perokok tua
REVIEW

Para Perokok yang Tetap Sehat dan Bahagia di Usia 80 Tahun Lebih

Di banyak tempat keramaian banyak poster yang seolah mengingatkan menyatakan betapa bahayanya rokok. Mulai dari penyakit jantung, kanker sampai menyebabkan impotensi dan gangguan kehamilan.

Namun ada beberapa perokok aktif yang bahkan tetap bugar sampai usianya di atas 80 tahun. Mereka yang beruntung tetap sehat itu seperti yang dipaparkan pada “Mereka yang Melampaui Waktu”, yang ditulis oleh Sigit Budhi Setiawan dan Marlutfi Yoandinas adalah:

Ni Wayan Kentel, 80 tahun

merokok bugar

Perawakannya kecil, kulitnya keriput dan rambutnya memutih. Namun masih tampak sisa-sisa kecantikan dari perempuan yang lahir pada 1935 ini. Ni Wayan kentel adalah sosok ibu yang sempurna. Ia telah berhasil menjalani peran gandanya sebagai ibu dari anak-anaknya dan seorang pekerja bagi keluarganya.

Setiap pagi ia telah bekerja keras, berkeliling kampung menjajakan dagangan dan jasanya. Maklum ia dan suaminya hanya mempunyai sawah yang tak luas.

Ia bersyukur, tubuhnya tetap sehat meski ribuan rokok kegemarannya telah lama ia hisap. Ia merasa hanya rokok yang mampu mendampinginya dengan setia saat senang atau sedih. Ia ingat betul, ia telah merokok sejak usia 15 tahun dan sampai sekarang ia masih sehat.

Mbah Ponco, 80 tahun

merokok sehat

Perempuan ini mulai merokok sejak muda. Namun ia tak ingat persisnya kapan. Mbah Ponco di kenal tetangga sebagai orang yang suka menolong, memberikan konsultasi namun ia menolak disebut dukun.

Kesehariannya tak jauh berbeda dengan penduduk yang ada di Gunung Kidul Yogyakarta lainnya. Setiap pagi saat fajar menyingsing, ia bangun dan memasak air, sebagai teman minum, ia merokok. Rokok yang ia hisap bukan rokok buatan pabrik, namun ia membuat dan meraciknya sendiri.

Mbah ponso, sebagai orang Jawa, ia mempunyai keyakinan untuk tidak memakan binatang berkaki empat agar ia selalu memperoleh pertolongan Tuhan.

Haji Misto, 83 tahun

merokok di masa tua

Kehidupan kakek yang tinggal di Jember ini dibiayai dari tembakau. Seperti orang tuanya, Haji Misto bertani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Selain itu ia juga menanam tembakau. Selain untuk dihisap sendiri, juga untuk dijual.

Karena itu Haji Misto sangat paham bagaimana membudidayakan tembakau secara benar.

Selain itu laki-laki ini juga memelihara sayuran, juga sapi, kambing dan ayam. Menjalani rutinitas yang sibuk itu ia tak pernah sakit.

Rahasianya? Ia secara bercanda, mengatakan kepada orang-orang kalau sakit itu artinya rokok (yang dihisapnya) kurang besar. Namun dia serius, dia tak bisa lepas dari rokok di setiap kesempatan. Kesukaannya adalah rokok klobot, dicampur tembakau dan cengkeh dari pasar.

Sebulan ia mengaku bisa menghabiskan 5 slop rokok klobot. Setiap slop terdiri dari dari 10 bungkus, dan setiap bungkus terdiri dari 6 batang rokok. Artinya sebulan ia menghabiskan 300 batang rokok.

Tju Njiat Fat ( 81 tahun)

tua dan merokok

Kakek berkepala plontos ini sebenarnya adalah seorang sinse, ahli pengobatan tradisional Tionghoa di Singkawang. Orang-orang memanggilnya Pak Tju. Di rumahnya aroma hio menguar sampai ke luar ruangan. Di dalam rumahnya juga terdapat pekong, tempat sembahyang khas Singkawang yang terdapat gambar suhu bernama Bu Chiung.

Laki-laki yang suaranya lantang ini lebih suka memakai bahasa china dialek hakka/kek. Dalam kesehariannya pak Tju mempunyai kebiasaan minum tajok sebelum tidur. Tajok adalah arak yang telah dicampur dengan ramuan berupa daun, batang, kulit, akar, biji, bunga, buah yang diambil dari tumbuh-tumbuhan. Arak dalam tradisi Tionghoa bisa dijadikan obat.

Selain itu ia juga rajin minum kopi dan rokok yang bagi sebagian orang ketiga barang itu dekat dengan penyakit. Namun pak tua ini punya filosofi yang menarik, “”asal hati dan pikiran baik, apapun yang masuk ke dalam tubuh niscaya akan baik pula”. 

Atmo Diharjo, 92 tahun

Di Kedung PohLor, Gunung Kidul Yogyakarta seorang kakek renta sibuk menyelesaikan pekerjaanya. Laki-laki sepuh itu sepertinya tak hirau dengan udara panas menyengat. Atmo Diharjo, nama kakek yang sedang menyelesaikan anyaman bambu untuk rumah bagi ayam-ayamnya.

Tubuhnya masih tegap, namun keriput Nampak terlihat di sekujur tubuhnya. Kakek ini tetap aktif melakukan aktivitas hariannya tanpa terkendala kesehatannya. Salah satu aktivitas yang ia lakukan adalah membaca kitab kuning. Setiap hari, diantara shalat Maghrib dan Isya ia membaca kitab kuning peninggalan orang tuanya

Kakek Atmo merokok dengan lintingan tembakau dan cengkeh yang ditanamnya di ladang sendiri. Meski ia tampak renta, ia tak pernah sakit.