jusuf kalla rokok
OPINI

Memangnya Kenapa Kalau Bos Rokok jadi Orang Terkaya, Pak JK?

Terus terang saya heran mengetahui Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Pak Jusuf Kalla, heran dan mengkritik struktur ekonomi Indonesia berbeda dengan negara lain akibat orang terkaya di Indonesia didominasi dari bisnis rokok. 

“Di Indonesia yang paling beda dengan negara-negara lain di dunia, ini mungkin tidak ada. Orang terkaya 1, 2, 3 pengusaha rokok,” ujarnya, dalam acara International Virtual Conference 2020 (CNN Indonesia).

Pak JK membandingkannya dengan Amerika. Menurutnya, di Amerika sana, orang terkaya adalah mereka yang memiliki perusahaan di sektor teknologi dan informasi. Begini ya, Pak JK. Banyak sekali sebenarnya generasi bangsa yang mumpuni dalam bidang TI ini, tapi terkadang negara abai terhadap potensi macam begini. Elit-elit itu hanya sibuk mengamankan diri dan sebagian menjadi garong menggerogoti uang yang seharusnya bisa jadi penunjang peningkatan mutu masyarakat.

Tidak usah jauh-jauh, internet adalah menjadi modal penting untuk menunjang tumbuh kembangnya dunia teknologi informasi kita. Kecepatan koneksi internet rata-rata Indonesia nyaris terendah dibandingkan lebih dari 40 negara lainnya. Berdasarkan riset yang dirilis Hootsuite, kecepatan internet Indonesia rata-rata 20,1 Mbps jauh sekali di bawah rata-rata kecepatan internet di dunia (worldwide) yang mencapai 73,6 Mbps.

Ibaratnya nih ya, Pak. Setinggi apapun skill seorang pembalap, tetap melempem jika kendaraan yang ia pacu tidak memiliki performa mesin yang baik dan mendukung. Ini baru persoalan internet lho, Pak. Soal anggaran riset, dibanding Amerika, jangan dibahas deh. Malu-maluin soalnya. 

merokok

Tak hanya soal itu, bagi Pak JK orang Indonesia ini kurang peduli pada kesehatan. Pada statement ini, agaknya Pak JK perlu membaca lebih banyak lagi. Yang benar itu bukannya orang Indonesia tidak peduli kesehatan, tapi karena orang Indonesia makin pintar dan luas khazanah bacaannya. Rokok Indonesia itu beda lho, Pak. Kretek namanya. Jadi obat, salah satu fungsinya.

Kalau soal di bungkus rokok ada tulisan peringatan dan gambar menyeramkan, ya Pak JK taulah bagaimana cara mainnya. Lagian nih ya, Pak, dana kesehatan banyak ditopang dari duit rokok lho. 

Sadisnya nih, Pak JK bilang, yang macam begitu (orang terkaya adalah pengusaha rokok) menunjukkan struktur ekonomi Indonesia tidak berkelanjutan. Ini juga berlebihan.

Industri hasil tembakau telah terbukti bertahan dari berbagai badai krisis, ia juga menopang puluhan juta masyarakat Indonesia. 

Pikiran Pak JK yang sinis terhadap orang terkaya dari usaha legal dan taat membayar pajak itu, membuatnya ingin menaikkan cukai rokok untuk mengubah struktur ekonomi. Rencana itu gagal akibat digugat banyak pihak. 

Sebenarnya begini lho, Pak JK. Sudah benar itu kalo banyak yang gugat, karena sebagai wakil presiden, analisa Pak JK soal kenaikan cukai tidak sepanjang mereka yang menolak. Mereka yang menolak, meski tidak menjadi wakil presiden, tau kalo kenaikan cukai akan berdampak serius terhadap hajat hidup petani tembakau, buruh, pedagang asongan dan elemen masyarakat lain yang terkait. Negara sih enak, tinggal ongkang-ongkang dapet setoran. Kek begitu masih seneng banget jelek-jelekin rokok.

Jadi begini ya, Pak JK. Indonesia ini negara merdeka dan berdaulat. Kalo kita besar karena onde-onde kenapa harus memaksakan diri ikut besar karena pizza. Gitu aja masa minta diajarin.