baca buku sejarah pertembakauan di Indonesia Pak Menteri akan tau dan mengerti, kali pertama yang menggeluti sektor pertembakauan baik pabrik rokok kretek, jualan tembakau dan mengkonsumsinya itu para Kiai, Ulama’. Bahkan sejarahnya dulu pertembakauan di Nusantara ini berkat para Wali.


Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, ada Sunan Kedu yang bawa bibit tembakau terbaik dan mengajari cara menanam tembakau yang baik dan berhasil hingga muncul kualitas tembakau terbaik dan termahal di dunia dinamai tembaku “Srinthil”. Tembakau ini tumbuh di lereng pegunungan tandus di Temanggung. Harganya fastastis, ceritanya pernah sampai jutaan per satu kilo. Kira-kira kalau dibandingkan dengan tanaman lainnya yang sepadan harga jualnya per kilo itu tanaman apa, Pak Menteri?.


Di Madura dengan kondisi tanah kering ada Pangeran Katandur (nama populernya), putra dari Sunan Kudus membawa bibit tembakau dan mengajari masyarakat setempat cara bertanam, juga membuahkan hasil tembakau yang punya nilai ekonomi sangat tinggi dibanding tanaman lain.


Di Kabupaten Kudus Jawa Tengah ada Sunan Kudus Sayyid Ja’far Shodiq mengajari masyarakat sekitar berdagang tembakau dan cara pemanfaatannya. Mitosnya bumi Kudus bagus untuk penyimpanan tembakau dan pembuatan rokok kretek.


Dahulu ribuan pabrikan rokok kretek skala besar maupun kecil berdiri. Saat ini tinggal ratusan. Keberadaan pabrikan rokok kretek ini dari dulu hingga sekarang punya efek begitu besar perekonomian di Kota Kudus dan Kota sekitarnya. Pabrikan ini padat karya, mempekerjakan banyak orang baik dalam kota maupun dari luar kota.


Tak berhenti di tiga Wali/Sunan di atas, tradisi menanam, berdagang dan mengkonsumsi rokok kretek dilanjutkan oleh para Kiai/Ulama di banyak tempat ditahun-tahun berikutnya.
Misal almarhum KH. Hasan Mangkli dari Magelang, membuat rokok kretek skala kecil. Memang usahanya ini sengaja didirikan di Desa Langgardalem Kota Kudus. Tak hanya itu, setiap berdakwah keliling, selalu membawa bibit cengkeh agar di tanam para jamaahnya. Karena yang namanya rokok kretek, rokok asli Indonesia itu pasti ada cengkehnya.
Di pati ada almarhum KH. Sahal Mahfud, juga dulu berdagang tembakau dan cengkeh. Bahkan di ceritakan muridnya yang bernama Muhibuddin asal Kecamatan Mlonggo Jepara, kalau ada orang yang bertamu dan dewasa pasti diberi suguhan rokok kretek merek Sukun, Djarum dan Gudang Garam tinggal milih.


Di Kudus ada KH. Sya’roni Ahmadi saat ini ditokohkan para Kiai setelah KH. Maimoen Zubair Meninggal. Ia bercerita kalau dahulu pernah berjualan tembakau di jalan selatan Masjid Menara Kudus. Pernah juga bekerja di Pabrik rokok Kretek di utara Masjid Menara Kudus setelah menikah. Di sekitaran Masjid Menara Kudus dulu banyak sekali pedagang tembakau dan pembuatan rokok kretek, skala besar maupun kecil.


Petanyaan untuk pak Menteri Sosial, apakah kebiasaan para Wali dan Ulama’ memberikan pembelajaran bagi masyarakat dan santrinya sesuatu yang madhorot (berdampak negatif)?. Pertanyaan kedua, apakah para Wali dan Ulama’ di atas mengajari menanam, berdagang sektor pertembakauan di atas salah?.


Memang, Wali dan Ulama’ itu manusia bisa saja salah, tapi mereka itu sudah terbukti memberikan jalan yang terbaik bagi masyarakat. Buktinya lagi mereka dikenang dan dipercaya sebagai orang yang terbaik sebagai panutan.
Pertanyaan lanjutan, sebagai Menteri Sosial apa yang sudah bapak perbuat dan bermanfaat bagi masyarakat?.

Menjalankan amanah aja belum, walaupun dapat gaji berlimpah. Menjalankan program bantuan ke masyarakat masih banyak masalah. Mendingan Pak Menteri Sosial Juliari Batubara selesaikan dulu masalah dan amanah rakyat. Jangan malah usul asal-asalan.