logo boleh merokok putih 2

Dibalik Senyum Sumringah Petani Tembakau Di Masa Panen, Ada Pilu Di Dalamnya

Awal September lalu, rekan-rekan KNPK (Komite Nasional Pelestarian Kretek) menyambangi daerah Ngadirejo, Temanggung untuk meliput suasana dan kondisi musim panen tembakau tahun ini. Kami mengontak salah satu kenalan bernama bapak Sumedi, seorang petani tembakau kemitraan Djarum di Temanggung.

Senyum sumringah merekah di wajah Pak Medi ketika kami tiba di rumahnya. Saat itu sebenarnya beliau masih disibukkan dengan aktivitas panen di kebun tembakau miliknya dan masih harus bolak-balik menyetor tembakau ke gudang grader perwakilan pabrik. Khusus hari kami berkunjung beliau meluangkan waktunya untuk menemani kami berkeliling ke ladang tembakau dan tempat-tempat lainnya yang berkaitan dengan aktivitas panen.

Pertama-tama Pak Medi mengajak kami ke salah satu gudang penyimpanan tembakaunya, disana beliau mengambil beberapa tembakau yang sudah di packing. Dari packing tersebut ada tembakau yang sudah selesai grading dan ada yang baru akan dikirim untuk diproses grading. Tembakau yang sudah melalui proses grading baru sampai di tembakau grade A sampai D. Sementara untuk grade di atasnya, pabrik belum membuka harga.

Setelah selesai menjelaskan apa saja proses yang ada di gudang, Pak Medi kemudian mengajak kami ke salah satu rumah yang dijadikan tempat menjemur dan merajang tembakau miliknya. Di temanggung proses penjemuran tembakau mayoritas berbasis sun cure (memanfaatkan panas matahari), karena memang cocok diterapkan secara varietas tembakau dan cuaca di wilayah Temanggung.

Di atap rumah Pak Medi kami melihat hamparan tembakau yang sedang dijemur, begitupun dengan beberapa atap rumah warga lainnya. Pada musim panen pemandangan ini sangat lumrah, bukan hanya atap rumah tapi juga apangan-lapangan dan pinggir jalan dipenuhi dengan tembakau yang sedang dijemur.

Selanjutnya kami diajak untuk mengunjungi ladang tembakau milik Pak Medi yang berada tidak jauh dari rumahnya. Disana kami dijelaskan cara memetik tembakau yang memiliki teknik tersendiri. Ya, memetik daun tembakau tidak bisa asal-asalan dipetik karena dapat berpengaruh kepada kualitas daun tembakau itu sendiri.

Setelah melihat prosesi memetik daun tembakau, proses selanjutnya adalah menyortir daun. Terlihat ada empat orang ibu-ibu yang sedang menyortir daun tembakau. Mereka melipat daun-daun tembakau menjadi satu, lalu diikat untuk kemudian diimbuh atau diperam daunnya, ini dilakukan agar pada saat dijemur daun sudah tidak terlalu lembap.

Puas berkeliling di ladang tembakau, kami beristirahat sambil menikmati kopi yang sudah disediakan oleh Pak Medi. Lantas saya meminta Pak Medi bercerita kepada teman-teman bagaimana kondisi sesungguhya musim panen tahun ini, karena sebenarnya apa yang tampak di ladang tembakau dan senyum sumringah Pak Medi ketika menemani kami berkeliling, tidak semuanya terlihat sedang baik-baik saja.

Seminggu sebelum kunjungan kami, beliau bercerita kepada saya akibat kenaikan cukai rokok tahun ini membuat serapan tembakau dari semua pabrikan ke petani tidak maksimal. Hal ini dikarenakan pabrik tidak ingin berspekulasi terlalu optimis terhadap produksi dan penjualan mereka. Apalagi beban pabrik bukan hanya persoalan tingginya cukai yang membuat harga rokok jadi tidak terjangkau, tapi juga persoalan pandemi yang memukul perekonomian nasional.

KNPK sebenarnya sudah memprediksi bahwa akibat dari kenaikan cukai tahun ini akan berdampak pada serapan tembakau turun hingga 30% sementara untuk permintaan cengkih penurunannya bisa sampai 40%. Turunnya serapan tembakau dikarenakan adanya penurunan produksi rokok. Terbukti pada bulan Mei 2020 tercatat produksi rokok menurun 12,3% secara tahunan atau yoy. Diikuti juga dengan bulan Juni 2020 yang menurun hingga 8,1% dan sepertinya akan terus menurun hingga akhir tahun.

Selain persoalan serapan tembakau yang tidak maksimal, ketidakpastian serapan dan harga pembelian tembakau juga menjadi momok bagi para petani tembakau. Bagi Pak Medi dan kawan-kawannya yang ikut kemitraan pabrik masih bisa bernafas lega karena terdapat jaminan kepastian tembakaunya dibeli oleh pabrik, soal harga masih ada yang perlu dibenahi karena petani menganggap masih belum sesuai dengan harapan.

Nasib tragis dialami oleh para petani tembakau non kemitraan. Tembakau mereka tidak ada yang menjamin untuk dibeli, mereka mengharapkan pembelian dari pedagang atau tengkulak agar bisa dititip untuk dijual ke pabrikan. Tentu harga yang mereka terima sudah bukan harga dari pabrik. Secara kualitas tembakau mereka juga kebanyakan berada di grade bawah, karena tidak ada pendampingan ketika menanam dan merawat tembakaunya.

Ke depannya, kami berharap agar budidaya tembakau di Indonesia secara keseluruhan diterapkan konsep kemitraan, tapi tentunya kemitraan yang baik bagi semua pihak, dan disinilah pentingnya peran pemerintah untuk menjadi jembatan atau sebagai wasit yang adil bagi penerapan kemitraan tembakau.

Setelah selesai bercerita, pertemuan kami ditutup dengan sepatah kalimat dari Pak Medi: “Semoga cukai rokok tahun depan tidak lagi naik ya mas” ujarnya sambil menghisap kretek dalam-dalam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Penulis

Azami

Azami

Ketua Komite Nasional Pelestarian Kretek