logo boleh merokok putih 2

Gadis Negeri Tembakau (Bagian 6)

Minggu lalu, datanglah dua orang mahasiswa yang sedang menulis tugas akhir. Salah satu diantaranya menulis tentang kebijakan cukai negara terhadap pemerataannya. Satu yang lainnya menulis tentang peran media dalam “memerangi” rokok. Kedua mahasiswa semester akhir ini bernama Dedy dan Bagas. Keduanya penasaran mengapa MDI justru menerima tawaran Perusahaan Rokok Lokal untuk membranding produk terbarunya, yaitu Rokok dan Cerutu Premium olahan warga daerah Besuki, Jember yang biasanya di ekspor ke luar negeri.

Meski Ina dan Tedy tidak begitu suka dengan kehadiran dua orang mahasiswa ini. Srintil justru menyambut hangat kehadiran Dedy dan Bagas. Jika Ina dan Tedy menganggap Dedy dan Bagas hanya akan menambah pekerjaan mereka, berbeda dengan kawan lainnya, Srintil menangkap bahwa Dedy dan Bagas hanya belum mengerti sepenuhnya tentang apa yang mereka gugatkan selama ini. Terlihat dari jawaban-jawaban mereka ketika berdiskusi. Keduanya menunjukkan bahwa mereka adalah mahasiswa yang cerdas dan berbakat. Hanya belum terasah dan belum mengerti sejarah kretek, tembakau, dan segala macamnya di Indonesia.

Mereka belum tahu betapa komoditas ini berperan penting dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Meskipun tidak semua masyarakat Indonesia merokok, dan tidak jarang banyak pihak yang menganggap negatif benda satu ini, toh kenyataannya industri rokok justru menjadi penyangga ekonomi nasional. Industri rokok tanah air banyak membantu menciptakan lapangan pekerjaan. Apabila industri rokok dimuskahakn begitu saja, tentu banyak sekali pihak yang akan terdampak ditengah sulitnya keadaan bangsa Indonesia saat ini.
###

Setelah mendapat acc magang, keduanya lalu diizinkan untuk melakukan penelitian di MDI, lagipula sebelum Ridwan pulih, Srintil dan kawan-kawan butuh tenaga tambahan untuk ini dan itu.

Singkat cerita, Bagas dan Dedy mulai diikutsertakan dalam rapat proyek ekspedisi. Meski ada beberapa kali rapat internal yang tentu tidak menghadirkan mereka berdua. Dedy mendapat tugas merekam, sedangkan Bagas mendapat tugas untuk menjadi notulis.
Dipilihlah hari Sabtu, 2 Agustus 2020 untuk melakukan ekspedisi. Sebelum melakukan ekspedisi, seminggu sebelumnya mereka telah mempersiapkan berbagai rancangan apa yang akan dilakukan. Kota Kudus menjadi kota pertama ekspedisi.

Sepanjang menjalankan tugas, kedua mahasiswa magang ini tidak banyak berulah, Bagas lebih banyak menunjukkan rasa penasarannya dengan banyak bertanya, meski ia sebenarnya juga telah banyak tahu. Berbeda dengan Dedy yang memang lebih banyak menyimak. Bagas terlihat tenang dalam menyampaikan pendapatnya, meski terlihat jelas bagaimana sebenarnya ia sangat tidak setuju dengan beberapa program yang dilakukan MDI selama ekspedisi. Seperti ketika tim ekspedisi membagikan beberapa bungkus rokok kepada bapak-bapak yang ia temui di sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Kudus, terlihat seorang bapak yang sedang ronda dengan beberapa orang lainnya, mengalami batuk yang cukup parah. Terlihat dari intensitas batuknya. Bagas justru spontan memberikan obat batuk kepada bapak tersebut. Padahal sudah jelas, apa tujuan ekspedisi.

Bersambung …

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis