PERTANIANTingwe

Memahami Tembakau Srinthil itu Memang Sulit

Srinthil seakan menjadi misteri. Tembakau dengan harga fantastis itu, hingga kini tidak membiarkan manusia merekayasa kemunculannya. Tapi percayalah, tembakau ini adalah tumpahan harapan dan semangat hidup masyarakat Temanggung yang senantiasa berbahagia.

Membicarakan Srinthil memang agak rumit, selain tidak banyak literatur yang secara mendetail membahasnya, Srinthil di tingkat petani pun seperti amat sulit diurai.

Bahkan, buku-buku yang ditulis oleh petani tembakau sendiri, tidak secara mendetail bisa menjelaskan seperti apa proses terjadinya srinthil ini. Seperti dalam buku Tembakau atau Mati, Wisnu Brata hanya menyebutkan sambil lalu saja srinthil ini. Ia menulis, proses terjadinya srinthil di ladang tembakau petani memang sangat misterius. Berbagai usaha, trik, atau ujicoba telah diupayakan petani untuk memunculkan tembakau srinthil yang dihargai 500rb- 1,5 juta per kilogram, tetapi faktor alam dan keajaiban Tuhan menjadi sebagian besar hal penentu. 

Baca: Primadona Itu Bernama Srinthil

Barangkali tepat jika Mas Hairus Salim HS dalam pengantar buku Srinthil; Pusaka Saujana Lereng Sumbing memberi semacam gambaran, “penulis melukiskan lika-liku srinthil itu mulai dari warna, aroma, jenis dan tingkatan kualitas, bentuk, cara memilih benih, mengolah tanah yang akan ditanami tembakau yang berpotensi srinthil, waktu penanaman, cara menjual, serta pandangan-pandangan dan keyakinan-keyakinan yang melingkupinya.

Tembakau yang berpotensi srinthil bukan semata hasil kerja keras, serius dan penuh perhatian dari petani, tetapi juga ada campur tangan kekuatan yang tak terbatas di dalamnya. Sosok petani tembakau sangat rasional di satu pihak, dan di pihak lain sangat spiritual. Rasional, karena mereka meyakini dengan kerja keras, ketelatenan, dan pengetahuan yang lahir dari pengalaman terhadap seluk-beluk dan ceruk-meruk menggeluti tanaman ini, srinthil akan dihasilkan. Tapi disisi lain, juga sangat spiritual, karena ketelatenan, keterampilan dan pengetahuan itu saja tidak akan memunculkan srinthil tanpa anugerah Tuhan. Karena itu, para petani tidak pernah gegabah mengatakan akan menghasilkan tembakau kelas srinthil, tapi menyebutnya dengan rendah hati: ‘Tembakau yang berpotensi srinthil’. Dari potensial menjadi aktual tentang kerja keras, pengetahuan, pengalaman dan keyakinan spiritual.”

Secara umum, tembakau Temanggung banyak diolah menjadi tembakau rajang. Mutu serta kualitas tembakaunya sendiri dipengaruhi oleh posisi daun pada batang. Semakin tinggi posisi daunnya, semakin tinggi juga mutu dan kualitasnya. Semakin tinggi posisi daunnya, semakin tinggi pula juga kadar nikotinnya. 

Baca: Dari Tambaku, Mbako hingga Tembakau

Tentu saja, selain posisi daun, ketinggian tempat penanam besar pengaruhnya terhadap mutu yang dihasilkan. Rata-rata tembakau Temanggung ditanam di lahan dengan ketinggian 600 mdpl hingga 1.600 mdpl. Perbedaan ketinggian ini berpengaruh terhadap panjang atau pendeknya tanaman tembakau. Semakin tinggi tempatnya, umur tanaman semakin panjang, artinya waktu untuk mengakumulasi nikotin dalam daun juga semakin panjang. 

Kemisteriusan tembakau Srinthil sendiri, pelan-pelan bisa diurai. Dalam websitenya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung merilis, tembakau srinthil hanya dapat terjadi di daerah dengan ketinggian di atas 800 mdpl, tentu saja dengan disclaimer ‘tidak semua tempat dapat menghasilkan srinthil’. 

Dalam kesempatan lain, kebetulan saya sendiri pernah berbincang dengan Pak Rofi’i, salah satu petani di Tlilir, Temanggung. Ia menyebutkan, srinthil dapat terjadi bila cuaca selama musim tanam tembakau sangat kering. Dalam kondisi cuaca yang seperti itu, mutu istimewa seperti srinthil dapat diketahui setelah diperam selama 5 hari dengan ciri-ciri: daun tembakau berubah menjadi coklat kehitaman, tumbuh puthur (hifa jamur berwarna kuning) dan mengeluarkan aroma seperti alkohol. Daun tembakau peraman itu tidak busuk, jika dirajang menghasilkan struktur seperti serat, tetapi menjadi menggumpal, jika kering berwarna coklat kehitaman hingga hitam cerah dan mengkilat. 

Baca: Mitologi Srinthil

Beberapa peneliti mengamati pada tembakau yang sedang diperam tersebut tumbuh beberapa macam mikroorganisme semacam jamur yang berwarna kuning, yang oleh petani disebut sebagai puthur kuning. Usaha untuk membuat mutu srinthil dengan memanfaatkan mikroorganisme tersebut (setelah diisolasi, inokulasi dan disemprotkan) tidak berhasil, karena mikroorganisme tersebut tidak berkembang. 

Berdasarkan informasi dari para penghasil srinthil, varietas yang dapat menjadi srinthil adalah Kemloko; Kemloko 1 dan 2. Sedangkan daerah – daerah yang bisa menghasilkan srinthil adalah Desa Legoksari, Losari, Pagergunung, Pagersari, Tlilir, Wonosari, Bansari, Wonotirto, Banaran, Gandu, Gedegan dan Kemloko.

Berbicara srinthil memang tidak hanya berbicara musim, metodologi, kerja keras, ketelatenan, bacaan panjang atas kegagalan, dan ketelitian mengamati tumbuh kembang, tetapi juga berbicara soal spiritual. Soal hasil yang baik terkadang tidak sepenuhnya muncul dari usaha dan kondisi yang baik, tetapi dari gabungan kekuatan besar antara langit dan bumi.